Monday, November 11, 2013

THE CHARM OF THE HAUNTED MANSION: MUSEUM FATAHILLAH JAKARTA (I’M PRETTY SURE JP COEN IS STILL HAUNTING THIS PLACE)

 

Photo-0898

Hi guys. You know, I can’t live without writing something. That’s why I have this blog. Now I wanna write about my new job (just started to work here 3 months ago) which is in a school. No, I don’t work as a teacher here but much as an ordinary staff. You know, go there, do that, and so on. But I like my job since I like to get around children. Funny, because usually I don’t like children. Like, whenever a relatives came and brought their funny kids to me, I just yelled, “Keep that THING away from me!” Yeah, I used to hate kids. But kids in here are different, they are very polite and well behave #not you, secondary students#. And they all speak English since it’s an international school.

URBAN LEGEND BONUS: TRACHEOTOMY

 

“TRACHEOTOMY”

article-2431813-1843370300000578-406_628x486 

Aku ingat melihat pria yang berada di meja makan jatuh karena tersedak. Seorang wanita segera berdiri dan lari ke arahnya, mencoba menolongnya. Begitu pula para pelayan restoran. Sementara pengunjung yang lain, termasuk aku, hanya bisa berdiri dan menanti dengan cemas.

Dengan panik, wanita itu membaringkan pria itu di lantai. Lelaki itu masih keliatan tercekik, tak mampu bernapas.

Ia segera mengambil sedotan dan sebilah pisau dari atas meja.

“Pak,” kata wanita itu dengan suara tegas, namun tenang, “Saya harus melakukan trakeotomi darurat untuk menyelamatkan anda!’

Dengan gerakan yang halus dan cekatan, ia menyayat leher lelaki itu menaruh jarinya di luka itu untuk membuatnya tetap terbuka. Darah tentu saja segera merembes keluar, namun tak banyak. Aku mendengar wanita itu bergumam bahwa ia sudah menemukan suatu membran dan langsung menacapkan sedotan itu tepat ke atas luka tersebut.

Aku mungkin bukan dokter seperti wanita itu, namun aku tahu teori yang melandasi trakeotomi. Sedotan itu akan berfungsi sebagai lubang ventilasi sehingga udara tetap bisa masuk lewat saluran pernapasannya dan masuk ke paru-paru. Tentu itu akan menyelamatkan nyawanya.

Seperti orang-orang lain, aku hanya bisa mematung, sekaligus kagum pada tindakan cekatan wanita itu.

Namun tak ada satupun yang siap melihat adegan selanjutnya, ketika wanita itu mulai menghisap darah pria dari sedotan itu .

URBAN LEGEND #10: DADDY’S BACK

 

“DADDY’S BACK”

“AYAH KEMBALI”

10577190485_3bec00498d_m

Linda terbangun ketika ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Walaupun ia sudah tak lagi tertidur, ia masih mencoba menutup matanya seerat mungkin. Linda berharap kali ini ia akan mengira ia masih tidur dan pergi. Namun suara langkah kaki itu tetap terdengar mendekati dirinya yang tengah terbaring di tempat tidur. Tiap malam, bisik gadis itu pada dirinya sendiri. Setiap malam ia selalu datang ke kamarku. Kenapa ia tak bisa membiarkanku sendiri satu malam saja?

Pegas dari kasurnya serasa menjerit ketika ia duduk di sampingnya yang tengah terbaring di ranjang. Linda ingin menangis ketika ia menaruh tangannya di kepala gadis itu dan mulai membelai rambutnya. Ketika ayahnya membungkuk dan mencium keningnya, Linda masih bisa mencium bau alkohol dalam napasnya.

“Jangan khawatir, sayang. Ayah mencintaimu. Karena itu ayah kembali dan takkan pergi lagi...” ia berbisik di telinga gadis itu.

Setetes darah menetes dari bibir ayahnya. Napas Linda yang tersengal-sengal mengkhianatinya. Kini ia tahu ia tak bisa lagi berpura-pura tertidur. Ia membuka matanya dan melihat wajah ayahnya yang sudah separuh hancur karena terbakar.

“Tapi ayah...” bisik Linda, air mata mulai mengalir di pipinya, “Kau sudah meninggal ...”

URBAN LEGEND #9: DON’T LOOK ....

 

“DON’T LOOK...”

“JANGAN LIHAT”

(cerita ini adalah sebuah RIDDLE)

6776154664_2eb3e30427_z

“Ayah, aku takut.” Jantungku berdegup kencang ketika ayah masuk ke dalam kamar. Ia membungkuk untuk melihat ke bawah tempat tidur. Aku menaruh tanganku untuk menutup mulutku dan mencoba mengatur napasku yang mulai tersengal-sengal. Jangan...jangan lihat ke belakang pintu. Aku mulai gemetar ketika tangannya meraih pegangan pintu.

“Lihat, Nak. Tak ada monster. Sekarang, cobalah tidur.”

Tangannya menarik pegangan pintu dan menutupnya, menceburkan ruangan ini kembali ke dalam kegelapan. Ketika mendekati tempat tidur, akupun merasa penasaran, “Bagaimana perasaan ayah apabila besok ia tahu bahwa ia salah.”

URBAN LEGEND #8: SISTERLY LOVE

 

“SISTERLY LOVE”

“CINTA SEORANG KAKAK”

large

Adik perempuanku selalu mengabaikanku. Aku mengerti, dia kecewa denganku karena aku berselingkuh dengan pacarnya. Tapi aku kini selalu mencoba berbicara baik-baik padanya dan mencoba menghabiskan lebih banyak waktu dengannya. Namun dia masih tak mau mendengarkanku ketika aku berkata bahwa pacarnya adalah seorang bajingan.

Aku harus membuatnya mendengarkanku! Membuatnya mengerti. Dia sama sekali tidak marah ketika aku memecahkan bingkai foto mereka berdua bersama. Ia hanya sedikit saja peduli ketika aku menyembunyikan handphone-nya agar ia tak bisa menelpon pria itu. Aku bahkan menghancurkan bunga yang ia berikan pada adikku. Namun semua itu percuma. Adikku masih belum juga mengerti.

Aku benar-benar berharap ia mendengarkanku kali ini saja! Dia benar-benar harus tahu alasanku mati dan aku takut ia mungkin akan menjadi yang berikutnya!

URBAN LEGEND #7: TRAUMA

 

“TRAUMA”

ncar wreck3

Menjadi polisi pertama yang tiba di tempat kejadian perkara dimana sebuah kecelakaan fatal terjadi adalah hal yang paling traumatis. Tapi hari ini, ketika tubuh yang hancur dari jenazah seorang anak yang terikat di kursi membuka matanya dan tertawa terkekeh-kekeh ke arahku ketika aku berusaha mengeluarkannya dari puing-puing mobil, aku segera tahu bahwa itulah hari terakhirku bergabung di kepolisian.

URBAN LEGEND #6: WASHING FACE

 

“WASHING FACE”

“MENCUCI MUKA”

(cerita ini adalah sebuah RIDDLE)

faucet-dripping

 

Waduh kacau, tanpa sadar hari sudah siang begini. Aku harus segera berangkat. Lima menit lagi sudah jam masuk kantor, namun aku belum mencuci wajahku. Jadi aku segera masuk ke kamar mandi dan mencuci wajahku.

Aku membuka keran air dan segera mencipratkan air ke wajahku. Kemudian aku menuang sabun ke tanganku dan menggosoknya. Aku lalu menyebarkan busanya ke seluruh wajahku sambil memijit-mijitnya pelan.

Suara air yang masuk ke dalam saluran air wastafel terdengar bergema hingga ke penjuru kamar mandi. Aku sendirian saat itu.

Setelah selesai menyabuni wajahku, aku segera meraih air untuk mencuci busanya.

Hah? Apa? Dimana airnya?

Waduh..waduh...sabunnya mulai masuk ke mataku. Bisa tambah perih jika aku tak segera membilasnya.

Kerannya...mana kerannya?

Aku berusaha mencari keran air dengan mata tertutup dengan meraba-raba wastafel.

Ah, ketemu! Ini dia kerannya.

Dengan perasaan lega aku membuka keran air dan airpun mulai mengalir keluar dengan deras.

Aku mencuci wajahku hingga bersih dan mengeringkannya (dengan lengan bajuku, soalnya aku tak punya pilihan lain).

Aku agak takut melihat ke arah cermin.

Aku belum bercukur juga, tapi tak apalah.

Akupun segera berlari, mencoba keluar dari kamar mandi secepat mungkin