IKLAN GAME YANG PALING BIKIN KZL

Hi guys, nggak biasanya kini gue membahas game. Lah mimpi apa Bang Dave yak? Gue emang nggak begitu tertarik dengan tema ini, namun gue dibikin kesel sama salah satu pengalaman gue yang bisa dibilang “eye opening” namun kurang mengenakkan. Ketika gue streaming video-video favorit gue di Youtube, kadang kala gue menemui iklan yang cukup menggoda. Iklan-iklan tersebut adalah iklan game seperti Fishdom dan Gardenscape yang berbentuk misteri yang amat menarik.

Siapa sih yang nggak tertarik melihat ads game tersebut yang menawarkan game-game dengan tantangan tinggi? Gue sendiri ampe berpikir buat download game tersebut. Namun bukan gue namanya kalo gue nggak searching dulu reviewnya (walaupun gamenya gratis hehehe) biar gue nggak menyesal nantinya.

Namun apa yang gue harapkan ternyata berbanding terbalik 180 derajat dari iklannya. Game ini ternyata sama sekali berbeda dengan yang diiklankan. Bukannya bertema misteri, Fishdom adalah game mirip Candy Crush dan Gardenscape cuman game bercocok tanam dan menghias taman. Ini adalah salah satu contoh “false advertising” yang ternyata merajalela di dunia game. Bukannya menawarkan fitur-fitur keren seperti di iklannya, yang ada begitu didownload kita malah kena “zonk”.

Setelah gue selidiki, pihak developer pembuat game-game ini, yakni Playrix didirikan oleh dua orang berkebangsaan Rusia. Tak hanya itu, game-gamenya ternyata cukup populer. Fishdom didaulat sebagai game top trending di Google Play pada 2016 da Gardenscapes sendiri telah didownload hingga 92 juta kali. Hal ini membuat gue berpikir, apakah “prestasi-prestasi” itu diraih karena iklan-iklan palsu yang dilancarkannya, bukan karena kualitas game-nya yang mumpuni. Apakah 92 juta orang itu juga “tertipu” seperti layaknya gue?

Fenomena ini sempat membuat gue kesel karena gue takut akan menjalar ke berbagai media lain. Semisal, mungkin kelak akan ada yang membuat trailer film yang “misleading”, kelihatannya bagus tapi setelah ditonton ternyata “zonk” lagi. Sudah ada sih kasusnya seperti “Suicide Squad” dan “Justice League” namun itu lebih karena adanya editing ulang karena perbedaan visi antara produser dan sutradara.

Apakah ketidakjujuran seperti ini akan menjadi trend dan merajalela di bisnis hiburan? Gue harap tidak.