Monday, July 22, 2024

MANAKAH HUKUMAN MATI PALING BRUTAL (4)?: INILAH PENYIKSAAN PSIKOLOGIS YANG BISA MEMBUAT KORBANNYA GILA

WARNING: Artikel ini adalah seri terakhir trilogi "MANAKAH HUKUMAN MATI PALING BRUTAL". Jika kalian ingin membaca seri pertama sampai ketiga, kalian bisa membacanya di Karyakarsa gue dengan mengikuti link berikut:

https://karyakarsa.com/dave.cahyo/manakah-hukuman-mati-paling-brutal-1-scaphism-dimakan-serangga-hidup-hidup

Wah selamat jika kalian sudah bertahan hingga episode ini setelah membaca detail hukuman mati paling sadis dalam sejarah. Nah sampailah kita di bagian terakhir dimana nih, beda banget ama tiga episode sebelumnya yang ngadalin penyiksaan fisik, hukuman kali ini sama sekali tak melibatkan kekerasan, melainkan berbentuk siksaan psikologis. Bahkan metode ini bukanlah metode hukuman mati.

Walaupun banyak yang mengaku, mereka ingin mati setelah mengalaminya.


Metode yang gue maksud adalah “white torture” alias “penyiksaan putih” yang melibatkan narapidana ditaruh di dalam ruangan putih sebagai bentuk penyiksaan psikologis yang ditujukan untuk “melaparkan” panca indranya.

Lah kalo cuman ditaruh di ruangan putih mana bahayanya dong? Malah berasa di hotel yang seprai ama dindingnya serba putih ala minimalis, ya nggak?

Jangan anggap remeh hukuman ini. Walaupun nggak masuk akal (sama seperti eksekusi yang melibatkan sang narapidana dihukum mati dengan cara ditetesi air di kepalanya), hukuman ini nyatanya bisa membuat sang napi kehilangan kewarasannya. Namun apa sih bahayanya berada di ruangan serba putih?

Well, pertama seluruh sel mereka seluruhnya berwarna putih, baik dinding, lantai dan langit-langitnya. Pakaian dan makanan merekapun serba putih. Sampai-sampai, lampu neon yang menerangi ruangan tersebut diposisikan tepat di atas sedemikian rupa sehingga tidak ada bayangan yang muncul. Ruangan sel itu juga tanpa jendela sehingga selama dikurung di sana, sang tahanan sama sekali tak melihat, apalagi merasakan cahaya matahari.

Secara pendengaran, sel tersebut kedap suara, dan tidak ada interaksi sosial apa pun, bahkan suara dari sang penjaga sekalipun. Penjaga berdiri diam, sama sekali tak mengeluarkan sepatah katapun, bahkan mengenakan sepatu dengan sol empuk agar tak bersuara saat berjalan. Singkatnya, narapidana tidak dapat mendengar apa pun kecuali diri mereka sendiri.

Bentar, malah enak dong? Kalo sunyi gitu biasanya jadi nyenyak bobonya hehehe. Tiduran terus dong? Well, jangan senang dulu, sebab biasanya lampu yang menerangi ruangan tersebut takkan pernah dimatikan, sehingga dalam kondisi terang tersebut, sang tahanan akan kesulitan tidur. Akibat lampu yang terus menyala tanpa henti, apalagi di dalam ruangan tanpa jendela, sang napi takkan menyadari perubahan siang malam yang membuatnya tak mengetahui berlalunya waktu.

Indra yang lain pun biasanya ikut “dimatikan” agar mereka makin tersiksa. Dalam hal rasa dan bau, narapidana diberi makanan berwarna putih (biasanya nasi tanpa bumbu) supaya mereka nggak bisa mencecapi kenikmatan apapun. Selain itu, seluruh permukaan dalam sel tersebut halus, sehingga menghilangkan sensasi sentuhan mereka.

Sehari dua hari mungkin kalian akan tahan, namun mereka sering kali dikurung selama berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Dampak penyiksaan serba putih ini, apalagi selama periode isolasi yang lama, narapidana akan mengalami depersonalisasi atau kehilangan identitas pribadinya. Efek lainnya dapat berupa halusinasi atau psikosis.

Mungkin kalian menebak, hukuman ini berasal dari Amerika Serikat. Namun uniknya, penyiksaan ini justru pertama ditemukan di Iran, bahkan telah sering dilakukan terhadap tahanan politik. Kebanyakan yang mengalami penyiksaan semacam ini adalah jurnalis yang ditahan di penjara Evin. Contohnya adalah Amir Fakhravar yang ditahan, ah maaf, disiksa di ruangan putih selama 8 bulan pada tahun 2004. Dia konon masih mengalami trauma saat berada di ruangan yang bernuansa putih, walaupun sudah bebas.

Namun ada benarnya, siksaan macam ini emang menjadi terkenal setelah informasi bocor bahwa pihak militer Amerika memanfaatkannya pasca tragedi 11 Septermber. Amerika Serikat sendiri telah dituduh oleh Amnesty International dan organisasi hak asasi manusia internasional lainnya menggunakan teknik penyiksaan ini dengan persetujuan presiden kala itu, George W. Bush di penjara Guantánamo. Di sana, para tahanan mengalami siksaan lebih dimana telinga dan mata mereka ditutup, tangan dan kaki diikat, dan jari-jari mereka ditaruh dalam sarung tangan tebal, untuk semakin melaparkan indra mereka.

Tak hanya Amerika, pemerintah Venezuela juga konon melakukan hal yang sama terhadap tahanan politik mereka, dimana tak hanya seluruh ruangannya putih, namun juga mereka dipaksa tidur di tempat tidur sekeras batu pada suhu menggigil. Menurut laporan, saking ngerinya siksaan yang mereka alami, banyak tahanan mencoba melakukan bunuh diri.

Memang, hukuman yang sekilas simpel ini secara efektif bisa melenyapkan kewarasan siapapun yang mendekam di dalamnya. Namun rupanya ada efek samping “unik” dari hukuman ini. Akibat berada di ruangan putih tanpa cahaya matahari sedikitpun, secara visual kulit tahanan tersebut akan kehilangan semua pigmen kulitnya, sehingga secara ironis, kulit mereka akan menjadi memucat dan bertambah putih. Jadi kesimpulannya, jika kalian pengen kulit yang glowing tapi nggak mau beli skinker yang mahal, boleh deh teknik ini dicoba.

Jika artikel ini menarik, kalian bisa membaca artikel serupa tentang Mesfewi, seorang pria Maroko yang dihukum mati dengan cara yang unik karena kejahatannya yang brutal. Kalian bisa membacanya di link Karyakarsa berikut:

https://karyakarsa.com/dave.cahyo/kematian-hadj-mohammed-mesfewi-hukuman-mati-paling-menakutkan

1 comment:

  1. Wah, ngeri juga ya Bang Dave. Kalau nggak salah Teddy pernah dulu nonton Animasi Penyiksaan Putih ini.

    Terima Kasih artikelnya Bang.

    ReplyDelete