Tuesday, October 20, 2020

REVIEW FILM HOROR PALING RECOMMENDED ALA MENGAKU BACKPACKER UNTUK BULAN SEPTEMBER 2020

Hallo guys, balik lagi di postingan bulan ini. Sesuai judulnya, harusnya artikel ini diposting bulan September kemaren. Sorry banget bulan kemaren gue nggak bisa apdet gara-gara ... yah, tahu lah kalian. Tapi tenang aja, di bulan ini gue punya banyak banget ide postingan, salah satunya tentu saja review film yang emang wajib gue share tiap kali gue nemu film yang bagus dan musti gue recommend ke kalian. Nah berhubung bulan kemaren gue lagi nafsu banget nonton film gore, maka nggak heran kalo film yang gue tawarkan kali ini bergenre sadis ini. Apa aja filmnya? Silakan disimak!


1. AQUASLASH (2019)


Akhir-akhir ini gue tertarik banget nonton film-film horor bikinan Kanada setelah gue nonton “The Decline” bulan kemaren (film yang saking bagusnya ampe bikin gue bela-belain langganan Netflix hehehe). Kali ini film Kanada lain yang gue tonton (walau jelas kualitasnya nggak sebagus “The Decline” karena film itu sulit bagus disaingi kualitasnya) adalah “Aquaslah”. Film remaja bergenre horor komedi ini berkisah tentang anak-anak SMA yang merayakan kelulusan mereka di sebuah wahana taman bermain air. Tapi siapa sangka, ada yang berniat jahat hingga memasang perangkap di salah satu seluncuran sehingga bencana dan darah pun mulai mengalir.

Oke, perlu gue akui, dari awal hingga pertengahan, film ini emang garing banget. Isinya cuman konflik-konflik ala remaja yang nggak jelas jluntrungannya. Kalo konflik remajanya kayak “Vampire Diaries” atau “Riverdale” sih boleh-boleh aja. Tapi ini konfliknya mirip banget ama sinetron Indonesia deh. Rebutan pacar, berantem, idih ... pokoknya jalan ceritanya bener-bener bikin gue cringe.

Tapi klimaks film ini, di luar dugaan, bener-bener memuaskan gue. Gore-nya dapet dan tragisnya pun dapet. Mungkin kalian (terutama yang fans genre slasher yang hardcore) berpikir, ah masak cuman gitu doang klimaksnya? Tapi yang melihat film ini dari sudut film disaster (atau malah semacam film dokumenter) kejadian seperti ini amatlah ngeri dan bisa saja kejadian di dunia nyata.

Melihat paruh keduanya yang begitu memuaskan gue, gue jadi berpikir, jangan-jangan kualitas paruh pertama emang sengaja “direndahin” ama pembuat filmnya sebagai homage film-film slasher ala 80-an (yang notabene emang kebanyakan B-movie yang cuman quick cash-grab). Yang jelas, film ini ternyata melebih ekspetasi gue dari sebuah horor slasher ala remaja dan gue kasi skor 3,5 CD berdarah. Lumayan dan cukup lah buat menghabiskan waktu luang kalian.

PS: Oya banyak banget adegan cewek berbikini di sini, so I guess that's a plus?


2. INHERITANCE (2020)


Mungkin salah satu film yang gue anggap terbaik di tahun 2020 ini justru film yang mendapat skor amat rendah di Rotten Tomatoes, yakni hanya 25% saja. But whatever, toh gue nggak pernah percaya skor Rotten Tomatoes secara banyak film yang berskor tinggi tapi ternyata bikin gue kecewa, tapi ada pula film berskor rendah yang ternyata amat gue nikmatin. It's all about taste alias tergantung selera kita masing-masing.

Salah satu yang membuat gue tertarik menonton film ini adalah dua bintang utamanya, yakni Lily Collins, putri dari penyanyi legendaris Phil Collins (anak-anak millenial masih kenal nggak yang sama dia?) dan komedian asal Inggris, Simon Pegg. Simon Pegg sendiri adalah salah satu komedian favorit gue, mengingat perannya sebagai Benji di franchise “Mission Impossible” hingga Butch di franchise “Ice Age”. Maka dari itu, gue cukup heran melihat Simon Pegg bermain di sebuah film horor dengan atmosfer yang cukup kelam seperti ini. Dia pernah sih main di “Shaun of The Dead” tapi itu kan film zombie komedi, bukan dalam peran serius seperti ini.

Premis film ini cukup menarik dan kreatif, yakni seorang gadis dari keluarga berada yang ditinggalkan warisan yang tak biasa oleh ayahnya yang baru saja meninggal. Warisan itu ternyata sebuah bunker dimana di dalamnya seorang pria yang mengaku sudah dikurung di sana selama bertahun-tahun. Siapa pria itu dan rahasia kelam macam apa yang disembunyikan keluarganya selama ini?

Jujur sih, gue tahu kenapa skor Rotten Tomatoes-nya rendah. Ada plot hole di sana-sini, selain itu durasinya juga kelamanya (1 jam 45 menit) yang sempat membuat gue enggan menontonnya. Tapi ternyata semua kekurangan teknis di sana-sini setimpal dengan jalan cerita menarik yang semenjak awal ditawarkan film ini. Film ini juga memiliki plot twist andalan di klimaksnya, tapi menurut gue bahkan tanpa plot twist itupun, konsep film ini sudah ama “enganging” dan menarik.

Gue akan kasi skor 4 CD berdarah untuk film ini. Bukan untuk membuktikan selera gue anti-mainstream nggak seperti orang kebanyakan, tapi karena film ini adalah drama thriller yang memang patut diperhitungkan.


3. OKARUTO (2009)


Ini film lama sih, bikinan 2009 jadi kurang lebih 11 tahun yang lalu, tapi tetap saja yang namanya film horor Jepang dari masa kejayaan J-horror pastilah menarik. Film bergenre found footage ini meceritakan sebuah insiden penusukan di sebuah tempat wisata yang menewaskan tiga orang. Sang pelakunya bunuh diri sehingga menyisakan misteri tentang apa yang menyebabkannya melakukan kejahatan seperti itu. Ketika sebuah kru film dokumenter bertekad menguak misteri itu dengan menelusuri masa lalu pelaku dan mewawancarai para penyintas, maka hal-hal aneh-pun mereka temui, berujung pada tragedi mengerikan.

Film ini bisa gue bilang amat berhasil sebagai sebuah film found footage yang menarik, walaupun minim sekali adegan scare. Di sini kita justru diajak masuk ke dalam pikiran seorang pelaku pembunuhan massal yang uniknya, sangatlah relevan dengan isu-isu yang emang benar-benar ada, semisal terorisme. “Okaruto” sendiri dalam bahasa Jepang berarti “occult” atau “sekte”. Biasanya para pelaku pembunuhan massal (semisal bom bunuh diri dan tragedi gas sarin di stasiun bawah tanah Tokyo) adalah perbuatan anggota sekte yang udah keburu tercuci otaknya.

Tema ini emang agak aneh menurut gue diangkat oleh sebuah film Jepang. Tapi mengingat tragedi gas sarin yang gue sebutkan tadi pada 1995, tak heran tema ini mampu membuat terkesima publik Jepang. Sutradaranya juga merupakan sutradara sama yang membuat film “Noroi”, film found footage Jepang terbaik menurut gue.

Tapi perlu diingat, film ini adalah film low-budget. Makanya tak heran, adegan terakhirnya, walaupun menurut gue jenius dan bone-chilling, mungkin terlihat agak konyol buat kalian. But nevertheless, gue sangat menikmati film ini dan gue nggak segan memberikan skor 4 CD berdarah untuk film ini.

PS: film ini bisa kalian nikmati dengan gratis di channel Youtube ini, tapi jangan bilang-bilang ya hehehe


4. SPREE (2020)


Salah satu daya tarik utama film ini tentu saja pemeran utamanya, yakni Joe Keery, aktor pemeran Steve Harrington di “Stranger Things”. Begitu tahu kalo Steve maen di sebuah full feature film horor yang mainstream, I'm in! Tapi ternyata nggak cuma aktornya saja yang udah keburu terkenal, namun jalan cerita dan konsepnya juga ternyata jauh lebih menarik.

“Spree” menceritakan tentang obsesi seorang pemuda broken home bernama Kurt, yang sama seperti kebanyakan millenial lainnya, kebelet viral. Namun langkah itu ditempuhnya dengan cara yang amat ekstrim, yakni menjadi pembunuh berantai dan menayangkan aksinya secara livestream, menggunakan pekerjaan sebagai pengemudi taksi online untuk mencari mangsa.

Film ini bergenre horor komedi (dan sedikit splatter juga). Seperti kalian tahu kalo kalian baca review-review sebelumnya, gue agak nggak merestui ama yang namanya horor komedi dan biasanya nggak gitu demen ama genre itu. Tapi film ini, di luar dugaan gue, benar-benar membuat gue ketawa ampe ngakak. Lucunya dapet, sadisnya dapet, tragisnya dapet. Apalagi film ini juga bisa digolongkan sebagai “found footage” karena seluruhnya ditayangkan menggunakan format livestreaming dan kamera CCTV mobil, yang juga membuatnya makin nyata dan seru.

Simpelnya, film ini adalah salah satu film terbaik yang pernah gue tonton. Bahkan gue nggak takut memberikan skor sempurna, yakni 5 CD berdarah. Benar-benar recommended dan sayang jika kalian lewatkan!


5. RANDOM ACTS OF VIOLENCE (2019)


Salah satu film brilian lainnya yang jarang dibicarakan orang tahun ini, film ini memiliki premis yang cukup simpel. Seorang komikus Amrik menelurkan sebuah karya sadis tentang aksi seorang pembunuh berantai yang ia namai “Slasherman”. Tapi siapa sangka, seseorang benar-benar terinspirasi dengan sosok tersebut dan memulai aksi pembunuhan berantai menggunakan gambar di halaman-halaman komik itu sebagai idenya. Tak hanya itu, selain mayat-mayat yang mulai bergelimpangan, orang-orang yang dekat dengannya pun mulai terancam. Siapakah sang pembunuh berantai itu dan apa motifnya?

Film ini jelas tak malu-malu menuangkan adegan-adegan gore yang bakalan membekas di benak kita. Oke, jika gore nggak cukup buat kalian, kengerian lainnya adalah betapa desperate-nya para korban sebelum mereka menemui ajal mereka. Bisa dibilang, aksi pembunuhan di film ini lebih realitis, ketimbang film-film slasher lainnya yang biasanya pakai adegan kejar-kejaran atau kucing-kucingan. Adegan finalnya pun memuaskan dan memiliki sedikit “twist” menurut gue ketika sang pembunuh menjelaskan alasannya melakukan aksinya.

Namun selain menawarkan adegan-adegan gore yang sadis, film ini juga menyajikan sedikit pesan moral, bahwa kita harus hati-hati dalam membuat karya. Jangan pikir karena kita bebas membuat apapun, lalu kita sama sekali nggak punya batasan dan pada akhirnya melukai hati orang lain atau bahkan menginspirasi orang berbuat jahat.

Sayang tentu saja film ini tidak sempurna. Dari beberapa adegan, gue bisa menyimpulkan sang sineasnya ingin mengejar visi artistik sehingga beberapa adegan agak kurang bisa dipahami maksudnya, bahkan membingungkan. Tapi overall, film ini jelas bisa dinikmati oleh penggemar horor. Gue kasi skor 3,5 CD berdarah.


6. THE DARE (2019)


Salah satu film slasher yang menurut gue berpotensi, film ini mengisahkan tentang seorang pria yang diculik dan ketika ia bangun, ia berada di dalam sebuah ruangan dengan tiga tawanan lainnya. Sang penculik ternyata berotak sadis dan memaksa mereka memainkan sebuah permainan yang menjijikkan untuk menyiksa jiwa dan raga mereka. Namun apa motifnya melakukan semua kekejian itu?

Oke, dilihat dari premisnya emang mirip banget ama “Saw”. Mungkin seperti film inilah jadinya jika tokoh antagonis di film “Saw” dikasih background cerita yang menyedihkan sehingga alasannya membunuh pun bisa diamini. Adegan-adegannya seperti bisa kalian tebak cukup gore dan beberapa scene bisa dibilang tak bisa ditebak dan cukup mengagetkan gue. Oya, banyak banget adegan ama serangga dan belatung sehingga sedikit banyak film ini ngingetin gue ama “Perfection”.

Walaupun sangat underrated, tapi gue cukup menyarankan film ini buat kalian. Cocok buat mengisi waktu luang (apalagi kalo kalian suka mengisi waktu luang sambil nonton orang disiksa wkwkwk). Gue kasi skor 3,5 CD berdarah. Mungkin nggak sebagus “Saw” dan twistnya pun nggak sedahsyat film itu, but at least they tried.

Oya, film ini juga punya lagu ending yg kickass dan pas banget ama isi hati pembunuhnya wkwkwk. Dengerin deh sampai akhir.


7. THEY'RE INSIDE (2019)


Ngomongin film “found footage”, trend ini sudah dimulai cukup lama, yakni lebih dari 20 tahun lalu ketika “Blair Witch Project” pertama kali tayang pada 1999. Emang ada sih film-film “found footage” yang bener-bener breakthrough semisal “Paranormal Activity” dan “Unfriended”. Tapi bisa dibilang, kini film-film “found footage” kebanyakan sudah kehabisan ide. Nggak bisa disalahin juga sih, selain seru, pembuatannya juga amat murah, sehingga sudah terlalu banyak orang mencobanya. Sedangkan teknik “found footage” sendiri terbatas, sehingga sudah jarang banget ada film-film “found footage” anyar yang benar-benar spesial dan menelurkan ide baru.

Perasaan itu pulalah yang gue rasakan saat pertama kali memulai menonton film ini. Semenjak awal, film ini emang menempatkan diri sebagai film “found footage” yang “biasa-biasa” aja. Segalanya emang “klise” di film ini, mulai dari ceritanya tentang kru yang membuat film di tengah antah berantah, lokasinya juga di sebuah rumah tua yang jauh dari mana-mana, terus ada tokoh yang memfilmkan semua karena mau bikin “behind the scene”, belum lagi karakter stereotip tentang seorang sutradara ambisius yang ingin terus merekam walaupun sudah banyak kejadian aneh yang “alarming” di sekitarnya.

Tapi ternyata ada banyak hal baru yang ditawarkan di film ini. Pertama, film ini berkisah bukan tentang hantu seperti “found footage” pada umumnya, tapi bergenre slasher. Unik kan, slasher tapi “found footage”. Kedua, ada twist yang bener-bener nggak bisa gue tebak dan membuat gue menganga di menjelang akhir cerita.

Perlu gue akui, film ini bakalan lambat (kadang membosankan) dan isinyapun stereotip banget, artinya sudah pernah kalian lihat di film lainnya yang bergenre sama. Tapi jika kalian sabar menunggu, bakalan ada imbalan yang benar-benar memuaskan di akhir film. Twist di akhir inilah yang bisa membuat gue berani memberi skor yang lumayan tinggi, yakni 4,5 CD berdarah. Film ini benar-benar membuat gue memiliki harapan bahwa genre “found footage” belumlah mati dan bakalan ada cara-cara kreatif baru yang digunakan untuk mengeksplorasinya.


8. DIGGING UP THE MARROW (2014)


Lagi-lagi film dari salah satu genre favorit gue, yakni “found footage”. Film ini bercerita tentang seorang sutradara film horor yang ingin membuat film dokumenter tentang monster. Iapun mendapat undangan dari seorang mantan polisi yang mengetahui adanya dunia yang disebut “marrow” dimana monster tinggal. Namun ketika ia mulai mencari bukti tentang keberadan para monster ini melalui kamera, hal-hal mengerikan mulai menghinggapinya.

Oke, pertama film ini berbeda dengan genre “slasher” yang biasa diadopsi film-film “found footage” pada umumnya, dimana satu persatu para kru film tewas. Tokoh utama film inipun cuman ada 3, sang sutradara, fotografer, dan narasumber. Yang unik lagi, pemeran sang sutradara adalah sutradara sungguhan film ini yang juga merupakan sutradara kawakan Hollywood. Namanya adalah Adam Green dan beberapa karyanya seperti “Frozen” (bukan “Let It Go” tapi ini film horor minimalis tentang orang-orang yang terjebak di lift ski dan patut banget kalian saksikan) dan franschise slasher “Hatchet” (yang sejujurnya bukan film-film favorit gue). Tapi yang jelas, Adam Green ini punya nama di dunia perfilman horor. Keberadaan Adam di sini yang membesut sebuah film “found footage” menjadikan film ini bergenre meta-horor.

Satu lagi yang unik tentu saja temanya, yakni monster. Biasanya film “found footage” lebih mengeksplor sisi supranatural, semacam “Blair Witch Project” dan “Paranormal Activity” (ada satu seperti “They're Inside” yang gue sebutkan di atas menggali sisi slashernya). Tapi jarang lho film “found footage” yang mengangkat tema monster. Desain monsternya juga menurut gue cukup unik, bahkan ada satu yang menjadi jumpscare andalan di film ini.

Oke sekarang kelemahannya, yakni endingnya kurang memuaskan buat gue. Gue sih monster-monster di film ini bakalan lebih all out dan habis-habisan di ending filmnya. Tapi ternyata film ini lebih memilih ending yang “creepy” ketimbang yang full frontal seperti yang gue harapkan. But overall, salah jika mengatakan bahwa film ini mengecewakan. Film ini cukup menghibur dalam konsep “mockumentary”-nya. Gue kasi skor 4 CD berdarah, which is pretty high dan yang jelas lebih bagus dari rata-rata.


9. YUMMY (2019)


Film zombie berjudul “Yummy”? Sudah jelas pasti genrenya horor komedi. Film Belgia (hmmm ... negara yang nggak gue sangka-sangka bakal menghasilkan sebuah film horor, apalagi bergenre zombie) ini bercerita tentang seorang wanita yang pergi ke sebuah rumah sakit terpencil untuk operasi plastik. Ia ternyata merasa ukuran payudaranya terlalu besar sehingga ia seringkali menjadi korban pelecehan seksual laki-laki di sekitarnya. Tapi siapa sangka, di sana ia menghadapi sebuah wabah zombie gara-gara penelitian ilegal yang dilakukan rumah sakit itu di basement-nya.

Ya ya, gue tahu, masa-masa kejayaan film zombie bisa dibilang udah lewat. Tapi tetap saja film ini sama sekali nggak mengecewakan dan bener-bener fun. Karakter-karakternya sangat menarik, walaupun tingkah mereka konyolnya minta ampun. Adegan-adegan kematiannya juga cukup kreatif (ada satu adegan yang bikin gue ngakak banget, kalo kalian udah nonton pasti kalian tahu yang mana). Gue biasanya nggak negitu doyan sama horor komedi tapi film yang satu ini bener-bener patut disaksikan.

Fun, konyol, tapi juga nggak melupakan aksi gory para zombienya, film ini menurut gue pantas mendapat skor yang tinggi, yakni 4,5 CD berdarah. Definitely worth a watch!


10. ANTIBODIES (2005)

WARNING: ADULT CONTENT! 18+ ONLY!!!


Sebagai penutup, gue akan ngomongin sebuah film edan bikinan Jerman. Film yang terbilang cukup lawas ini (tapi kok gue nggak pernah denger ya) menceritakan tentang seorang pembunuh berantai sakit jiwa yang gemar membunuh bocah-bocah kecil untuk memuaskan fantasi seks gilanya. Di tempat lain, seorang polisi berusaha memecahkan pembunuhan misterius yang menimpa seorang gadis cilik di desanya. Keduanya akhirnya bertemu ketika sang psikopat akhirnya tertangkap dan sang polisi menduga keras bahwa ia pulalah yang menjadi pelaku pembunuhan gadis cilik di desanya. Namun masalahnya, gadis itu sama sekali bukan tipikal korban dari sang psikopat. Benarkah dia pembunuhnya atau ada rahasia lain tersimpan di desa itu?

Bisa gue bilang, film ini sakit sesakit-sakitnya, makanya gue amat menyarankan kalian yang masih di bawah umur untuk tidak menyaksikannya. Ada adegan full frontal yang cukup kentara, apalagi film ini diawali dengan adegan nudity yang mungkin di Eropa yang budayanya bebas udah bisa diterima dengan lazim ya. Tapi dari segi ceritanya, wow, menurut gue film ini benar-benar jenius! Film ini bisa gue bilang sebagai “Hannibal”-nya Jerman, terutama di bagian dimana sang pembunuh berantai berusaha memanipulasi pikiran sang polisi yang masih polos. Twist di film ini juga cukup jawara.

Buat kalian yang menyukai film-film detektif atau tentang pembunuh berantai, seperti “Se7en” atau bahkan serial “Criminal Minds” mungkin akan tertarik menyaksikannya. Film ini recommended dan underrated hidden gem banget, tapi sekali lagi, kalian harus cukup umur untuk menyaksikannya. Gue kasi film ini skor 4 CD berdarah.



SUMBER GAMBAR: IMDB



10 comments:

  1. Okaruto kayak gak asing, ternyata dulu bangdep bbrp kali nerjemahin cerita dari situ, kayak yg "real life" atau bbrp cerita lagi

    ReplyDelete
  2. Sebagai penikmat zombie no.9 yg saya nantikan min

    ReplyDelete
  3. yang paling atas
    gambar teke-teke bule dari film apa?

    ReplyDelete
  4. Film dokumenter yang tentang monster ada juga bang Dave dari Norway judulnya Troll Hunter

    ReplyDelete
  5. Bang, film antibodies susah bgt cari link downloadnya yak

    ReplyDelete
  6. Aku penasaran sama Spree karena liat nilai CD berdarahnya, dan selama nonton bener2 ngerasa relate dg gimana 'media sosial' jaman sekarang, keren sih emang ini... Dan ntah aku yg emang kurang kerjaan aku kadang bacain komen2 di live streamingnya dan nemuin beberapa komen dari orang Indonesia bahkan ada yg nyebut kota palembang di live streamingnya si DJ Uno yg orang korea wkwk

    ReplyDelete
  7. Yg film They're inside tuh maksud ny gimana sih? Si pembunuh adalah kedua org tua Robin dan Cody kan? Si Robin brarti ditekan kedua org tuanya yg psikopat buat bikin film yg ngorbanin teman temannya? Makanya di akhir cuman Robin sama Cody aja yg slamat, gitu kan ya? Tapi bukannya ortu ny sudah mati kenak serangan jantung? Brarti dia bohong dong?

    Trua Cody emang kenak pelecehan sexual kan? Hmm, masi bingung, w cari di google penjelasannya ngga ada. Review pun cuman yg berbahasa inggris. Ga ngerti, wkwwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu bukan ortunya, tapi orang yg ngundang kru itu ke rumah mereka (alias pemilik rumah), di awal kan mereka nggak diperlihatin, cuman namanya aja

      Delete