Thursday, October 22, 2020

UNSOLVED MYSTERIES PART 4: TEORI KONSPIRASI DI BALIK KEMATIAN KELUARGA DUPONT DE LIGONNES, BENARKAH SANG COUNT PELAKUNYA?

 

Misteri kematian keluarga Dupont de Ligonnes dan lenyapnya sang ayah, yang menjadi tersangka utama kasus pembunuhan itu, masihlah memukau imajinasi para pemerhati kasus kriminal. Apalagi setelah kasus ini diangkat di salah satu episode acara “Unsolved Mysteries” di Netflix. Bahkan, setelah hampir satu dekade kasus kematian tersebut, pengaruhnya masih saja bergaung di dunia modern ini.

Pada Juli 2020, sebuah keluarga tengah menikmati liburan mereka di sebuah danau di Chicago, Amerika Serikat. Kala itu, mereka mendengar seorang pria berbicara dalam bahasa Prancis dan ketika menoleh, mereka terhenyak. Pria yang mereka lihat kala itu amatlah mirip dengan Xavier Dupont de Ligonnes yang menjadi buron atas kematian keluarganya sendiri. Namun benarkah itu dia? Atau hanya seseorang yang mirip?

Semenjak lenyapnya sang Count, sekitar 800-900 penampakannya dilaporkan oleh para saksi mata. Bahkan, setelah kasusnya menyeruak berkat Unsolved Mysteries, tak tanggung-tanggung, ada sekitar 2.000 laporan yang menyatakan mereka melihat seseorang mirip dengan Xavier, di berbagai belahan dunia.

Benarkah sang Count tengah berkeliaran dengan nyamannya di luar sana setelah melenggang bebas dari kasus pembunuhan keluarganya? Atau justru sebaliknya, semenjak awal Xavier tak memiliki keterlibatan apapun atas kematian anak dan istrinya?

Sang Count ketika masih muda

Sejak awal, keluarga dan sahabat dekat Xavier sudah meragukan, apakah ia mampu membunuh keluarganya sendiri. Bukan saja secara hati nurani, namun juga secara fisik. Kala menghilang pada tahun 2011, ia adalah pria berusia 50 tahun dengan fisik yang biasa-biasa saja. Tentu saja ia mampu menembak mati keluarganya, bukan hal yang sulit untuk menarik pelatuk. Tapi yang membuat mereka bingung adalah bagaimana ia menguburnya.

Mengubur 5 orang (belum lagi ditambah 2 ekor anjing) merupakan pekerjaan yang sangat berat. Xavier dikenal memiliki masalah pada tulang belakangnya yang membuatnya tak mampu membungkuk, apalagi menggali di bawah patio selama berjam-jam. Tak hanya itu, untuk mengubur kelima keluarganya dan kedua anjingnya, Xavier diperkirakan perlu menggali sebanyak 2,5 meter kubik tanah. Satu meter kubik tanah saja beratnya setara 1,2 hingga 1,7 ton. Mampukah Xavier, yang sudah berumur setengah abad, melakukannya sendirian?

Namun jika bukan Xavier yang melakukannya, lantas siapa?


Dibawah patio inilah mayat istri dan anak-anak Xavier ditemukan. Banyak yang meragukan bahwa Xavier mampu membungkuk di bawahnya karena ia memiliki sakit punggung yang parah. Belum lagi, darimana ia memiliki kekuatan untuk menggali kubur 5 orang?

Kita harus kembali ke email yang dikirimkan Xavier ke sanak terdekatnya kala keluarganya menghilang. Kala itu ia mengaku bekerja sama dengan DEA untuk mengungkap sebuah kasus, namun penyamarannya terbongkar. Takut akan keselamatan keluarganya, iapun ikut ke dalam program perlindungan saksi dan pindah, entah kemana.

Ada dua kemungkinan tentang siapa penulis email ini, yakni benar Xavier, atau teori kedua, justru sang pembunuh yang mengirimnya.

Jika teori pertama benar, maka sangat mungkin kini keluarga Dupont de Ligonnes terlibat ke dalam sebuah masalah yang serius. Bisa saja ia menjadi incaran sebuah organisasi mafia atau gembong narkoba yang tak segan-segan mengutus para pembunuh profesionalnya untuk membungkamnya dan membunuh keluarganya sebagai “ganjaran”. Bisa saja, inilah alasan Xavier berlatih menggunakan senjata api yang diwariskan ayahnya untuk membela diri. Satu lagi fakta yang mendukung teori ini adalah sebelum mereka menghilang, Xavier sebenarnya sudah membuat janji di arena menembak untuk kedua putranya, Thomas dan Benoit. Jadi jelas, Xavier juga ingin kedua anaknya itu belajar menggunakan senjata api. Jika ia hendak membunuh mereka, untuk apa ia melakukan hal itu?

Namun jika teori kedua benar, implikasinya-pun tak kalah mengerikan. Bisa saja Xavier memang bukan mata-mata DEA dan ia tak terlibat dengan gembong narkoba. Namun ingat, Xavier sedang berada dalam kesulitan keuangan yang serius. Apalagi statusnya sebagai seorang Count dengan darah bangsawan membuatnya harus menjaga muka dan mencari uang dengan cara apapun. Tak sulit membayangkan, Xavier terlibat bisnis kotor demi meraih penghasilan dengan cara instan. Teori ini didukung dengan salah satu bisnisnya yang sempat gue singgung di part sebelumnya, SELFREF, memiliki aktivitas yang bisa dibilang mencurigakan.


Bahkan Anne, putri Xavier-pun tak tahu apa bisnis yang dijalani ayahnya untuk menopang hidup glamor mereka

Gue berhasil menemukan artikel berbahasa Prancis yang berisi kesaksian salah satu teman dekat Anne, putri keluarag Dupont de Ligonnes. Bahkan Anne sendiri mengaku ke sahabatnya itu bahwa ia tak pernah tahu apa pekerjaan ayahnya. Yang jelas, ayahnya memiliki pekerjaan dan selalu pulang membawa uang yang cukup untuk gaya hidup mereka setiap hari. Kita mungkin tak pernah tahu, bisnis apakah yang dilancarkan oleh SELFREF, perusahaan milik sang Count tersebut. Tapi yang jelas, perusahaan itu dideklarasikan bangkrut pada 2010. Setahun kemudian, peristiwa tragis itu terjadi, jadi jelas itu bukanlah kebetulan. Apakah keinginan sang Count untuk menjaga gaya hidup mewah keluarganya membuatnya terlibat masalah yang berujung bencana?

Jika benar bukan Xavier pelakunya, maka kenapa ia kabur? Apa ia takut akan nyawanya sendiri? Apakah ia selamat dari pembantaian itu dan mencoba bersembunyi? Tapi dari tindak-tanduknya, terlihat jelas kesan bahwa ia sama sekali tak hendak bersembunyi. Ia dengan terang-terangan menggunakan kartu kreditnya, yang jelas bisa terlacak oleh polisi, di beberapa hotel yang ia inapi. Jika benar ia ingin “tidak terlihat”, bukankah lebih logis jika menarik semua uangnya, lalu menggunakan uang cash tiap kali hendak membelanjakannya? Bahkan dalam satu kesempatan, wajahnya bahkan sampai tertangkap kamera. Mengingat ia sendiri kini buron, bukanlah seharusnya ia berhati-hati.

Namun bagaimana jika bukan Xavier yang tertangkap kamera kala itu, melainkan seseorang yang mirip dengannya?


Mereka yang mengenal Xavier mengaku bahwa wajah pria itu "biasa-biasa" saja sehingga kerap orang lain salah mengenalinya

Gue akan memberikan sedikit gambaran tentang teori ini. Pada 2018, polisi menggebrek sebuah biara Katolik di kota Roquebrune sur-Agens (jika kalian ingat, itu adalah kota dimana ia terakhir kali terlihat). Alasannya karena ada laporan bahwa salah satu biarawan yang ada di sana adalah Xavier. Namun setelah penyelidikan, terungkap bahwa sang biarawan ternyata hanya memiliki wajah yang mirip dengan sang tersangka. Peristiwa serupa terjadi pada 2019 di bandara Glasgow, Skotlandia, ketika seorang pria berpaspor Prancis juga ditangkap karena kemiripannya dengan sang Count. Namun setelah melalui tes DNA, ternyata terbukti mereka lagi-lagi salah tangkap.

Semua penuturan dan kesaksian keluarga dan sahabat dekat Xavier akan mengatakan hal yang sama ketika disuruh menggambarkan pria itu, yakni bahwa Xavier adalah pria yang “biasa-biasa saja”. Walaupun mewarisi darah biru, tapi penampilannya sangatlah biasa dan tak mencolok. Bahkan wajah dan perawakannya juga tergolong “rata-rata” seperti orang kulit putih pada umumnya. Tak heran, banyak yang salah mengira orang lain sebagai Xavier, karena penampilannya yang umum seperti itu. Besar kemungkinan, kasus yang kita temui di Chicago di awal artikel itu juga hanyalah kebetulan semata. Maka tak heran, bisa saja dengan mudah orang lain menyamar sebagai Xavier, menampakkan dirinya di hotel-hotel itu, untuk menggiring kecurigaan polisi bahwa Xavier kabur.

Apakah benar kematian keluarga Dupont de Ligonnes adalah sebuah kasus konspirasi? Pengacara keluarga korban bahkan memiliki teori lain yang jauh lebih rumit (namun lebih happy ending). Mengingat pihak keluarga korban tak pernah mengidentifikasi korban karena mereka dilarang melihat ke dalam peti mati saat mereka dikuburkan, mereka memiliki pendapat lain yang cukup ekstrim. Mereka mengira, bahwa jenazah yang ditemukan di bawah patio kediaman Dupont de Ligonnes bukanlah mayat Agnes dan anak-anaknya.

Ada beberapa fakta yang mendukung teori ini. Pertama, ketika diotopsi, pihak forensik berpendapat bahwa kelima jenazah itu tewas antara tanggal 2-5 April 2011. Namun klaim ini segera dibantah oleh kesaksian beberapa orang terdekat Agnes yang mengaku masih melihatnya dalam keadaan hidup tanggal 7 April 2011. Kedua, polisi ternyata tak pernah melakukan tes DNA untuk memastikan apakah jenazah yang mereka temukan terkubur itu benar milik Agnes dan keluarganya. Mereka hanya berhasil membuktikan bahwa kelima jenazah itu memiliki hubungan darah. Lalu, jika benar itu bukan jenazah Agnes dan keluarganya, lalu siapa? Siapa yang memiliki otoritas untuk mencuri 5 jenazah dari kamar mayat untuk memalsukan kematian mereka?

Jawabannya: polisi!

Ingat di email terakhir yang dikirimkan Xavier pada ia terlibat dengan DEA dan kini berada dalam ancaman sebuah sindikat, sehingga ia perlu masuk ke program perlindungan saksi? Mungkinkah DEA, bekerja sama dengan kepolisian Prancis, memalsukan kematian keluarga Dupont de Ligonnes? Namun jikalau itu benar, kenapa mereka harus membuatnya menjadi terlihat seperti sebuah kasus pembunuhan? Bukankah lebih mudah mereka merancang sebuah kasus kecelakaan, seperti kebakaran atau tabrakan mobil? Mengapa mereka harus menuduh Xavier sebagai pelakunya?


Xavier kala muda kerap berpetualang, salah satunya menggunakan kereta, berkeliling Eropa. Mungkinkah ia kini melakukan hal yang sama dalam pelariannya?

Gue sudah menggelontorkan beberapa teori tentang misteri yang menyelubungi Cound Dupont de Ligonnes dan keluarganya. Silahkan teori mana yang mau kalian percayai. Apakah kematian keluarga Dupont de Ligonnes benar-benar didalangi sang ayah yang malu karena dinasti kebangsawanan mereka berakhir dalam kemiskinan dan kebangkrutan? Benarkah sebuah organisasi misterius membunuh keluarga Dupont de Ligonnes dan membuatnya seakan sang ayah adalah pelakunya? Ataukah kematian mereka hanyalah sebuah ilusi konspiratif untuk menyelamatkan nyawa mereka?

Bahkan tanpa teori konspirasi yang rumit sekalipun, keluarga sang darah biru itu seakan senantiasa menyimpan sejuta rahasia. Salah satunya, bak sebuah plot twist di drama kriminal, salah satu sahabat Xavier di “Unsolvd Mysteries” menggelontorkan sebutir rahasia bahwa Arthur, anak sulung keluarga tersebut, sesungguhnya bukanlah anak kandung Xavier. Siapakah ayah Arthur yang sebenarnya, rahasia itu dibawa Agnes ke alam baka. Apakah ini ada hubungannya dengan kematian tragis keluarga tersebut? Lalu Xavier, tak hanya menyimpan rahasia kebangkrutannya, juga masih menjalin hubungan baik dengan mantan kekasihnya, Claudia, yang semasa muda nyaris ia nikahi. Apakah inipun ada kaitannya?

Apakah salah satu dari rahasia-rahasia ini membawa keluarga Dupont de Ligonnes ke ajal mereka? Yang jelas, apa yang menimpa keluarga bangsawan ini layaknya membuat kita sadar bahwa kita takkan pernah tahu rahasia yang disimpan oleh tetangga kita dibalik pintu-pintu rumah mereka yang tertutup rapat. Entah bahagia ataukah tidak, bukanlah hak kita untuk menghakimi.

1 comment:

  1. Inilah kesalnya kalo baca cerita nyata. Meskipun penasaran berat, tetep aja ga bisa beneran tau gimana ending-nya 😭😭😭

    Yang soal Agnes masih hidup tanggal 7 padahal menurut otopsi seharusnya udah mati paling nggak dua hari (dan berhubung itu kesaksian orang-orang terdekat, menurutku kemungkinan salah mengenali itu kecil), seberapa akurat hasil otopsinya?
    Jenazah ditemukan tanggal 21 April, beberapa minggu setelah watu kematian. Dan menurut pengetahuan yang aku dapet dari baca novel detektif, semakin lama jenazah ditemukan semakin sulit mengetahui waktu kematian secara pasti, dan bahwa kondisi sekita jenazah juga mempengaruhi proses rigor mortis dan pembusukan yang jadi dasar penetapan waktu kematian. Jadi ada kemungkinan juga kalo ketujuh korban dibunuh setela tanggal 7 tapi mayatnya disimpen di tempat lain yang kondisi udara dan suhunya beda jauh dari tempat mereka ditemukan buat mengacaukan waktu kematian.
    Tapi kalo teori ini benar, berarti Xavier hampir ga mungkin adalah pelakunya (atau paling nggak, dia butuh bantuan orang lain buat ngangkutin mayat, dsb).

    ReplyDelete