Sunday, April 27, 2014

BERITA MENGEJUTKAN DARI ADMIN MENGAKU BACKPACKER

 

AAAAAA...TIDAAAAAAAAAK....HOAAAAAAAAAA....

Ekspresi readers: “”Haaaah...kenapa Min??? Kenapa Min????

TIDAAAAAAAAAK ..... TIDAAAAAAAAAAK ..... HOOOOOAAAAAAA....

Readers udah siap2 mencet nomor rumah sakit jiwa.

Eit, bukan...bukan...admin belum gila kok...admin juga bukan kesurupan gara2 kebanyakan translate urban legend Jepang. Tapi admin punya informasi yang bakal ngubah nasib seluruh blog ini. Apa tuh informasinya? Nah, bentar bentar, pertama-tama admin bakal cerita dulu riwayat blog ini.

RESORT PART 02

 

Hari berikutnya, kami menyelesaikan pekerjaan kami lebih awal dan berkumpul di pintu masuk dimana Shoji berada.

Kami menunggu Makiko-san.

Segera setelah kami berkumpul di sana, Makiko meninggalkan salah satu kamar dengan keranjang makanan. Ia membuka pintu menuju ke tangga dan menghilang ke dalamnya. Pertama akan kujelaskan, untuk menuju tangga, kami harus keluar dari pintu masuk hotel, sebab tak ada jalan menuju ke lantai dua dari dalam penginapan. Kami harus keluar terlebih dahulu dan di pojok bangunan terdapat sebuah pintu untuk menuju ke lantai atas.

Seperti yang dikatakan Shoji, dia kembali setelah sekitar 5 menit berada di atas. Makanan di atas keranjang telah lenyap. Dia kembali masuk tanpa mengetahui keberadaan kami.

“Lihat,” kata Shoji, “Cepat kan?”

“Yah, kau benar.”

“Ada apa di atas sana?” tanya Takumi.

“Aku tak tahu. Apa kalian mau memeriksanya?” saran Shoji.

“Uhm, jujur ... aku agak takut,” kata Takumi.

“Sebenarnya aku juga. Tapi bagaimana, apa kalian tak mau tahu?” desak Shoji.

“Hmm...kurasa itu bukan ide buruk. Ayo kita kesana.” kataku dan kami bertiga segera mengendap-endap ke arah pintu tersebut.

“Apa pintunya terkunci?” Takumi bertanya dengan nada cemas. Aku berusaha menggeser pintu dan pintupun terbuka beberapa centimeter. Shoji yang berada di sebelah kiri pintu dapat melihat bagian dalamnya.

“Ew...” ia melenguh dan menutup hidungnya.

“Ada apa?” tanya Takumi.

“Apa kau tidak menciumnya?”

“Mencium apa?” Takumi dan aku kebingungan.

“Serius kalian tidak menciumnya?” ujar Shoji sambil terus menutup hidungnya, “Buka pintunya lebih lebar dan kalian akan menciumnya!”

Aku mengumpulkan segenap keberanianku dan membuka pintu itu lebih lebar. Udara hangat mengalir keluar, diikuti debu yang berterbangan.

“Maksudmu debu-debu ini?”

“Hah? Aku tak menciumnya lagi ...” ujar Shoji.

“Berhentilah mempermainkan kami!” Takumi tampak marah, “Jika kau mengerjai kami lagi, aku akan meninggalkanmu di sini!” Takumi memang berwatak agak keras dan kasar.

“Maaf...tapi aku tadi benar-benar menciumnya, seperti bau sampah.”

“Cukup!” seru Takumi, “Itu hanya imajinasimu!”

Aku mengintip ke dalam melalui celah pintu dan memperhatikan sesuatu.

Lorong di dalamnya sangatlah sempit. Begitu sempit hingga hanya satu orang yang bisa melaluinya. Dan sama sekali tak ada pencahayaan di dalam. Aku hanya bisa melihat ujung lorong karena cahaya yang masuk dari luar, dari pintu yang kami buka ini. Di ujung lorong di lantai atas, terdapat pintu lain.

“Apa kita akan naik ke atas?” tunjukku.

“Tidak! Tidak!” Takumi tampak panik, “Jangan naik ke atas!”

“Kau tak mau?” Shoji keheranan melihat Takumi panik.

“Jika kalian mau ke sana, silakan saja. Tapi aku tetap di sini!” Takumi bersikeras.

“Yah, kalau begitu aku tetap di sini saja juga.” kata Shoji.

“Ah, kalian berdua pengecut! Bukankah kalian yang mengajakku ke sini?” ujarku, “ Baiklah, kalau begitu aku yang akan naik ke atas.”

“Serius?” mereka berdua berseru bersamaan.

“Jika aku tak pergi sekarang, aku takkan bisa tidur memikirkannya. Jika aku tak bisa tidur, maka aku akan pergi ke sini malam-malam dan itu tentunya akan lebih gawat. Jadi aku akan naik ke sana sekarang!” Alasan itu memang tak masuk akal, namun rasa penasaran sudah telanjur menguasaiku. Selain itu ada Shoji dan Takumi di sini, jadi pasti aman.

Namun selain penasaran, aku juga merasa takut. Aku akan naik ke sana sendirian, tetapi mereka berdua telah berjanji untuk tidak lari dan memperingatkanku jika sesuatu terjadi.

Maka akupun mulai naik ke atas.

TO BE CONTINUED

Saturday, April 19, 2014

RESORT PART 01

 

Catatan: Resort adalah sebuah cerita yang sangat panjang, meliputi sekitar 15 episode. Kisah ini bercerita tentang tiga sahabat bernama Takumi, Shoji, dan Yuuki (sang narator). Mereka memutuskan untuk bekerja selama liburan musim panas di sebuah penginapan terpencil. Mereka menduga Makiko, sang pemilik penginapan menyembunyikan sesuatu di lantai dua penginapannya. Ketika mereka memutuskan untuk naik ke lantai dua, didorong rasa ingin tahu mereka, hal mengerikan pun terjadi.

Karena cerita ini sangat panjang, sebaiknya jangan terlalu berharap untuk langsung mengetahui endingnya. Nikmati saja tiap episodenya.

***

Peristiwa ini terjadi ketika aku masih menjadi mahasiswa baru.

Musim panas mulai mendekat. Aku dan empat temanku memutuskan untuk berlibur ke pantai. Ketika kami membahasnya, salah seorang teman kami mengusulkan untuk bekerja paruh waktu di sana. Kamipun setuju, karena toh sebulan bermain di pantai kedengarannya membosankan. Paling tidak dengan bekerja, kami akan mendapat tambahan uang saku. Sayangnya, dua orang teman kami harus mengikuti seminar, sehingga mereka tak bisa ikut. Akhirnya, hanya kami bertiga yang meneruskan rencana tersebut.

Maka kamipun mulai mencari pekerjaan musim panas secara online Lowongan di sebuah hotel menarik perhatianku. Tentu karena aku berpikir pasti mudah bertemu dengan gadis-gadis di tempat semacam ini. Sempurna!

Kami menelepon hotel tersebut dan pemiliknya melakukan wawancara melalui telepon. Semua berjalan lancar. Kami bertiga diterima bekerja di sana selama musim panas. Dengan rencana kami berjalan lancar, kamipun tak sabar menantikan musim panas, bahkan sudah berandai-andai bertemu wanita-wanita cantik di sana.

Akhirnya hari itu tiba dimana kami mulai bekerja di hotel itu. Ini adalah kali pertama aku bekerja, jadi aku merasa sedikit gugup, namun juga excited.

Ketika kami tiba di hotel itu, kami terperangah. Ternyata hotel itu bukan hotel modern seperti yang kami duga. Hotel itu ternyata adalah rumah tradisional Jepang yang sudah tua, namun sangat luas dan masih terawat baik. Namanya cukup aneh, “B&B Cottage”, sama sekali tak cocok dengan atmosfer Jepang yang sangat kental di sini.

Kami memanggil dari depan pintu dan seorang wanita berumur separuh baya menyambut kami. Ia tersenyum dan memperkenalkan dirinya sebagai Makiko-san, pemilik penginapan ini.

Hotel ini memiliki empat kamar untuk tamu, sebuah ruang makan, dan dua kamar untuk staf. Sehingga total terdapat enam kamar, tidak termasuk dapur. Kami kemudian dibawa ke ruang makan. Setelah beberapa saat, seorang gadis muda muncul dan membawakan kami teh. Ia mengatakan namanya adalah Misaki-chan dan ia bekerja di penginapan ini. Selain kami berlima, ada pula suami Makiko bernama Ryuichi.

Kami secara singkat memperkenalkan diri kami dan Makiko menjawab, “Kamar para tamu berada di lantai satu. Kamar kalian akan berada di ujung lorong ini. Nah, sekarang mari kita bawa barang-barang bawaan kalian ke kamar.”

Dua temanku, Takumi dan Shoji, tiba-tiba bertanya, “Bukankah ada kamar juga di lantai dua?”

Kami memang melihat dari luar bahwa hotel ini memiliki dua tingkat.

Makiko tertawa, “Memang ada lantai dua di rumah ini, namun kami tidak menggunakannya.”

Kami bertiga keheranan sebab saat ini adalah musim liburan. Bukankah lebih menguntungkan untuk membuka kamar-kamar di lantai dua sehingga bisa menampung lebih banyak tamu? Namun saat itu kami tak begitu memikirkannya. Mungkin saja jika tamu sudah banyak, mereka akan membukanya, pikir kami.

Kami membawa barang-barang kami ke kamar. Pemandangan yang terlihat di kamar kami sangatlah indah, dengan taman Jepang dan pegunungan di kejauhan. Maka pekerjaan musim panas kamipun dimulai. Pekerjaan itu ternyata sangat berat, namun karena orang-orang yang bekerja dengan kami sangat menyenangkan, maka kami mengerjakannya dengan senang hati.

“Wah, kita benar-benar beruntung mendapatkan pekerjaan ini, ya kan?” temanku Takumi berkata padaku setelah kami bekerja di sana selama seminggu.

“Ya, bahkan lebih keren lagi: kita akan mendapatkan uang.” kata Shoji.

“Yah tentu,” jawabku, “Namun puncak liburan akan segera datang. Kita akan sangat sibuk nantinya.”

“Nah, karena kau mengungkitnya tadi ... apakah mereka akan membuka lantai dua jika lebih banyak tamu berdatangan?”

“Kurasa tidak,” kata Shoji, “Bukankah Makiko-san dan keluarganya tinggal di sana?”

“Benarkah?” Takumi dan aku menaikkan nada suara kami. Kami baru tahu hal itu.

“Aku nggak benar-benar yakin sih. Tapi bukankah ia selalu membawa makanan ke atas?”

“Aku tak tahu.” Takumi dan aku sama-sama heran mendengarnya.

Shoji membersihkan halaman pada suatu sore dan melihat Makiko naik ke atas cukup sering. Dia membawa keranjang dengan makanan di dalamnya dan bergegas naik ke atas. Ketika Shoji mengatakannya kepada kami, kami cukup terkejut.

“Benarkah?” mungkin karena aku tak melihatnya sendiri, aku tak begitu mempercayai cerita Shoji itu.

Beberapa hari kemudian, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri ketika sedang menyapu lorong. Makiko mengendap-endap keluar dari salah satu kamar tamu. Biasanya ia tak membersihkan kamar itu. Selalu Misaki yang mengerjakannya. Aku pikir itu agak aneh. Bahkan aku sempat meragukan penglihatanku, namun itu jelas Makiko. Aku memikirkannya sepanjang hari dan tak tahan untuk menyinggungnya di hadapan teman-temanku.

“Ya, aku melihatnya juga.” Takumi berkata ketika aku menceritakan hal itu.

“Serius? Mengapa tak kau ceritakan padaku?”

“Aku hanya berpikir ia mungkin ada keperluan di sana.” Takumi menjelaskan, “Toh dia pemilik penginapan ini kan? Ia bebas untuk berbuat apapun.”

“Memang.” aku setuju.

Hanya sebulan sebelum pekerjaan musim panas kami berakhir. Kami tak bisa menahan rasa penasaran kami.

“Kenapa kita tidak mengikutinya saja?” saran Shoji.

“Apa yang kau katakan?” Takumi heran, “Tempat ini kan sangat kecil. Jelas sekali kita bakal ketahuan.”

“Tapi ...” Shoji masih tampak penasaran.

“Sekarang bagaimana?” aku bertanya. Namun tak ada yang bisa menjawabku. Beberapa minggu lagi kami akan pergi dan kami ingin ada pengalaman berkesan sebelum meninggalkan tempat ini.

Sebuah petualangan.

“Baiklah. Jika salah satu dari kita melihat hal yang aneh, maka kita akan memberitahu satu sama lain. setuju?” kamipun sepakat sebelum pergi tidur malam itu.

Keesokan harinya, Shoji memanggil kami ke sebuah ruangan. Kami dengan enggan mengikutinya.

“Nah, kalian tahu kan saat aku mengatakan bahwa Makiko selalu naik ke lantai dua?” Shoji memulai, “Sebelumnya aku hanya melihatnya naik ke atas, namun kali ini aku menunggunya hingga ia turun. Dan ia menghabiskan waktu sekitar lima menit di atas, lalu ia turun membawa nampan makanan yang kosong.”

“Dan?” Takumi penasaran.

“Dia selalu makan dengan kita kan? Namun ia membawa makanan ke atas...bukankah itu artinya ada yang tinggal di lantai atas?”

“Aku pikir begitu, namun ....” kataku.

“Siapapun yang tinggal di atas, kita belum pernah melihatnya. Kita bahkan belum pernah mendengar ada yang tinggal di atas bukan?”

“Apa mungkin orang yang tinggal di atas sedang sakit?”

“Namun jika dia hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk makan, bukankah itu berarti dia sangat sehat? Tidakkah kalian berpikir ini aneh? Kamu sendiri kan yang bilang untuk mengatakan pada kalian kalau aku melihat ada yang aneh. Itu sebabnya aku mengatakannya pada kalian.”

“Lalu, apa yang sebenarnya ada di atas?” kami bertiga bertanya-tanya.

 

TO BE CONTINUED

Sunday, April 13, 2014

PANDORA PART 07 – FINAL

 

Inilah bagian terakhir dari ceritaku.

Setelah rumah tua itu selesai dibangun, tak ada yang berusaha masuk selama puluhan tahun. Namun seperti saat aku dulu, anak-anak muda dari generasi orang tuaku juga sangat penasaran dengan isi rumah itu. Namun mereka sangat dilarang untuk membicarakannya, apalagi masuk ke sana.

Kalian mungkin ingat ceritaku tentang keluarga Atsushi. Ibu dan neneknya berasal dari kota ini, namun ibunya pindah ke prefektur lain setelah menikah.

Itu adalah sebuah kebohongan.

Sunday, April 6, 2014

40 MOTIVATIONAL QUOTES TO INSPIRE YOUR DAY

 

Hallo para readers. Jika biasanya admin memberikan hiburan berupa yang serem2 atau yang lucu2, kali ini untuk pertama kalinya gue akan memberikan inspirational quotes to bright up your day. Gue harap quotes2 ini bisa membantu para readers dalam menghadapi masa2 sulit hidup kalian, soalnya bulan kemarin admin juga mengalami banyak perubahan dalam hidup admin yang cukup membuat down. Tapi quotes2 ini cukup mengisnpirasi admin untuk tetap optimis dan kata anak2 galau zaman sekarang, move on. So, here they are.

Albert-Einstein-quotes-About-Life

“Hidup itu seperti mengendarai sepeda. Agar tidak terjatuh, kamu harus tetap bergerak.”

Albert Einstein.

WADUK PLUIT: TAK LAGI TERCEMAR *SEPERTI ADMIN*

 

Photo-1806

Hallo guys. Sebagai pelengkap acara jalan2 gue ke Pantai Indah Kapuk menggunakan jasa bus BKTB Monas – PIK, maka kali ini gue bakal menulis tentang Waduk Pluit. Sejak alam gue kepengen maen ke waduk ini. Penyebabnya tentu karena berita keberhasilan Jokowi merelokasi para penduduk di sana dan mengubah kawasan itu dari pemukiman kumuh menjadi taman dan kawasan wisata seasri ini. Namun niat itu sempat beberapa kali gue urungkan, soalnya transportasi ke lokasi tersebut agak ruwet. Akan tetapi semua berubah semenjak negara api menyerang... HALAH ... maksudnya semua berubah sejak bus BKTB yang terintegrasi busway beroperasi. Kehadiran bus ini semakin memanjakan pecinta jalan2 seperti gue untuk menggerayangi wilayah Jakarta Utara *plaaak* Bonusnya, bus ini lewat pas di depan Waduk Pluit lhooo.

TAMAN WISATA ALAM ANGKE KAPUK: SANCTUARY OF HOPE

 

   Photo-1737    

Melihat foto di atas, paling para readers semua mengira gue ambilnya di pedalaman Kalimantan gitu. Salah besar guys, soalnya tau nggak lokasi foto gue di atas? Gue ambilnya di Jakarta cyiiin. OMFG, serius gua??? Masak sih di Jakarta yang makin tergerus kemajuan zaman serta banyak polusi masih ada tempat seasri ini? Jika kalian ingin merasakan suasana seperti ini, silakan datang ke Taman Wisata Alam Angke Kapuk yang terletak di wilayah Pantai Indah Kapuk (PIK). Soalnya tempat ini benar2 merupakan last sanctuary buat hutan2 bakau beserta keeksotisan satwa2nya di Jakarta.