Friday, January 3, 2014

URBAN LEGEND #12: TALES FROM SECURITY GUARD

 

TALES FROM SECURITY GUARD

CERITA SEORANG SATPAM

 

Aku sudah menjadi satpam selama 7 tahun dan aku sudah bekerja di banyak tempat untuk berbagai klien. Namun pekerjaan paling singkat yang pernah kujalani adalah satu shift saja. Ini terjadi ketika aku masih tinggal di Maryland. Aku mendapatkan shift malam di hari pertamaku bekerja. Tugasku adalah mengawasi monitor CCTV di Rumah Sakit Jiwa St. Elizabeth di Washington DC. Mudah sekali, sebab tak ada yang terjadi malam itu. Aku hanya tinggal duduk2, menikmati kopi di ruanganku, sambil tetap mengamati layar monitor.

Semua staf dan pasien sepertinya sudah lelap tertidur. Yah hampir semua, sebab beberapa suster masih tampak masih lalu lalang. Kemudian ada pasien di kamar 19 yang masih saja belum tertidur. Ia adalah seorang pemuda, namun postur tubuhnya seperti orang tua. Ia selalu membungkuk dan menggerakkan tubuhnya maju mundur. Kadangkala ia berhenti untuk mencakari pintu kamarnya, sebelum akhirnya berlari-lari mengelilingi ruangan. Pemuda yang malang, pikirku. Jam 2 malam, akhirnya pemuda itu tertidur.

Supervisorku akhirnya datang ketika fajar tiba. Itu saat pertamaku bertemu dengannya dan ia nampak seperti pria yang baik. Ia bertanya bagaimana pendapatku tentang pekerjaan baruku.

“Pekerjaan ini enak,” jawabku, “Walaupun rumah sakit ini agak menakutkan.” kataku sambil tertawa.

Jawabannya takkan pernah kulupakan seumur hidupku.

“Ya, rumah sakit jiwa ini memang semakin menakutkan setelah dibiarkan kosong bertahun-tahun lalu.”

***

6 comments:

  1. Berarti pasien di kamar 19, pasien lain, staff RS, sama supervisor itu bukan manusia dong???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmmm...kl supervisornya sih orang beneran, tapi betul....suster dan pasiennya semua adalah han....

      han....

      hansip *plaaak* hehehe maksudnya hantu.....

      Delete
  2. terus yang ada di dalem siapa hayooo

    -khalisa

    ReplyDelete
  3. terus buat apa dia jaga kalo kosong, ngabisin anggaran aja nih

    ReplyDelete