Hai guys,
lama ya gue nggak review film di sini. Pada dasarnya emang dah lama nggak
ngeblog sih. Kali ini gue akan me-review beberapa film yang keren menurut gue.
Nggak banyak sih kali ini, cuman 4 film aja, yakni: “Insidous: The Last Key”,
“Frailty”, “The Body”, dan “Life”
INSIDOUS 4: THE LAST KEY – NOT DISAPOINTING AT
ALL
Sebenarnya
gue pengen bahas film ini pas anget-angetnya baru tayang di Indonesia, soalnya
gue sempet nonton di CGV. Tapi karena kesibukan kerjaan gue, ditambah lagi gue
nggak punya laptop, makanya keinginan itu akhirnya terkubur dalam-dalam dan
nggak sempet terealiasikan hiks. Padahal siapa tau berkat review gue yang
positif film itu bakalan meraih box office di Indonesia (halah pede amat).
Insidious
Chapter 4 ini masih berkutat pada sosok Elise Reiner yang menjdi andalan franchise ini. Agak aneh ya kalo
dipikir-pikir, soalnya film pertama Insidous (yang keren banget) mengisahkan
perjalanan bocah berindera keenam bernama Dalton dan keluarganya. Namun, malah
sosok paranormal (yang baru muncul di pertengahan cerita) ini malah jadi sosok
utama yang muncul di tiap sekuel (dan prekuel)-nya. Mungkin karena lebih likable ya, apalagi akting Lin Shaye,
aktris pemerannya, juga nggak pernah mengecewakan.
Kali ini
seri terbaru Insidious akan mengupas masa lalu Elise yang memiliki ayah yang abusive serta pengalamannya yang mistis
dan kelam ketika ia pertama kali menggunakan kekuatannya di rumah lama milik
keluarganya. Cerita berlanjut ketika puluhan tahun kemudian ketika ia
mendapatkan kasus paranormal yang terjadi di bekas rumah keluarganya. Elise pun
harus menghadapi iblis yang menghantui rumah tersebut serta berdamai dengan
masa lalunya.
Gue heran
kenapa banyak yang mereview film ini jelek. Bahkan di Rotten Tomatoes, film ini
cuma memdapat skor 31% which is really
low. Padahal gue menikmati setiap detik film ini. Cerita film ini emang
nggak serumit atau se-berbobot film horor lain. Penokohannya-pun bisa gue
bilang dangkal (apalagi keponakan-keponakan Elise yang menurut gue cuman numpang
“nongol” doang tanpa karakter yang dalam). Padahal jika sebuah film nggak
memiliki alur cerita yang terlalu bagus, biasanya hal itu akan “dimaafkan”
penonton apabila tokoh-tokohnya memiliki karakter yang rumit dan latar belakang
yang menarik, apalagi jika dibarengin akting yang emosional dan memukau.
Akan tetapi
menurut cerita, Insidious Chapter 4 ini sudah tergolong lumayan, bahkan lebih
bagusan “Anabelle: Creation” yang memiliki rating memuaskan. Ada plot twist di pertengahan cerita dan
(mengutip komentar salah satu member grup Line MBP yang membahas film ini)
memiliki ending yang logis.
Mungkin
salah satu nilai minus dari film ini adalah kurangnya “jump scare”, nggak
seperti “Conjuring” ataupun “Anabelle: Creation” yang pernah gue review
sebelumnya. Memang ada satu “jump scare” yang menurut gue amat brilian,
mengagetkan, dan menurut gue “ikonik” seperti jump scare legendaris film Insidious yang pertama (tau kan yang
mana hehehe). FYI, sebelumnya, pas baca review-review
dari blogger lain, gue udah dapat bocoran “jump scare” itu bakalan terjadi di
adegan mana, tapi yang amazing tetep
aja adegan itu bikin gue jantungan.
Kekurangan
lain yang membuat film ini di-review
cukup buruk adalah monster-nya. Yak, monster di film ini memang nggak terlalu
meyakinkan, bahkan bisa dibilang agak konyol. Malah masih kalah sama
“Scarecrow” di “Annabelle: Creation”, padahal he’s not even the main demon they fought with.
Tapi secara
keseluruhan, film ini sangat menghibur gue dan gue sama sekali nggak nyesel
nonton film ini. Gue bahkan berani ngasi 4 CD berdarah dari total 5 CD
berdarah. Hmmm … skor yang cukup tinggi bukan? Intinya, gue nggak peduli ama
review-review di luar sana yang memberikan skor jelek pada film ini. Gue punya
sudut pandang yang berbeda dan I truly
enjoy every second of it.
NB: kayaknya emang yang namanya selera orang
beda-beda ya. Seabis nonton film ini (yang ratingnya jelek), gue
nonton”Jumanji: Welcome To The Jungle” yang punya rating tinggi dan recommended banget ama temen-temen gue.
Tapi seabis kelar nonton, gue malah kecewa banget karena menurut gue filmnya
jelek banget. Ceritanya biasa-biasa aja, komedinya nggak lucu-lucu amat, serta
CGI-nya juga nggak keren-keren amat. Bahkan kalo gue bandingin ama Jumanji
versi lama, masih kalah jauuuuuuh banget, karena at least Jumaji yang diperanin
Robin Williams dulu punya segudang pesan moral, yang nggak gue dapat satupun di
film ini. But well, everyone has
different choices. In the end,
faktor nostalgia juga cukup mempengaruhi penilaian gue terhadap film itu.
LIFE – TERROR IN SPACE (NOT SO BAD)
Film ini
juga barusan rilis kok 2017 lalu. Gue pertama kali tertarik melihat film ini
karena dibintangi aktor bernama besar seperti Jake Gylenhaal dan Ryan Reynolds.
Dan review-nya juga bagus serta menjanjikan
sesuatu yang gue jadi pertimbangan utama gue nonton film, yakni plot twist.
“Life”
menceritakan pesawat luar angkasa yang berada dalam perjalanan kembali ke Bumi
setelah menemukan sebuah bentuk kehidupan baru di Mars. Makhluk “slime” yang
mereka temukan diberi nama Calvin. Namun tak ada yang menduga, Calvin justru
membuat kekacauan di pesawat luar angkasa tersebut dan membunuh para kru-nya
satu demi satu. Kini tergantung pada kru yang tersisa untuk mencegah Calvin
masuk ke atmosfer Bumi dan menimbulkan lebih banyak korban.
Film ini
gue akui cukup keren, walaupun plotnya biasa-biasa aja sih menurut gue. Kalo
kata anak-anak zaman sekarang “B aja sih” (HALAH). Tapi lumayan-lah buat
hiburan. Ada dua plot twist utama di
film ini. Plot twist pertama bikin
gue tepok jidat, sementara yang kedua udah bisa gue tebak. Namun gue suka
banget ama penokohan karakter yang diperankan Jake Gylenhaal di film ini serta
latar belakang kenapa dia lebih suka jadi astronot ketimbang tinggal di Bumi.
In the end, gue kasih film ini 3,5 CD berdarah dari 5 CD
berdarah. Yay!
FRAILTY – A COOL PSYCHOLOGICAL HORROR
Gue kenal
ama film ini karena review dari OA Tukang Review yang didapuk oleh
Daffa, salah satu ex-member (halah kayak boyband aja) Grup Line MBP. Kalo
kalian punya Line, silakan add aja OA ini, soalnya Daffa penggemar film horor
juga. Gue percaya banget ama rekomendasinya Daffa ini, soalnya kalo dia ngomong
film itu bagus, ya berarti film itu beneran bagus hehehe.
Gue nggak
pernah denger film “Frailty” ini, padahal pemerannya adalah aktor Hollywood
papan atas, Matthew McCounaghey (yah walaupun munculnya bentar sih). Kalo nggak
berkat rekomendasi Daffa, gue nggak bakal ngelirik film ini kali ya? Ceritanya
berkisar pada sebuah keluarga yang awalnya hidup bahagia, hingga suatu malam,
sang ayah menceritakan pada keluarganya bahwa ia mendapat misi dari Tuhan untuk
menjadi pembunuh berantai. Satu dari anaknya, yakni Fenton mengikuti apa yang
diperintahkan ayahnya, bahkan membunuh atas perintah ayahnya. Namun anak
bungsunya, yakni Adam, meragukan “visi” yang diterima oleh sang ayah.
Film ini
awalnya biasa-biasa aja. Kita akan dengan mudah menduga bahwa sang ayah
menderita skizofrenia atau gangguan kejiwaan lain dan mulai bersimpati dengan
kedua anaknya. Namun revelasi-revelasi lain mulai terungkap dalam bentuk plot twist yang sungguh bikin gue kaget
dan endingnya pun di luar dugaan gue. Pokoknya jika kalian penggemar film
dengan segudang plot twist, gue
sangat merekomendasikan film ini.
Gue kasih
nilai 4 dari total 5 CD berdarah.
THE BODY – ANOTHER SPANISH MASTERPIECE
Film-film
horor Spanyol biasanya nggak mengecewakan, semisal “REC” dan film-film besutan
Guilermo del Toro. Karena itu, ketika ada rekomendasi dari OA Tukang Review
untuk menyaksikan film berjudul asli “El Cuerpo” ini, gue sama sekali nggak
merasa ragu.
Film thriller besutan sutradara Oriol Paulo
ini mengisahkan seorang dosen muda bernama Alex yang kesuksesannya selalu
dibayang-bayangi oleh istrinya, Mayka yang lebih dominan dan lebih
tajir. Apalagi setelah Alex menemukan cinta baru di sosok salah satu
mahasiswinya yang cantik bernama Carla. Akhirnya, demi menyembunyikan
perselingkuhannya dengan Carla, Alex berniat untuk membunuh istrinya sendiri.
Namun
celakanya, jenazah istrinya tiba-tiba menghilang dari rumah sakit, sedangkan
rekaman CCTV menunjukkan sang penjaga kamar mayat terlihat ketakutan,
seolah-olah melihat mayat hidup. Apakah sang istri bangkit dari kematian untuk
meneror sang suami? Ataukah ada konspirasi rumit di balik semua kejadian aneh
itu?
Film ini
menegangkan dan menurut gue sangat memuaskan. Misteri demi misteri diungkap
secara perlahan hingga klimaksnya yang bener-bener penuh plot twist. Yang unik dari film ini, justru yang menjadi tokoh
utama adalah sang tokoh antagonis, yakni sang suami yang sudah tega membunuh
istrinya sendiri (selingkuh lagi). Film ini juga nunjukin, untuk menjadi sebuah
film horor yang menegangkan dan menakutkan, nggak perlu keluar darah-darahan,
cukup permainan psikologis aja. Overall,
film ini sama sekali nggak mengecewakan dan gue berani kasih nilai tinggi
hingga 4,5 CD berdarah buat film ini.
Sekian guys
review dari gue. Dikit ya hehehe. Soalnya di bulan April ini gue nggak konsen
di review film aja, namun juga pengen review serial horor ama buku juga. So enjoy.
NB: sumber gambar http://www.imdb.com/
Review film-film mystery thriller bangg
ReplyDeleteMakasih review filmnya bang, ini ane punya situs download film terbaik
ReplyDelete