Monday, October 26, 2020

GOLDEN STATE KILLER DAN HWASEONG KILLER: PEMBUNUH BERANTAI YANG BARU TERTANGKAP SETELAH PULUHAN TAHUN

Negara bagian California, terkenal akan jembatan Golden Gate-nya di San Francisco, kerap dikenal dengan nama "Golden State". Karena itulah, sang pembunuh berantai yang beraksi di negara bagian ini disebut sebagai "Golden State Killer"

Setelah membahas kesamaan antara John List dan Jean-Claude Romand, dimana keduanya adalah bapak-bapak yang tega menghabisi nyawa seluruh keluarganya sendiri demi motif yang bikin kita geleng-geleng kepala, kali ini gue juga akan membahas kiprah dua pembunuh berantai yang juga memiliki kesamaan. Yang mau gue bahas kali ini adalah Golden State Killer dan Hwaseong Killer.

Golden State Killer beraksi di Amerika sedangkan Hwaseong Killer di Korea Selatan. Lokasi keduanya tentulah berjauhan, namun ternyata mereka memiliki kemiripan. Kedua kasusnya sempat mengalami “cold case” alias dingin dan tak terpecahkan selama bertahun-tahun. Namun berkat teknologi DNA yang semakin canggih di masa modern ini, identitas keduanya akhirnya terkuak akhir-akhir.

Golden State Killer terungkap sebagai seorang mantan polisi bernama Joseph James Deangelo, sedangkan Hwaseong Killer terungkap sebagai narapidana bernama Lee Choon-jae. Bahkan keberadaan Lee Choon-jae sebagai pembunuh berantai yang ilusif telah menginspirasi deretan film Korea seperti “Memories of Murders” hingga drama serial TV “Tunnel” dan “Signal”.

Seperti apakah kiprah mereka hingga puluhan tahun tak terlacak? Inilah kisah mereka, dibedah tuntas di Dark Case kali ini.

KASUS GOLDEN STATE KILLER

Potret Joseph Deangelo kala masih berprofesi sebagai polisi. Anehnya, pembunuh berantai ini ternyata malah mengawali karirnya sebagai penegak hukum

Pembunuh berantai pertama yang akan kita bahas adalah Golden State Killer. Tak heran rupanya mengapa ia tak kunjung tertangkap sejak aksinya selama 1973 hingga 1986. Alasannya ternyata karena ia sering berganti-ganti lokasi dan modus operandi (atau lebih suka gue sebut sebagai “evolusi”) hingga polisi berpikir bahwa ia adalah empat pembunuh berantai yang berbeda. Ia sempat dikenal dengan nama Visalia Ransacker, East Area Rapist, Diamond Knot Killer, hingga Original Night Stalker. Setelah polisi menyadari mereka adalah orang yang sama, iapun dinamai sebagai Golden State Killer.

Identitas aslinya adalah pria bernama Joseph James DeAngelo Jr. yang lahir pada 1945.

Namun kepribadian Joseph Deangelo tidaklah seindah dan se-”malaikat” namanya. Lahir di New York, semenjak kecil Joseph ternyata mengalami trauma, yakni menyaksikan adik perempuannya yang berusia 7 tahun di-gang bang dua pria. Tak hanya itu, para saudari perempuan Joseph juga mengaku sering dilecehkan oleh ayah kandung mereka, kemungkinan juga atas sepengetahuan Joseph kecil. Tak heran, karena masa kecil yang “tak normal” itu, iapun tumbuh dengan mengalami kelainan mental. Selama remaja, ia hobi melakukan tindak kriminal, terutama mencuri. Tak hanya itu, ia juga gemar menyiksa binatang kecil dan membunuh mereka.

Karir Joseph semasa dewasa sebenarnya cukup mengagumkan. Selepas lulus SMA ia melamar di kepolisian dan diterima. Pada 1971 ia meraih gelar sarjana di bidang kriminal, bahkan sukses melanjutkan pendidikan hingga S2. Pada tahun 1973, iapun menjadi polisi. Namun sayang, hobinya mencuri ternyata belum sembuh dan iapun pada tahun 1979 karena ketahuan mencuri di sebuah department store. Pada saat itu, Joseph mulau menunjukkan watak pemarahnya dengan mengancam sang atasan yang memecatnya, bahkan mengikutinya hingga ke rumah.

Amarah Joseph yang tak terkendali juga mempengaruhi kehidupan pribadinya. Pada 1970, ia berpacaran dengan seorang gadis bernama Bonnie. Namun hubungan mereka kandas di tengah jalan begitu Joseph mengancam Bonnie dengan pistol untuk memaksanya menikahnya dengannya. Pada 1973, ia akhirnya menikah dengan wanita bernama Sharon, bahkan memiliki tiga anak.


AKSI “VISALIA RANSACKER”

Kasus pembunuhan berantai yang dilancarkan Joseph berawal dari kejahatan remeh temeh seperti pencurian ini

Mungkin kalian berpikir begitu memulai mahligai rumah tangga, emosi Joseph akan teredam dan ia memulai kehidupan yang lurus. Namun dugaan kalian salah. Justru pada tahun 1973, Joseph memulai kiprahnya sebagai kriminal sejati dengan menjadi perampok. Begitu mendengar kata “perampok”, mungkin kalian berpikir pria ini akan mengambil barang-barang berharga dari rumah yang dimasukinya. Namun ternyata tidak. Kasusnya amat aneh dengan modus operandi unik, sehingga polisi bisa menduga semua perampokan itu didalangi orang yang sama dan menamainya “Visalia Ransacker” karena terjadi di kota Visalia, California.

Apa modus operandi aneh yang gue maksud itu? Well, ketimbang mengambil barang-barang berharga milik korban, ia justru mengacak-acak rumah korban, terutama pakaian dalam wanita milik korban, dan hanya mengambil barang-barang remeh temeh (terutama koin atau medali) yang sama sekali tak bernilai apa-apa. Selama kurun waktu 20 bulan dari 1973 hingga 1975, ia melakukan sekitar 120 aksi perampokan. Bahkan dalam satu malam saja, ia bisa melakukan hingga 12 aksi perampokan di rumah-rumah yang berbeda.

Di sini pula mulai tampak “keprofesionalan” Joseph sebagai perampok, sebab ia memakai sarung tangan dalam tiap aksinya agar tidak meninggalkan sidik jari; ilmu yang mungkin ia peroleh selama belajar menjadi polisi.

Mungkin kalian berpikir, oh cuma ngerampok barang nggak berharga (ama ngacak-acak CD doang), ngga berbahaya dong? Think again, sebab pada 11 September 1975, salah satu perampokan yang dilancarkan Joseph berujung maut. Kala itu, korbannya, yakni pria berusia 45 tahun bernama Claude Snelling, terbangun dan berusaha menghentikan usaha perampokan itu hingga Joseph terpaksa membunuhnya.


JOSEPH DEANGELO SEBAGAI “EAST AREA RAPIST”


Aksi sang “Visalia Ransacker” terhenti pada 1975 untuk kemudian dilanjutkan oleh aksi lain yang lebih barbar, yakni pemerkosaan berantai, setahun kemudian. Kala itu, Joseph pindah ke sebuah kota bernama Sacramento dan mulai “menaikkan” aksinya dari perampokan menjadi pemerkosaan. Kini ia tak hanya mendobrak masuk rumah-rumah kosong juga, namun mengincar para wanita yang tinggal sendirian untuk diperkosa. Karena aksinya itu, ia dijuluki polisi sebagai East Area Rapist.

Aksi bejatnya ini berlangsung dari tahun 1976 hingga 1979. Betapa mengerikan, tercatat selama 3 tahun itu ia telah memperkosa sekitar 50 wanita malang. Sama seperti aksinya sebagai “Visalia Ransacker”, aksinya kali ini juga berujung maut. Pada 2 Februari 1978, ia terpaksa menembak mati kedua korbannya, Brian Maggiore dan istrinya Katie, karena berusaha melarikan diri.

Pada pertengahan 1979, Joseph pindah lagi ke California Selatan dan memulai aksi yang jauh lebih mengerikan, yakni pembunuhan. Ya, setelah tiga kali pembunuhan (yang mungkin tak dikehendakinya kala itu), Joseph justru “ketagihan” dan lagi-lagi modus operandinya kembali ber-evolusi. Kali ini, hanya pasangan dari aksi pertamanya saja yang selamat. Sedangkan semua korban dari aksi kedua hingga aksi terakhirnya, semuanya tewas menggenaskan.


ORIGINAL NIGHT STALKER

Aksi pertamanya sebagai sang “Night Stalker” (bukan superhero, tapi pembunuh berantai) dimulai pada 1 Oktober dimana ia berusaha membunuh pasangan yang rumahnya ia dobrak. Beruntung, salah satu tetangga mereka adalah anggota FBI dan dengan cekatan menghentikan aksi itu, walaupun Joseph berhasil kabur. Dua bulan berikytnya, ia kemudian membunuh pasangan lain, Robert Offerman dan Debra Alexandra Manning. Pada 13 Maret 1980, pasangan lain, yakni Charlene Smith dan Lyman Smith juga ditemukan terbunuh. Kala itu, di pergelangan tangan jenazah Charlene ditemukan simpul permata (diamond knot) sehingga sang pembunuh pun dijuluki sebagai “Diamond Knot Killer”.

Aksi Joseph tak terhenti di situ. Pada 19 Agustus tahun yang sama, ia membunuh pasangan Keith Eli Harrington dan istrinya, Patrice Briscoe Harrington yang kala itu baru menikah selama tiga bulan. Pada 6 February 1981, kali ini wanita bernama Manuela Witthuhn diperkosa dan dibunuh di kediamannya. Beruntung, sang suaminya kala itu berada di rumah sakit sehingga tak ikut menjadi korban kekejaman sang pembunuh berantai.

Aksinya berlanjut pada 27 Juli dimana lagi-lagi ia membunuh pasangan suami istri, Cheri Domingo dan Gregory Sanchez. Selama beberapa tahun, Joseph tak beraksi lagi hingga pada 4 Mei 1986, hasrat membunuhnya kembali kumat da iapun menghabisi Janelle Lisa Cruz yang masih berusia 18 tahun.

Selama bertahun-tahun (lebih dari satu dekade), polisi tak mampu menangkapnya karena kelihaiannya (juga karena modus operandinya yang berbeda-beda sehingga ia dikira sebagai paling tidak 3 pembunuh berantai yang berbeda). Tak ada pula yang menyangka, kelihaiannya dengan tidak meninggalkan barang bukti serta fisiknya yang prima ternyata berasal dari ketrampilannya sebagai mantan polisi.

Joseph, selain terkenal gemar membunuh, ternyata juga memiliki hobi sakit lainnya, yakni meneror korban-korbannya yang selamat. Tercatat, pada 1977 ia menelepon salah satu korbannya untuk mengucapkan, “Selamat Natal! Ini aku lagi!”

Beruntung, walaupun bersembunyi selama puluhan tahun, akhirnya kasus sang berantai menemui titik terang pada 2018 lalu. Pada saat pembunuhan berantai sadis itu terjadi, tentu teknologi DNA tak secanggih sekarang. Namun melihat kemajuan teknologi saat ini, polisi tentu tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menyingkap identitas sang pembunuh. Kala itu, FBI bekerja sama dengan FBI mengetes DNA dari TKP. Ternyata, hasil tes DNA itu memiliki kecocokan tak terbantahkan dengan Joseph DeAngelo. Akhirnya, setelah 30 tahun lamanya menajdi misteri, identitas sang pembunuh berantai terungkap juga.

Joseph Deangelo akhirnya resmi ditangkap pada 24 April 2018.


Uniknya, walaupun kini sudah bergelar kake kake karena usianya yang sudah 72 tahun, ternyata Joseph masih dikenal memiliki amarah yang meledak-ledak. Ia bahkan pernah mengancam akan membunuh tetangganya karena terganggu dengan anjingnya yang terus-terusan mengonggong. Karena itu, tak ada yang heran ketika sang kake pemarah itu akhirnya dijebloskan ke penjara atas tuduhan pembunuhan berantai.

Namun ketika diinterogasi, plot twist lainnya pun muncul. Joseph mengaku bahwa semua pembunuhan ini tidak dilakukan olehnya secara sadar, melainkan oleh “kepribadian lainnya” yang bernama Jerry. Tak hanya itu, demi menarik simpati, Joseph memasang persona sebagai kake kake lemah dengan tampil menggunakan kursi roda dan alat bantu pernapasan selama persidangan. Padahal, menurut kamera CCTV ruang selnya di penjara, ia terbukti memiliki fisik yang sedemikian bagus untuk ukuran seorang kake kake, bahkan bisa berolahraga dan memanjat meja.

Muncul pertanyaan menggelitik, mengapa pembunuh berantai yang sudah berkiprah semenjak 1973 ini tiba-tiba menghentikan aksinya pada tahun 1986? Tercatat, korban terakhirnya adalah Janelle yang masih berusia 18 tahun. Di sinilah pembelaannya tentang Jerry berguna. Ia mengaku bahwa pada 1986 ia akhirnya berhasil “mengalahkan” Jerry dan kini, ia adalah pria yang jauh berbeda, bukan lagi seorang pembunuh berantai. Namun polisi tentu tak mudah mempercayai klaim itu.

Mereka memiliki teori lain. Mereka percaya bahwa sebenarnya Joseph sudah berniat berhenti membunuh sejak tahun 1981. Jika kalian memperhatikan, ada gap yang cukup lama antara tahun 1981 dengan korban selanjutnya (sekaligus terakhirnya) pada 1986. Hal ini karena korban terakhirnya pada 1981, yakni pria bernama Gregory Sanchez berusaha melawan dan hampir saja menggagalkan rencananya. Karena merasa fisiknya tak lagi prima karena bertambahnya usia, iapun menyerah dan menghentikan aksi keji berantainya, agar tidak tertangkap. Namun pada tahun 1986, ia bertemu dengan Janelle dan tak mampu menahan hasratnya, hingga iapun kembali membunuh.

Joseph kini diadili dengan tuduhan 13 kasus pembunuhan dimana proses pengadilannya ternyata memakan waktu cukup lama, yakni 2 tahun. Ini tentu karena begitu panjangnya perjalanan sang pembunuh berantai. Akhirnya pada 2020, Joseph yang sudah berusia uzur dijatuhi hukuman seumur hidup. Hukuman itu mungkin hanya dijalaninya beberapa tahun, mengingat usianya yang sangat sepuh. Namun jangan buru-buru merasa kasihan, sebab kalian perlu ingat bahwa ia adalah pembunuh sadis yang sudah menghabisi puluhan nyawa dan merusak masa depan lebih dari 50 perempuan korbannya yang ia nodai.


HWASEONG KILLER

Sekarang kita beralih ke pembunuh berantai yang sama-sama ilusif, namun lebih tenar karena berhasil “merasuk” ke pop culture Korea. Kasusnya disebut sebagai “Hwaseong Murder” karena terjadi di kota Hwaseong di Provinsi Gyeonggi. Media Korea, tak seperti media Amerika, tak menamai pembunuh berantai ini dengan julukan tertentu, sebab di Korea sendiri aksi pembunuhan berantai amatlah jarang. Bahkan, Hwaseong Murder merupakan kasus pembunuhan berantai pertama di sejarah Korea Selatan sendiri.

Kasusnya bermula pada 1986 dan berakhir pada 1991 dimana pada rentang waktu tersebut, korban-korban pembunuhan berantai itu ditemukan dengan kondisi menggenaskan. Para korbannya yang adalah wanita ditemykan dalam kondisi terikat dan mulut disumpal. Penyebab kematiannya selalu sama, yakni mereka dicekik dengan pakaian dalam mereka sendiri (kadangkala, sang pembunuh juga menggunakan kaos kaki). Tak hanya itu, sebelum tewas, mereka juga diperkosa oleh sang pelaku. Adanya kesamaan modus operandi ini membuat polisi yakin bahwa pelakunya adalah orang yang sama.

Kasus ini dimulai ketika seorang wanita bernama Lee Wan-im dilaporkan menghilang pada 15 September 1986 kala ia tengah mengunjungi putrinya. Empat hari setelahnya, mayatnya ditemukan tergeletak di padang rumput. Sebulan kemudian, wanita lain bernama Park Hyun-sook juga lenyap. Ia menghilang setelah terakhir dilaporkan dalam keadaan hidup menuruni sebuah bus. Mayatnya ditemykan tiga hari kemudian di dalam sebuah selokan. Dua bulan kemudian, kasus yang sama terjadi dimana Kwon Jung-bon menghilang dan juga ditemukan tewas. Lebih naas ketimbang korban-korban sebelumnya, jenazahnya baru ditemukan tiga tahun kemudian pada 1987.

Pembunuhan terakhir pada tahun 1986 terjadi pada 21 Desember dimana jenazah Lee Kye-sook ditemukan di areal persawahan, dicekik dengan payungnya sendiri. Pada tahun berikutnya, 1987 hingga 1988, aksi pembunuhan sang pelaku makin menggila dengan semakin banyak bergelimpangannya mayat korban. Tercatat, Hong Jin-young, Park Eun-joo, Ahn Gi-soon, Park Sang-hee, Kim Mi-jung, merupakan nama-nama para wanita (kebanyakan gadis di bawah umur) yang meregang nyawa karena menjadi korban kebiadaban sang pembunuh.. Korban terakhir ditemukan pada 3 April 1991 bernama Kwon Soon-sang yang juga ditemukan tewas dengan kondisi yang sama seperti korban-korban yang lain.


Entah benar atau tidak, muncul desas-desus bahwa sang pembunuh hanya mengincar wanita berpakaian merah di tengah hujan, seperti ilustrasi di atas

Kasus-kasus ini tentu menghenyakkan publik dan menimbulkan gelombang ketakutan dari masyarakat, sebab merekapun bisa saja menjadi korban berikutnya. Pemerintah Korea pun tak tinggal diam bahkan menurunkan 2 juta polisi untuk memecahkan kasus pembunuhan ini. Total, kasus ini bahkan memiliki sekitar 21 ribu tersangka. Namun sayang, tak ada satupun di antara mereka adalah sang pembunuh yang sesungguhnya.

Rumor muncul bahwa sang pembunuh senantiasa mengincar wanita yang berpakaian merah yang berjalan malam hari kala hujan turun. Hal ini dimanfaatkan dengan menyamarkan beberapa polisi wanita menggunakan pakaian tersebut untuk memancing korban. Tapi lagi-lagi trik itu juga gagal.

Dari ribuan tersangka yang ada, polisi hanya berhasil menangkap satu orang. Pria itu bernama Yoon Sang-Yeo, seorang pria yang rambutnya ditemukan di TKP korban pembunuhan kedelapan, yakni Park Sang-hee. Namun mereka berpendapat bahwa kasus itu adalah “copycat killer” dan Yoon, sang tersangka, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dengan pura-pura meniru modus operandi sang pembunuh berantai agar ia tak dicurigai. Iapun dijebloskan ke penjara dengan hukuman seumur hidup.

Setelah puluhan tahun tak terseingkap, perhatian publik kembali terarah ke kasus ini, berkat film blockbuster Korea berjudul “Memories of Murder” pada 2003 dimana film ini menceritakan kiprah dua polisi yang berusaha memecahkan serangkaian kasus pembunuhan yang oleh sang pembuat film terinspirasi oleh Hwaseong Murder. Tak hanya itu, seperti kasus Hwaseong Murder yang sesungguhnya, sang pembunuh aslinya pun tak pernah tertangkap.

Hingga kini.


TERTANGKAPNYA SANG JAGAL


Karena teknologi analisis DNA seperti inilah, misteri identitas Golden State Killer dan Hwaseong Killer yang terkubur selama puluhan tahun akhirnya terungkap jua

Sama seperti kasus Golden State Killer yang baru terpecahkan pada 2018, kasus ini juga baru-baru ini terpecahkan berkat teknologi DNA. Pada saat pembunuhan berantai berlangsung pada 1980-an, Korea Selatan belum memiliki teknologi analisis DNA sendiri dan semua sampel DNA harus dikirim ke Jepang (kalo di versi filmnya dikirim ke Amerika Serikat) untuk dianalisis. Namun tentu zaman telah berubah. Korea Selatan seperti yang kita tahu, menjadi salah satu pelopor teknologi tinggi di Asia, menyaingi Jepang.

Pada 18 September 2019, polisi pun akhirnya berhasil menguak kepingan terakhir teka-teki yang telah tersembunyi selama puluhan tahun. Dari DNA yang tertinggal dari salah satu barang bukti, yakni celana dalam korban, akhirnya terkuaklah identitas asli sang pembunuh. DNA-nya cocok dengan salah satu narapidana, bernama Lee Choon-jae. Lee sendiri ditangkap pada 1994 atas kasus pembunuhan adik iparnya sendiri dan semenjak itu mendekam di penjara. Karena itulah, aksi pembunuhan berantainya pun terhenti dan kasus Hwaseong Murder menjadi “cold case”.

Tak hanya itu, plot twist demi plot twist pun terungkap begitu ia tertangkap. Lee mengakui bahwa ia telah membunuh 14 wanita, padahal polisi sendiri hanya mengetahui 10 dari korbannya. Ini membuktikan, aksi pembunuhan berantai ternyata lebih sadis dari dugaan semula para polisi. Tak hanya itu, Lee juga mengakui bahwa ialah yang membunuh Park Sang-hee, sang korban kedelapan, bahkan dengan gamblang dan rinci menjelaskan kondisi TKP saat itu, yang tentu hanya diketahui sang pembunuh dan polisi. Padahal, jika kalian menyimak cerita gue di atas, pembunuhan itu sudah telanjur dituduhkan pada pria bernama Yoon Sung-yeo yang DNA-nya tertinggal di TKP.


Kasus Hwaseong Murders banyak menginspirasi film dan serial Korea Selatan, salah satunya adalah "Tunnel" yang diadaptasi menjadi Goplay Original Series ini

Ternyata, di luar dugaan semua orang, Yoon bukanlah pembunuh yang sebenarnya. Ia mengaku bahwa selama interogasi, ia dipaksa mengaku sebagai pembunuhnya. Mirisnya, kala itu ia sudah telanjur dipenjara selama hampir 20 tahun. Ternyata bukan hanya sang pembunuh yang menjadi momok yang ditakuti oleh para penduduk Hwaseong, dimana pembunuhan berantai itu terjadi, namun juga para polisi. Sudah bukan rahasia lagi tentang kebrutalan para penegak hukum dalam usaha mereka membongkar kasus kematian tersebut. Ternyata tak hanya wanita di kota itu yang senantiasa cemas berjalan sendirian karena takut menjadi korban pembunuhan sadis tersebut, namun juga para prianya tidak berani keluar rumah karena takut akan dituduh sebagai pelakunya dan disiksa oleh polisi. Bahkan, salah seorang tertuduh bernama Kim, juga disiksa selama interogasi, bahkan hingga akhirnya bunuh diri.

Kasus yang menghebohkan Korea Selatan, bahkan tertoreh dalam sejarahnya ini, telah banyak diadaptasi ke banyak karya film dan serial TV, di antaranya “Memories of Murder” (2003), “Confession of Murder” (2012), “Gap-dong” (2014), “Signal” (2016), dan “Tunnel” (2017). Namun saran gue, silakan nonton “Memories of Murder” karena cukup akurat menggambarkan kasus tersebut.

SUMBER: WIKIPEDIA (GOLDEN STATE KILLER), WIKIPEDIA (HWASEONG MURDERS), CNN



5 comments:

  1. Btw salah satu pemeran wanita di memories of murder kill her self 2 years ago : Jaksel mode on

    ReplyDelete
  2. Berarti dari list Hell Brake Loose yang dibuat, tinggal sepuluh yang belum diketahui

    ReplyDelete
  3. Halo kak Dave.... Aku udah beberapa tahun jadi sider TvT. Tapi aku penggemar berat riddle2 kakak. Salken. Aku ingin sekalian nanya, Hwaseong killer ini rada2 mirip sama kasus di serial drama GAP DONG?? Mohon klarifikasi, sekali lagi salken. Trimss

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bantu jawab anon, memang kedua drama itu terinspirasi dari kasus/kejadian nyata di korsel, hwaseong serial killer

      Delete
  4. Aku inget original night stalker ini pernah disebut di blog bang Dave juga ternyata setelah ku ubek2 blognya bang Dave dia ada di artikel tentang pembunuh berantai sadis yang tidak tertangkap tahun 2015... Wow nggak nyangka pada akhirnya bisa di reveal, apakah nanti suatu saat Jack the ripper juga bisa di reveal?

    ReplyDelete