Sunday, May 10, 2020

KASUS ROY KYOSHI HINGGA “STRING THEORY”: PART 1 – KETIKA FISIKA MENGATAKAN “YA” PADA MULTIVERSE DAN DUNIA PARALEL


Ketika jagad maya lebih memilih untuk menghujat Ferdian Paleka (he deserved it by the way), gue malah lebih tertarik pada kasus lain, yakni Roy Kiyoshi. Baru-baru sang peramal indigo itu tertangkap polisi tengah mengonsumsi narkoba. Bukan narkobanya yang membuat gue kaget (hari gini artis mana sih yang nggak pake narkoba, Young Lex doang kali), namun klaimnya sebagai artis indigo, yet dia masih ketangkap juga. Kalo beneran dia indigo harusnya doi bisa dong meramal kalo dia bakalan tertangkap?

Namun sebuah postingan di Twitter yang di-share di status salah satu temen gue membuat gue berpikir ulang.


Yap, status ini membuat gue berpikir tentang multiverse. Bagaimana jika Roy mengambil keputusan lain yang berujung terciptanya multiverse? Kita mungkin bisa menjawab rasa keingintahuan kita (atau at least gue) tentang multiverse dengan cara yang lebih ilmiah (bukan ilmu terawang tentunya), yakni melalui fisika.


Di dua postingan gue terdahulu, gue menyinggung tentang ilmu fisika dan matematika untuk menjawab pertanyaan tentang keberadaan alien (atau paling tidak mengapa kita harus waspada terhadap mereka). Memang yang namanya ilmu fisika sebenarnya tak se-membosankan (walaupun sama memusingkannya) dengan apa yang kita pelajari di SMA. Kalo di SMA kita dipelajari rumus-rumus dan hitungan rumit, namun sesungguhnya aplikasi fisika tak hanya sebatas menghitung debit air yang keluar kalo semisal keran kita bocor, tapi juga menjawab berbagai pertanyaan fundamental tentang alam semesta. Seperti: darimana asal alam semesta ini? Apakah ada alam semesta lain atau konsep yang disebut dengan “multiverse”?

Ada sebuah teori dalam ilmu fisika, bernama “String Theory” yang menjawab: harus! Ya, multiverse harus-lah ada supaya ilmuwan bisa menjelaskan tentang keberadaan alam semesta ini dan bagaimana cara kerjanya.

STRING THEORY


Pertama gue akan menyinggung sedikit apa itu “String Theory”. Ketika membayangkan partikel (unit penyusun terkecil alam semesta ini), apa yang kalian bayangkan? Banyak di antara kita yang membayangkan partikel sebagai sebuah bola yang teramat kecil. Namun “String Theory” memberi pendekatan lain. Bagaimana jika partikel itu sebenarnya bukan berbentuk seperti bola, melainkan lebih mirip sebuah benang?

Sebelum kemunculan “String Theory”, tiap hukum dan teori yang dipostulatkan oleh para ilmuwan hanya bisa menjelaskan salah satu konsep saja dalam dunia fisika. Semisal, hukum Newton hanya berlaku untuk gaya, hukum termodinamika hanya membahas energi, hukum Pascal hanya menjelaskan tentang hidrostatik, hukum Maxwell-Faraday hanya berkutat tentang elektromagnet, dan lain-lain. Para ilmuwan telah lama mendambakan sebuah hukum esa mahadaya yang bisa menjelaskan semua hal yang terjadi di alam semesta, mulai dari sebuah atom hingga bintang, mulai dari listrik hingga lubang hitam.

Hingga akhirnya sebuah pemikiran radikal datang dan mengubah pemahaman ilmuwan tentang alam semesta.

Penjelasan "String Theory" hanya sesimpel ini. Seluruh alam semesta tersusun atas benang-benang mahakecil seperti ini

Bagaimana jika partikel itu berupa benang, bukanlah bola seperti yang mereka bayangkan sebelumnya? “String Theory” menjelaskan bahwa seluruh alam semesta (bahkan seluruh multiverse) tersusun atas benang-benang mahakecil. Benang-benang ini selanjutnya akan “bergetar” sesuai frekuensi tertentu dan perbedaan getaran tiap-tiap benang inilah yang akan menghasilkan partikel-partikel atau gaya yang berbeda, semisal ada yang menjadi elektron, proton, graviton (menghasilkan gaya gravitasi), dan lain-lain.

Teori revolusioner ini bisa menjelaskan semua yang terjadi di alam semesta ini sehingga disebut-sebut sebagai “Theory of Everything” hingga “M-Theory” (apa arti “M” dipersepsikan berbeda-beda, ada yang mengatakan “Mother” atau “Mystery”). Yang jelas, “String Theory” hadir secara dramatis bak mesias bagi mereka yang mendambakan sebuah teori tunggal yang bisa menjawab semua pertanyaan.

Akan tetapi untuk benar-benar memahami “String Theory” para ilmuwan harus mengubah konsep fundamental mereka secara ekstrim. Selama ini, hanya ada 4 dimensi yang diakui oleh para ilmuwan (terakhir, Einstein), yakni 3 dimensi ruang (panjang, lebar, kedalaman) dan 1 dimensi waktu. Namun agar “String Theory” dapat bekerja secara matematis, dibutuhkan sekitar 10 dimensi (bahkan ada sumber lain yang menyebut 11 hingga 26 dimensi).

Tak semua dari dimensi itu bisa dinalar dengan manusia. Namun membayangkan implikasinya bagi pemahaman kita akan kehidupan dan alam semesta tentu amat menggoda.

Mari kita mulai membahas seperti apakah kesepuluh dimensi itu.


DIMENSI ZERO

Sebelum membahas Dimensi 1-10, kita bahan dulu Dimensi 0 (Nol). Sebagai gambaran gampang, anggap aja Dimensi 0 adalah sebuah titik.



FIRST DIMENSION

Dimensi Pertama terjadi jika titik di Dimensi 0 bergerak dari satu tempat (anggap saja A) ke tempat lain (B). Pergerakan ini menimbulkan garis, dan garis inilah Dimensi I.


Jika ada manusia yang bisa hidup di Dimensi I (katakanlah namanya Tono), maka ia hanya bisa berjalan dari titik A ke titik B (bergerak ke kanan) atau sebaliknya, dari titik B ke A (ke kiri).

Seperti gambar di atas, Dimensi I hanya memiliki “panjang”.


SECOND DIMENSION

Dimensi Kedua terjadi jika kini Tono tak hanya bisa bergerak ke kanan kiri saja, namun juga bisa naik turun. 

Katakanlah Tono bisa bergerak tak hanya dari titik A ke B, namun juga bisa ke titik C.


Ini disebut sebagai Dimensi II, yakni “Panjang” dan “Lebar”.


THIRD DIMENSION

Dimensi III disebut juga sebagai dimensi ruang. Kini katakanlah ada manusia yang hidup di Dimensi III bernama Budi. Budi tak hanya bisa bergerak ke kanan-kiri atau atas-bawah saja seperti si Tono, namun bisa maju mundur. Jadi Budi bisa bergerak dari A ke B, A ke C, maupun A ke D. Dimensi ketiga ini melibatkan “panjang”, “lebar”, dan “dalam”.



Di Dimensi III inilah kita semua hidup.

Sebelum membahas dimensi selanjutnya, kita bayangkan dulu bagaimana rasanya hidup di Dimensi II. Di Dimensi II, hanya ada gambar “flat”, kita bayangkan saja kartu raja di dek Remi.


Dimensi tempat tinggal Tono seperti sebuah lembaran kertas tipis, karena ia tinggal di Dimensi II. Bagi Tono yang hidup di Dimensi II, sangat sulit bagi dirinya membayangkan seperti apa hidup seperti kita di Dimensi III. Katakanlah Budi yang tinggal di Dimensi III memutuskan masuk ke dimensi yang dihuni Tono, yakni Dimensi II, maka Budi akan berjalan “menembus” kertas tersebut.



Ketika Budi menembus dunia Tono, yang terlihat di mata Tono hanyalah “potongan-potongan” tubuh Budi seperti foto MRI atau CT Scan. Ia takkan pernah bisa melihat wujud Budi seutuhnya, sebab hanya sebatas itulah ia mampu mengkomprehensikan seperti apa penampakan makhluk Dimensi III. Ia mungkin malah kabur ketakutan karena pemandangan “gory” dimana yang terlihat baginya adalah bagian dalam tubuh Budi yang “terpotong-potong” oleh helai kertas yang dilewatinya.


Sekarang mari kita bahas dimensi keempat, yakni ruang dan waktu.

FOURTH DIMENSION

Dimensi IV terjadi apabila kita menambahkan waktu ke dalam dimensi ruang (panjang, lebar, dalam). Gambarannya seperti ini.


Kita misalkan lagi satu orang, yakni Alexa, tinggal di Dimensi IV. Alexa bisa bergerak dari titik A ke titik B, yakni dimensi waktu. Budi, yang tinggal di Dimensi III, tak bisa melakukan ini. Sebenarnya ada dimensi waktu di dunianya, namun ia tak menyadarinya, karena waktu baginya berjalan amat lambat.

Sama seperti ketika Budi menembus Dimensi II dan yang dilihat Tono adalah “potongan-potongan” tubuhnya, maka bagi Budi yang hidup di Dimensi III, yang bisa ia lihat dan rasakan dari Dimensi IV hanyalah “potongan-potongannya” saja.

Sebagai contoh, Alexa di Dimensi IV bisa melihat Budi di Dimensi III sebagai sebuah proses seperti ini:

Namun bagi Budi yang tinggal di Dimensi III, yang terlihat hanyalah potongannya. Di tahun ini semisal, ia melihat dirinya yang berusia 20 tahun. 10 tahun yang lalu, ia hanya bisa melihat dirinya sebagai anak berusia 10 tahun. 30 tahun yang akan datang, ia hanya bisa melihat dirinya yang berusia 50 tahun. Ia takkan pernah bisa melihat seperti apa dirinya “seutuhnya” sesuai dengan dimensi waktu.

SUMBER GAMBAR                            SUMBER GAMBAR                      SUMBER GAMBAR

Inilah yang bisa dilihat Budi di dimensinya tiap waktu, yakni wajahnya saat umur tertentu
  
Bagi Alexa gerakan seseorang melompat akan terlihat seperti di bawah ini, tapi tentu bagi Budi (dan kita semua yang tinggal di Dimensi III) kita hanya bisa melihat salah satunya saja.



Nah, apa enaknya buat Alexa yang tinggal di Dimensi IV? Ia bisa bergerak maju mundur ke waktu yang ia inginkan. Semisal Alexa yang kini berusia 19 tahun bisa mundur saat ia masih berusia 10 tahun, atau malah bisa bergerak maju untuk melihat seperti apa dia waktu berusia 50 tahun.

Namun ada aturannya.

Apabila ia kembali, semisal setahun yang lalu, ia takkan bisa memperbaiki kesalahan yang ia lakukan tahun itu. Semisal katakanlah tahun lalu ia tak belajar sehingga ia tak masuk kuliah ke jurusan kedokteran yang ia idam-idamkan. Maka walaupun ia kembali ke setahun yang lalu, ia tetap takkan masuk kuliah. Ia takkan bisa memperbaikinya atau membuatnya lebih buruk. Ia hanya akan terus mengulanginya.

Sebaliknya, semisal ia pergi ke masa depan dan sadar ia akan terkena penyakit jantung pada usia 50 tahun, ia takkan bisa memperbaikinya. Ia bisa saja kembali ke masa lalu, namun takkan bisa mengubahnya. Ia akan selalu kembali ke titik yang sama 50 tahun kemudian, dimana ia sakit jantung. Ini semua disebabkan karena satu-satunya jalur yang bisa ia lalui adalah linear, yakni sebuah garis lurus.

Namun beda halnya jika ia bisa tinggal di Dimensi V.


FIFTH DIMENSION

Jika kalian pahami, grafik di Dimensi IV mirip dengan grafik di Dimensi II. Tak salah, sebab memang ada pola yang terus berulang di kesepuluh dimensi ini. Kita bisa memahami Dimensi V mirip dengan Dimensi III, hanya dalam hal ini kita berbicara waktu.

Katakanlah Alexa naik level dan kini tinggal di Dimensi V. Kini ia tak hanya bisa bergerak ke kanan dari titik A ke B, namun ia juga bisa pergi ke titik C. Dengan kata lain, ia bisa menciptakan percabangan waktu.


Kita ambil contoh Alexa pada usia 18 tahun melakukan kesalahan dengan tak belajar saat ujian sehingga ia tak bisa masuk ke jurusan Kedokteran. Akibatnya, ia kini (berusia 19 tahun) jualan cincau. Nah, jika ia tinggal di Dimensi V, ia bisa dengan mudah kembali ke setahun sebelumnya dan memperbaiki kesalahannya. Ia bisa belajar dengan keras sehingga ia bisa masuk ke jurusan Kedokteran. Ia tinggal mengikuti timeline percabangan ini dan menjadi seorang dokter.

Tapi tak hanya itu, Alexa boleh kok mengambil pilihan berbeda. Semisal setelah kembali ke usia 18, ia sadar bahwa biaya kuliah kedokteran amatlah mahal dan ia memilih opsi lain untuk masuk ke jurusan hukum. Maka akan ada timeline lain dimana ia menjadi seorang pengacara. Nah, kalian pasti sudah paham bahwa di sini mulai terbentuk apa yang disebut dengan dunia paralel (paralel universe) yang jika dikumpulkan, akan menjadi multiverse.


Pengetahuan tentang multiverse ini akan membuat kita merenungkan, bagaimana jika kita mengambil pilihan hidup yang berbeda di masa lalu? Bagaimana jika semisal, gue nggak pernah membuat konten horor di blog ini dan terus mengisi blog Mengaku Backpacker dengan kisah traveling, akankah kalian masih membacanya hingga sekarang? Gue ingat ketika gue bekerja di daerah Tebet, Jakarta, sehabis makan siang di warteg gue nyaris ketabrak sebuah mobil (yang sialnya melaju kenceng padahal jalannya sempit dan gue biasa nyebrang dengan santai di situ). Apa yang terjadi seandainya gue benar-benar ketabrak saat itu?

Bahkan bisa dibilang, salah satu pilihan hidup yang gue tempuh saat itu akhirnya berakibat fatal pada kematian seorang cewek (silakan baca pengakuan gue di artikel ini).

What if, itulah pertanyaan yang sering kita dengungkan dalam hati ketika kita memahami konsep multiverse ini.

Well, masih banyak nih yang mau gue jelaskan dan karena artikelnya walaupun nggak panjang tapi sangat membingungkan dan butuh berpikir, akan gue potong di sini dan gue lanjutkan ke artikel berikutnya. Stay tune!

10 comments:

  1. Hmm, menarik.

    Tapi gw percaya manusia gak bisa menembus dimensi V. Gw percaya agama, dan sejauh ini agama yang gw anut menjelaskan bahwa dimensi yang akan kita alami hanyalah sampai dimensi IV. Waktu bakal terus berjalan lurus tanpa ada percabangan.

    Well, I'm not a scientist nor a scientologist.

    ReplyDelete
  2. Wah, berat euy topiknya sekarang 😂 Tapi seneng bacanya, karena nambah ilmu. Selalu kagum karna bang Dave bisa menuliskan sesuatu yang sebenarnya ribet jadi sesuatu yang (cukup) mudah untuk dipahami orang-orang awam. Semangat terus nulisnya bang!

    ReplyDelete
  3. Makasih bang dave, udah bikin artikel ttg ini, gw pernah baca versi inggris nya/terjemahan yg ngaco, tapi tambah bingung...
    Aku padamu bang dave😂

    ReplyDelete
  4. ya teori ini memang berkaitan jg dengan dunia spiritual. bagi org2 yg spiritual, dunia 3d merupakan dunia yg sekarang kita jalani, sedangkan dunia 4d itu dunia yg lebih tinggi (terjadi kalau individu sdh berhasil lepas dr dunia 3d nya, mengalami spiritual awakening dan berhasil menjalani level ascending yg tinggi). sedangkan dunia 5d tidak ada yg tahu. bisa diartikan akhir zaman. dan oiya, gak semua indigo punya kemampuan membaca masa depan, mungkin hanya indigo yg bener2 tingkatan lightworkernya sdh tinggi. kebanyakan indigo punya kemampuan clairsentience, claircognitive, clairvoyant, clairaudience dlm level2 tertentu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah gue emang menghindari membahas metafisika di artikel kali ini.

      Masalahnya gue pernah baca si roy ini pernah menerawang akan ada artis ketangkap narkoba di tahun 2020 eh ternyata dia sendiri -_-

      Delete
  5. Dimensi itu cuma satu, walaupun kamu tau masa depan dan mengubahnya. Maka itulah yang telah tertulis di kitab takdir. Bahwa kamu akan merubah masa depan.

    (Refrensi sebuah film yang saya lupa judulnya)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu sih karena kita kita masih "kejebak" di dimensi kita yg skrg. Jika kita punya teknologi untuk naik dimensi di atas kita, akan terbuka semua kemungkinan

      Delete
  6. Bang Dave udah nonton Film Primer belum? Timelinenya bingungin, wajib nonton bagi yang suka film mikir. Btw gw mahasiswa fisika, salut sama bang dave mau jelasin tentang String Theory ke pembaca umum wkwk

    ReplyDelete
  7. Menarik. Thanks sudah sharing, dave. Selalu suka sama isi blog lu :))

    ReplyDelete
  8. Kok kayak anime Steins Gate ya? Yang dimana dimensi V itu kalau di animenya di sebut world line

    ReplyDelete