Thursday, May 7, 2020

BUS TO MAGELANG: CHAPTER 6 - FINAL


Mulia merasakan panas yang amat dahsyat menyengat tubuhnya. Ia terbaring di tanah. Dilihatnya tangannya telah gosong. Bau mayat terbakar menyeruak di udara, membuatnya muak. Namun kemudian ia sadar, mungkin saja bau itu adalah aroma kulitnya sendiri yang terbakar. Dilihatnya refleksi wajahnya di kaca jendela yang masih tersisa. Mukanya telah hancur.

Namun tak apa.

Yang penting ia masih hidup, tak berubah menjadi makhluk menyedihkan seperti mereka.
Ia hendak bangkit, namun kemudian ia jatuh tertelungkup lagi di tanah.

Ada yang menggenggam erat kakinya.


Jerri? Apa ia masih hidup?” pikirnya, ia menoleh dan terkesiap.

Di antara roda dan badan bus, terdapat badan zombie yang tergencet. Tubuhnya melingkar, terlindas ban, bahkan hampir menyatu dengannya. Ia terus meraung dengan tengkoraknya yang tinggal separuh. Namun Mulia masih mengenalinya.

Ia adalah Raga, sang kernet.

Selama ini ia terlindas ban dan tubuhnya menempel di sana, terus bersama kami sepanjang perjalanan?” pikirnya ngeri.

Zombie itu menarik tubuhnya dan menggigit kakinya.

Tidak!” raung Mulia, “TIDAAAAAAK!!!”

***

Tubuh Rima terjerembap ke tanah ketika bus itu meledak. Gadis itu segera bangun, menatap ledakan yang memangsa bus itu dari kejauhan. Sementara itu Foo masih tiarap, melindungi Nau kecil dari efek ledakan itu.

Ia menangis menyadari hanya mereka yang selamat dari bus ke Magelang itu.

Rima, cepat! Kita harus pergi ke balik barikade itu!” Foo bangun, masih menggendong anak itu.

Sudah terlambat ...” dengan berat, Rima mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah barikade yang telah rusak itu.

Tumpukan kayu dan jejeran karung pasir yang tadi memblokade satu-satunya jalan ke Magelang itu kini telah hancur karena tabrakan dan ledakan tadi. Para tentaranya juga telah tewas. Para zombie dari dalam bus memanfaatkannya untuk menggeliat masuk ke baliknya.

Ce ... celaka ...” bisik Foo tak percaya.

Kita takkan bisa ke Magelang lagi.”

***

Rima, Foo, dan Nau berjalan cukup jauh, entah berapa kilometer yang telah mereka tempuh. Hutan yang mereka jelajahi terasa semakin rimbun, namun justru itulah yang membuat mereka merasa aman. Semakin mereka masuk ke tempat yang jarang dihuni manusia, semakin mereka aman.

Hari semakin gelap. Kurasa kita harus beristirahat.” saran Rima.

Lihat, apa itu?” Foo menunjuk ke arah bangunan tertutup terpal. Rima melihat batu-batuan berukir dan tersadar.

Astaga, itu candi yang hendak kutuju!”

Apa? Candi yang baru ditemukan itu?”

Mereka bertiga segera menuju ke sana. Ada sebuah tangga yang menuju ke bawah.

Ternyata benar, candi ini memang dibangun di bawah tanah.”

Hah, kenapa?”

Ada dugaan candi ini sebenarnya adalah makam. Namun itu agak sukar dipercaya, mengingat umumnya jenazah dalam agama Hindu dan Buddha selazimnya kremasi.”

Mereka bertiga menuruni tangga itu.

Aku ikut berduka cita atas teman-teman kuliahmu, Foo.” ucap Rima sembari menuruni anak tangga.

Mereka bukan teman kuliahku,” balas Foo, “Aku baru bertemu mereka hari ini dan bergabung karena tujuan kami sama.”

Tiba-tiba langkah Rima terhenti di ketika menatap sebuah relief.

I ... ini mustahil ...”

Ada apa?”

Simbol manusia bersayap ini adalah relief Faravahar.”


Simbol dari agama Zoroaster.”

Rima menoleh ke arahnya, “Bagaimana kau tahu?”

Kan sudah kubilang aku juga suka sejarah.”

Tapi ini tak masuk akal. Bagaimana mungkin ukiran Zoroaster dari peradaban Mesopotamia kuno bisa sampai di sini?”

Kurasa itu tak aneh. Bangsa Indonesia sudah terlibat perdagangan sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu kan? Bukan mustahil kebudayaan kita bersentuhan dengan kebudayaan Timur Tengah. Mungkin seperti kau bilang tadi, ini makam seorang penganut Zoroaster.”

Tapi dalam agama Zoroaster, jenazah tidak dikuburkan, tapi dibiarkan agar dimakan burung pemakan bangkai. Dan relief berikutnya ... ini seperti ... upacara pembakaran mayat ...”

Seperti Ngaben?”

Kurasa begitu. Masyarakat Hindu-Buddha memang membakar jenazah. Namun di sini diceritakan mereka membakar jenazah para pedagang dari luar Nusantara ... bisa dilihat dari busana dan wajah mereka yang tak lazim. Mereka membakarnya karena menularkan penyakit misterius ke masyarakat ... namun ...”

Itu tak berhasil. Setelah dibakar, mereka masih bangun kembali ...” bisik Foo takjub, “Wabah zombie ini, apakah artinya wabah ini pernah terjadi di sini pada masa lampau? Apa itu yang menyebabkan para penduduknya meninggalkan Borobudur?”

Rima menoleh ke arah pemuda itu. Bagaimana ia bisa membaca relief-relief ini secara mapradaksina atau searah jarum jam, seperti relief yang ada di Borobudur?

Gadis itu kemudian menatap senjata yang ia pegang. Selama ini ia salah menduga, pemuda itu tak satu kampus dengan Bima dan yang lain. Selain itu, ia ingat isi tas yang dibawa pria misterius itu ... ada dua genggam senjata, satu pistol dan satu senapan.

Kenapa ia membutuhkan dua senjata jika ia hanya satu orang saja?

Kecuali jika ...

Kecuali jika ia tak beraksi sendirian.

Foo ...” tanya gadis itu dengan ragu, “Darimana kau belajar menembak?"

Sudah kubilang,” ia masih menatap relief-relief itu. “Aku atlet menembak.”

Oh begitu,” Rima tampak ragu, “Apa nama persatuan atlit menembak di Indonesia?”

Foo balik menatapnya, “Kenapa kau menanyakannya?”

Perlahan Rima menggapai Nau dan bersiap lari ke pintu keluar, namun Foo keburu menangkapnya.

Mau kemana, Rima? Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba kelihatan ketakutan begitu?”

Bom itu ... pria itu tidak hendak melancarkan serangannya sendirian. Ia punya rekan, yakni kau!” Rima berusaha memberontak, “Kalian teroris! Kalian berniat mengebom Candi Borobudur!”

Demi tujuan yang baik!” serunya, “Dunia harus tahu! Selama ini mereka mempercayai tuhan yang tidak ada. Namun aku bisa membuktikan tuhan yang sesungguhnya! Mereka sudah turun ke sini ribuan tahun lalu dan membangun candi itu! Para alien!”

Turangga Seta!” Rima akhirnya tersadar, “Kau anggota Turangga Seta!”

Hanya dengan meledakkannya, kita bisa menyingkapkan UFO yang ada di dasarnya! Kenapa kau tidak mau juga mengerti!” Foo mencengkeran tangannya makin kuat.

Apa kau tak berpikir berapa banyak turis yang akan meninggal jika kau melakukannya?” jerit Rima.

Tapi aku harus melakukannya, Rima! Hanya itu satu-satunya cara agar dunia mau mendengarkan kami! Apa kau tahu rasanya, Rima ... Apa kau tahu rasanya dianggap gila dan dijauhi semua orang?!”

NAU, CEPAT LARI! LARI!” jerit Rima. Anak itu mengikuti perintah Rima dan segera berlari ke atas, melewati Foo. Pemuda itu berusaha menangkapnya juga, namun gagal. Melihat perhatian pemuda itu terpecah, Rima segera mengambil kesempatan itu dan menendang kakinya.

AAAARGH!” Foo yang kesakitan melepaskan cengkeramannya dan Rima segera lari menyusul Nau keluar.

Berhenti!” Foo berusaha menembakkan senjatanya, namun gadis itu keburu keluar. Dari atas terdengar Rima berusaha menggelindingkan batu untuk menutup satu-satunya jalan keluar dari lubang itu.

TIDAAAAAK!!!” seru Foo. Namun terlambat. Lubang candi itu telah tertutup.

Sial!” Foo menyalakan koreknya berharap ia menemukan jalan lain untuk pergi dari tempat itu. Namun yang terlihat hanyalah relief-relief di dinding. Di sana terlihat upacara pemakaman, dimana para sesepuh desa dan para biksu mengikat mayat-mayat yang tak mau mati itu dengan perban linen, kemudian memasukkan ke bangunan candi ini, lalu menyegelnya.

Tunggu ... apa mungkin ...” pemuda itu baru tersadar, “Apa mungkin wabah ini menyebar karena candi ini dibuka ...”

Tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya. Pemuda itu langsung berbalik.

Siapa itu?!” seru Foo ketakutan.

Pemuda itu langsung mengernyit begitu melihat sosok berperban berjalan ke arah dengan langkah sempoyongan ...

... berusaha menggapainya.

Ti ... tidaaaaaak ...”


TAMAT



4 comments:

  1. Plot twist !
    Gk ngira kalau Foo itu anggota Turangga seta :( kukira mereka berdua (rima & foo) bakal fall in love terus nyari tempat yang aman dari zombie bareng Nau //dasar otak roman picisan.
    Eeee apakah bakal ada S2 nya 🌚xD

    ReplyDelete
  2. Keren banget bang.

    ReplyDelete