PEMBERITAHUAN: ARTIKEL INI ADALAH BAGIAN DARI TRILOGI "THE AMERICAN MISTERY", UNTUK MEMBACA PART 1 DAN 2, SILAKAN BERKUNJUNG KE KARYAKARSA GUE
Kisah terakhir dalam trilogi ini menimpa Jaryd Atadero, seorang bocah laki-laki berusia tiga tahun yang hilang pada 1999 saat mendaki bersama keluarganya di hutan di Colorado. Kisah ini, gue spoiler dulu, berakhir tragis ketika sisa-sisa jenazahnya ditemukan empat tahun kemudian. Namun yang lebih mencurigakan adalah kondisi dimana barang-barang milik almarhum ditemukan.
Sebab seolah-olah, ada yang sengaja meletakkannya di sana.
Jaryd Atadero adalah putra Allyn Atadero yang berusia
tiga tahun dan memiliki seorang kakak perempuan berusia enam tahun bernama
Josallyn. Allyn adalah seorang duda yang membesarkan kedua anaknya dan merupakan
anggota grup keagamaan setempat bernama Christian Singles Network. Grup
tersebut diketahui telah membantu Allyn dalam kehidupan sehari-hari sebagai
ayah tunggal. Allyn sendiri adalah seorang guru pendidikan jasmani di sebuah sekolah,
jadi iapun ingin anak-anaknya sehat dan aktif mengikuti kegiatan outdoor
bersama kelompok itu.
Pada bulan Oktober 1999, Allyn menginap bersama kedua
anaknya di Poudre River Resort. Jaryd dan Josallyn sangat ingin pergi
bertamasya ke tempat pembenihan ikan di dekat resort bersama anggota kelompok keagamaan
tersebut. Awalnya Allyn enggan mengizinkan kedua anaknya yang masih sangat
kecil itu berpetualang. Namun ketika para anggota kelompok tersebut meyakinkannya
bahwa mereka akan menjaga kedua anak itu, diapun menyetujuinya.
Kala itu 11 anggota kelompok, ditambah Josallyn dan Jaryd,
memutuskan untuk menikmati musim gugur yang indah di sore hari di Big South
Trail di Hutan Nasional Arapaho & Roosevelt, sekitar 24 km sebelah barat
resor. Kala itu, mereka di pegunungan Colorado. Jaryd kala itu berlari di depan
kelompok yang bersamanya, lalu berhenti untuk mengobrol dengan dua orang
nelayan di tempat penetasan ikan. Mereka kala itu tak khawatir melihat Jaryd
sendirian karena mereka melihat banyak orang berjalan bersamanya. Penampakan
terakhir Jaryd, dia berjalan cepat menyusuri jalan setapak di dekat lokasi
perkemahan.
Tak lama kemudian, anggota grup keagamaan itu serta
Josallyn, kakaknya, mendengar teriakan keras Jaryd. Namun teriakan itu bukanlah
teriakan ketakutan, apalagi kesakitan. Menurut Josallyn, teriakan itu karena
terdengar seperti suara yang riang, seolah adiknya menemukan sesuatu yang imut
dan lucu.
Barulah kemudian mereka sadar, bahwa Jaryd tak lagi bersama
mereka. Ia telah lenyap.
Anggota kelompok itu berusaha mencari Jaryd selama satu
jam, hingga akhirnya menyerah dan kembali ke resor untuk memberi tahu Allyn
tentang hilangnya anaknya. Bisa ditebak, hati sang ayah langsung hancur
mendengarnya. Kakaknya sendiri, Josallyn
juga amat trauma hingga anggota tim pencarian dan penyelamatan yang dikerahkan
untuk mencari adiknya kemudian berusaha menghiburnya dengan salah satu anjing
pencari mereka.
Pencarian Jaryd dilakukan secara ekstensif, namun
terhambat oleh berbagai kesulitan. Contohnya, helikopter pencarian mereka Jaryd
tiba-tiba jatuh karena tak mampu menghadapi medan berupa pegunungan. Para
anggota tim pencari yang ada di dalam helikopter itupun terluka parah. Sang Sheriff
yang memimpin pencarian kala itu juga kewalahan menghadapi media yang meliput
kasus itu secara sensasional. Kasus hilangnya Jaryd menjadi bulan-bulanan media
sebab terjadi tak lama setelah kasus menggemparkan lain terjadi di Colorado.
Kasus yang dimaksud adalah kematian seorang anak bernama JonBenét Ramsey.
JonBenét Ramsey adalah seorang ratu kecantikan cilik
berusia enam tahun yang tiba-tiba lenyap dari rumah keluarganya di Boulder,
Colorado pada 25 Desember 1996. Sebuah surat tebusan ditemukan di rumah mereka,
seolah menandakan bahwa sang anak diculik. Ayahnya, John, kemudian menemukan
mayat gadis itu di rubanah rumah mereka sekitar tujuh jam setelah dia
dilaporkan hilang. Laporan otopsi menyatakan dia tewas setelah dipukul di
kepalanya dan dicekik. Kematiannya, yang berawal sebagai kasus anak hilang
seperti Jaryd, kemudian dinyatakan sebagai pembunuhan.
Hingga kini, misteri siapa pembunuh JonBenet yang
sesungguhnya belumlah terpecahkan. Salah satu teori menyebutkan bahwa kedua
orang tuanya sendiri yang membunuhnya (mungkin tanpa sengaja) dan kemudian
berusaha menutupinya. Namun ada pula teori lain yang lebih menggemparkan bahwa kakak laki-laki JonBenét yang bernama Burke
Ramsey, yang kala itu berusia 9 tahun, adalah pelakunya. Kemudian orang tuanya pun, demi menutupi
kejahatan anaknya, berusaha menutupi penyebab kematian JonBenet. Teori
terakhir, kematian JonBenét didalangi seorang pedofil yang tertarik kepadanya
setelah melihatnya di sebuah pentas ratu kecantikan cilik.
Lalu apakah benar kasus ini ada kaitannya dengan
menghilangnya Jaryd? Apakah orang yang sama yang membunuh JonBenét juga adalah
dalang dibaliknya, mengingat kedua kejadian itu berlangsung di lokasi yang
berdekatan?
Petunjuk lain akan kasus menghilangnya Jaryd muncul empat
tahun kemudian. Namun bukannya menjawab semua pertanyaan itu, malah
pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul.
Pada tahun 2003, pengusaha Rob Osbourne & Gareth
Watts sedang mendaki di Poudre Canyon, dekat Big South Trail, tempat dimana
Jaryd lenyap tanpa jejak. Di sana, mereka menemukan sisa-sisa jenazah manusia,
termasuk benda-benda seperti sweater coklat, celana panjang biru, dan sepatu
kets Tarzan Disney yang dipakai Jaryd ketika dia menghilang. Sisa-sisa jenazah
yang dimaksud hanya tertinggal geraham dan tengkorak yang retak. Tes DNA
mengungkapkan bahwa sisa jenazah tersebut memang milik Jaryd.
Sekilas, jawaban yang memuaskan telah diberikan.
Kemungkinan besar Jaryd Atadero dibunuh dan dimakan oleh seekor hewan buas,
mungkin seekor singa gunung. Namun hal ini justru ditampik para ahli. Pasalnya,
singa gunung memiliki pola serangan tertentu dimana mereka menyerang bagian
tubuh manusia yang paling lunak, yakni perut. Jika benar Jaryd diserang macan
gunung, maka macan itu akan terlebih dahulu mengoyak sweater yang dikenakan
Jaryd. Akan tetapi sweater itu tidak menunjukkan tanda-tanda serangan seperti
itu.
Selain itu, celana Jaryd itu ditemukan dalam kondisi dibalik
(bagian dalam ada di luar), sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh seekor
singa gunung (kecuali Pink Panther kali). Herannya lagi, sepatu kets Tarzan yang
ditemukan juga dalam kondisi yang masih prima. Jejak singa gunung memang
ditemukan di TKP kala itu, tapi itu kan hutan? Sudah biasa kan ada hewan liar
berkeliaran di sana?
Ada teori lain yang menyatakan bahwa Jaryd mungkin
terpeleset dan jatuh. Namun inilah yang aneh, lokasi dimana jenazah Jaryd
ditemukan sudah diperiksa oleh tim pencari ketika mereka pertama kali mencari
Jaryd pada hari ia menghilang. Nggak mungkin dong jika memang mayat Jaryd
tiba-tiba bisa berpindah ke situ? Lagian sekedar jatuh juga nggak akan membuat
celana Jaryd tiba-tiba terbalik seperti itu.
Teori yang paling masuk akal, walaupun tentu amat sulit
diterima keluarga korban, adalah ada seseorang yang menculiknya kemudian
membunuhnya. Namun coba kita telaah kasus ini dari awal. Kala menghilang, Jaryd
tengah bersama dengan puluhan orang. Lalu bagaimana ia bisa lenyap begitu saja
di hadapan banyak saksi mata?
Well, untuk menjawabnya kita perlu menilik psikologi
manusia. Kala itu Jaryd dan kakaknya memang bersama dengan sebuah grup yang
jumlah anggotanya tak sedikit. Namun yang perlu kita pertanyakan, apakah
ayahnya memang meminta secara resmi salah satu dari mereka untuk mengawasinya? Ataukah
ia berharap bahwa karena anaknya pergi bersama banyak orang, maka mereka semua
akan menjaganya?
Yang namanya manusia tentu ada lalainya, salah satunya
berupa fenomena yang disebut “bystander effect”. Contohnya jika ada seorang
yang mengalami kecelakaan, kemungkinan besar para saksinya akan mengerubunginya
tanpa melakukan apapun. Bukannya mereka tak mau menolong, namun karena banyak
orang di sana, mereka akan mengira bahwa orang lain sudah atau akan
melakukannya. Padahal bisa jadi, gara-gara semua orang berpikiran seperti itu
(mengandalkan orang lain di kerumunan itu), ujung-ujungnya tak ada satupun yang
berbuat sesuatu.
Sama halnya dengan kasus ini. Ada banyak orang yang
menemani Jaryd. Namun semuanya mungkin sibuk dengan urusan mereka sendiri dan
mengira, sudah ada orang lain yang mengawasi bocah kecil itu. Akibatnya, ketika
ia menghilang, tak ada yang menyadarinya. Satu-satunya yang peduli
sungguh-sungguh pada Jaryd adalah kakaknya yang berusia 6 tahun. Namun ia masih
sekecil itu, mana bisa diharapkan untuk menjaga adiknya?
Bisa jadi, sang “penculik”, jika benar ia ada, melakukan
kejahatannya tepat di depan mata mereka, tanpa seorangpun menyadari. Yang lebih
pintar lagi, ia kemudian berusaha memberikan “closure” dengan meninggalkan
benda-benda milik Jaryd beserta sisa jenazahnya kembali ke TKP dimana ia
menculiknya. Namun ia tak berpikir bahwa tindakannya itu justru malah memancing
kecurigaan.
Hingga kini siapa yang menculik Jaryd dan membunuhnya tak
pernah terpecahkan. Namun gue harap saja dia mendapatkan balasan yang setimpal.
No comments:
Post a Comment