Tuesday, May 5, 2020

BUS TO MAGELANG - CHAPTER 5


Astaga ... itu ...” Jerry berdiri memandang sebuah bangkai bus yang mereka lewati. Bus itu kini sudah terbakar habis dengan mayat-mayat gosong (dan beberapa di antaranya tampak bergerak-gerak) tergeletak di berbagai bagian bus. Sebuah spanduk yang tersisa dapat mereka baca, “Study Tour Siswa ... Bekasi ...”

Apa itu teman-temanmu?” Foo menumpangkan tangannya di bahu Jerry, “Aku ikut menyesal.”

Jerry mengesampingkan tangan itu dan kembali duduk dengan tertunduk.

Mulia hanya memandang bus itu dari jendela tempat duduknya sembari menyimpulkan seutas senyum.

***

Ta ... ra ...”

Bima?” Tara segera menghapus air matanya. “Kau sudah bangun ...”

Tara ... aku tak bisa merasakan apa-apa ... rasanya dingin sekali ...”

Kau akan baik-baik saja, Bim!” Tara berusaha meyakinkan pemuda yang sudah terbaring lemah itu, “Kita akan segera sampai ke Magelang dan kau akan dirawat di sana.”

Ini semua salahku ... akulah yang mengajak kalian melihat sunset di Borobudur ...” bisiknya.

Tidak, ini bukan salahmu!”

Se ... sebenarnya aku ingin mengajakmu ke sana ... karena akan romantis pikirku jika aku mengungkapkan perasaanku di sana ...”

Apa?”

Aku ingin menyatakan cintaku padamu ...”

Oh, Bim ...” gadis itu kembali menitikkan air mata.

Apakah kau mau ...”

Ten ... tentu saja aku mau ...”

***

Yuli masih termangu di tempat duduknya. Di sebelahnya, jasad adiknya yang sudah mendingin hanya ditutupi kain selendang jarik yang kebetulan dibawanya. Semua kejadian tadi sama sekali tak membuatnya prihatin. Toh mereka semua hanya orang-orang asing yang tak ia kenal. Tak ada pengaruhnya baginya jika mereka hidup atau mati.

Namun bukan berarti ia hanya diam saja dan tak mempelajari sesuatu.

Virus itu tampaknya mampu membangkitkan orang yang sudah mati.

Ia menatap jasad adiknya di sampingnya, lalu melirik tas Vina yang ada di bangku depannya. Wanita itu sudah memusatkan perhatiannya pada anak perempuannya. Nenek itu, tanpa sepengetahuan Vina, menggapai sebuah jarum suntik dari dalam tasnya. Perlahan ia mengendap ke arah tangan Bima yang dipotong dan kini menancap di lantai.

Ia ngeri melihat jari-jari tangan itu sesekali tersentak dan masih bergerak. Untung saja pisau itu masih menancap dan menahannya di sana. Yuli segera menyuntikkan jarum itu dan menyedot beberapa cc darahnya. Tangan itu tampak menggeliat saat Yuli melakukannya. Ia menengok ke belakang untuk memastikan tak ada yang melihatnya.

Kemudian ia kembali duduk, kali ini di dekat jenazah adiknya.

Rima menoleh. Namun ia sama sekali tak mencium gelagat aneh dari nenek itu. Mungkin nenek itu masih terpukul dengan kematian adiknya dan ingin dekat dengannya, begitu pikirnya.

Ia sama sekali tak melihat saat Yuli menyuntikkan darah yang terinfeksi itu ke tubuh Titik.

***

Hei, lihat!” seru Ridho, “Ada barikade militer di depan!”

Ia menghentikan bus itu di depan para tentara yang berjaga.

Apa kita sudah tiba di Magelang?” ucap Rima dengan lega.

Kurasa ini masih wilayah perbatasan.” Foo bergegas ke depan. Ridho membunyikan klakson, meminta agar mereka dibukakan jalan.

Namun para tentara yang muncul mengokang senjata mereka dan menyuruh mereka pergi.

Apa? Apa yang mereka lakukan?”

Hei!” seru Foo sambil memberi bahasa isyarat, “Biarkan kami masuk!”

Biar aku tabrak saja penghalang ini!” Ridho kembali menghidupkan mesinnya dan menginjak pedal gas, namun tiba-tiba, “DOOOR!”. seutas tembakan terdengar. Sebutir peluru menembus kaca depan dan bersarang tepat di kepala Ridho. Sang sopir itupun terkulai tak bernyawa.

Tidaaaaak!” jerit Rima.

Foo dengan sigap menangkap setir itu dan mengarahkannya ke barikade militer itu. Mereka dihujani tembakan, namun semua penumpang segera menunduk untuk menghindarinya.

DOR DOR DOR!!!”

BRENGSEK!!!” Foo dengan putus asa menabrakkan bus mereka ke barikade militer itu sehingga membuat lubang dari partisi kayu dan karung pasir yang para tentara buat. Namun tabrakan itu juga membuat bus mereka terguling.

BRAAAAK!!!”

Rima berusaha melindungi tubuhnya yang menghantam sisi samping bus (yang kini menjadi sisi bawahnya) dan pecahan kaca yang berhamburan kemana-mana. Tubuhnya terasa sakit dimana-mana, namun ia mencoba bertahan.

Gadis itu berusaha bangun, namun hanya untuk melihat kenyataan lebih mengerikan.

Foo!” jerit Rima panik, “FOO!”

Pemuda itu segera menoleh dan membelalak ketika jenazah Titik, yang berada di belakang Yuli yang tengah tersungkur di lantai, perlahan bangkit. Ketika kain jarik yang menutupi wajahnya jatuh, tersingkaplah wajah zombie haus darah yang segera menerkam dan mengigit Yuli.

AAAAAAAAKH!!!” jerit nenek itu.

Kita harus keluar dari sini!” seru Foo sambil menggamit tangan Rima.

Tapi kita tak bisa meninggalkan yang lain!”

Rima segera bergegas menghampiri Tara yang masih menangis dan memangku tubuh Bima.

Tara! Tara ... kita harus pergi dari sini!” tariknya.

A ... aku tak bisa meninggalkan Bima sendirian di sini ...”

Tara menatap tubuh Bima yang telah dingin. Kepalanya terkulai dan wajahnya telah memucat.

Tara ... Bima sudah meninggal! Kau harus merelakannya ...”

Tidak! TIDAK!” gadis itu kembali menangis.

Ia menoleh dan melihat Foo berusaha membantu Syefira keluar dengan memanjat ke sisi atas bus, dimana kaca di sisi tersebut telah pecah.

Kumohon, kita harus cepat pergi dari sini!”

Untuk apa ...” Tara memandangnya dengan wajah yang sembap oleh air mata, “Sudah tak ada gunanya lagi. Mungkin ... mungkin jika kami menjadi zombie ... kami bisa bersama-sama lagi ...”

Tara hanya bergeming dan akhirnya berteriak ketika Titik dan Yuli yang telah menjadi zombie menyerangnya. Rima hanya bisa meninggalkannya dan mencoba menyelamatkan dirinya sendiri.

Jerri mencoba bangkit dan menyadari kakinya terjepit di bangku. Ia mencoba meloloskan diri, sementara itu Mulia di belakangnya mengendap-ngendap sembari mengarahkan pistolnya ke pelipisnya.

Namun sebelum ia sempat menembak, dengan sigap Jerri merenggut tangan pemuda itu.

Kau! Sudah kuduga kau mencoba membunuh kami!”

Kalian pantas mendapatkannya!” seru Mulia dengan geram. “Berani-beraninya ... berani-beraninya kau menolakku dan lebih memilih perempuan itu!”

Sudah kubilang, semua yang kita lalui malam itu ... itu hanya kenikmatan sesaat saja!”

Mereka berdua bergelut dengan senjata api dan tangan mereka. Dan tiba-tiba, tanpa sengaja senjata itu meletus dan mengenai Syefira. Gadis itu berteriak kemudian jatuh kembali ke dalam bus, tergeletak tak bernyawa.

Syefira! Tidaaaaak!!!” seru Foo.

Rima juga menjerit melihat kejadian itu. Pistol itu kembali meletus dan hampir mengenai gadis itu.

Rima, Cepat!” Foo yang sudah berada di luar mengulurkan tangannya dari balik jendela yang pecah. Dengan cepat, Rima menerima uluran tangannya dan Foo segera menariknya keluar.

Ayo cepat pergi!” mereka berdua segera menuruni bus, namun Rima lalu teringat sesuatu.

Ibu dan anak itu! Bu Vina dan Nau! Kita tak bisa meninggalkan mereka!”

***

Sementara itu di dalam bus yang terguling, api mulai muncul. Jerri masih berusaha merebut pistol itu dari Mulia, namun tiba-tiba ...

AAAAAARGH!” para zombie lain menerkam dan berhasil mengigit tangannya. Cengkeramannya terlepas dan dengan senyum puas, Mulia memutuskan meninggalkannya.

Kurang ajar kau ...” pekik Jerri geram, “Kembali!!!”

***

NAU! BU VIRA!!!” teriak Rima dari atas bus. “DIMANA KALIAN?”

Tolong ... tolong kami ...” terdengar seruan Vina dari bawah mereka.

Foo segera memecahkan kaca di bawah mereka. Dari lubang itu, Vina segera menaikkan anaknya ke tangan Foo. Pemuda itu segera meraih dan menggendongnya.

Bawalah dia ke tempat yang aman, kumohon ...”

Kau juga harus keluar!” seru Rima, “Kami akan segera mengeluarkanmu ...”

Tidak, aku takkan bisa keluar melalui lubang sesempit itu. Kumohon, berjanjilah kau akan menjaga anakku ...” ibu itu mulai menangis.

Tidak!” jerit Rima. Ia sudah tak sanggup lagi melihat orang lain mati di hadapannya, “Kami akan membuat lubang yang lebih besar untuk mengeluarkanmu!”

Rima, kita harus pergi dari sini!” teriak Foo dengan panik, “Ada api!”

Rima menoleh dan melihat api mulai menjalar ke badan bus.

Kumohon jagalah dia ...” Vina sendiri tampaknya sudah pasrah dengan nasibnya.

Tidaaaak ...” Rima mulai menangis.

Ayo cepat pergi!” Foo segera menarik tangan Rima.

***

Jerri berusaha melawan para zombie yang tengah berusaha memangsa dirinya. Namun ia juga tahu, walaupun ia bisa lepas dari mereka, iapun lambat laun akan berubah menjadi monster-monster itu.

Paling tidak ...” katanya sambil menatap Mulia yang berusaha memanjat keluar dari bus yang terguling itu, “ ... aku takkan membiarkanmu selamat dari sini ...”

Ia segera meraih sebatang dinamit dan menyulutkannya.

***

Mulai hanya menoleh ketika ia mendengar suara percikan ketika nyala api itu mulai merambat di sumbu dinamit itu.

***

Ayo cepat pergi!” seru Foo sembari masih berusaha menarik tangan Rima.

***

Mulia berusaha menggapai keluar. Hanya beberapa senti lagi dan ia akan bebas.

***

Sumbu itu mulai habis dan ....

DUAAAAAAAAAAR!!!!”

BERSAMBUNG

4 comments:

  1. Anjayyy si Mulia jeruk makan jeruk, gk cocok dgn namanya. Twist yg bkin sbel. Kyaknya endingnya si Mulia ini yg bakal brtahan smpe akhir. Biasanya gitu di pilem2. Wkwk

    ReplyDelete
  2. Memang kayul ini g mikir panjang --__-- tp kalo mikir panjang ceritanya g jadi

    ReplyDelete
  3. Ijin share ceritanya ya bang

    ReplyDelete