Sunday, August 15, 2021

BEHIND THE DEEP-WEB'S URBAN LEGEND: “DAISY DESTRUCTION” DAN KASUS PEDOFILIA PETER SCULLY

Episode sebelumnya gue membahas tentang kasus pembunuhan di sebuah restoran di Macau yang menjadi urban legend karena diduga menjual daging manusia sebagai isian bakpao. Nah salah satu kasus lain yang juga sangat mengerikan hingga sempat hanya dianggap sebagai sebuah urban legend belaka adalah kasus yang melibatkan Peter Scully. Alkisah di deep web beredar sebuah video mengerikan tentang seorang gadis bernama Daisy yang disiksa secara seksual, bahkan dibunuh.

Video berjudul “Daisy Destruction” tersebut awalnya hanya dianggap sebuah urban legend belaka, pasalnya sukar dinalar bahwa seseorang bisa berbuat sejahat dan kejam itu kepada sebuah seorang bocah cilik, bahkan aksinya direkam di depan kamera. Namun kenyataannya, kasus tersebut ternyata benar-benar ada, walaupun memang agak berbeda dengan apa yang diduga oleh publik.

Kasus tersebut menjerat seorang pria bule bernama Peter Scully yang tertangkap di Filipina. Pria ini merupakan pedofil kelas kakap yang tak hanya memperkosa gadis gadis cilik, namun juga menyiksa mereka demi kepuasan para pelanggannya.

Siapakah sosok pedofil paling kejam di dunia ini? Seperti apakah kasusnya? Kita simak saja pembahasannya dalam Dark Case kali ini.

Peter Scully adalah seorang pria Australia yang lahir pada tahun 1963. Kini ia lebih dikenal kiprahnya sebagai pendopil kelas kakap yang beraksi di Filipina setelah ia kabur ke negara tersebut akibat tindak pidana yang ia lakukan di negara asalnya. Peter awalnya tinggal di Melbourne bersama istri dan kedua anaknya. Akan tetapi pada 2011, ia dipidana akibat tindak penipuan yang merugikan investornya sebanyak hampir 3 juta dolar Australia (setara 33 miliar rupiah). Sebelum meninggalkan Australia, ia sempat memiliki kerja sampingan mengoperasikan sebuah layanan pelacuran secara ilegal  dengan memperdagangkan gadis-gadis Filipina yang menjadi imigran di sana. Memang di balik topeng seorang ayah beranak dua yang senantiasa dipasangnya di depan publik, sesungguhnya ia adalah pria mesum yang teramat kejam.

Peter kemudian melancarkan kembali aksinya di Pulau Mindanao, Filipina. Di sana ia kemudian membangun sebuah ring perdagangan anak internasional yang teramat kejam dan sering menawarkan layanan streaming dimana ia memvideokan anak-anak tengah dilecehkan secara seksual dan juga disiksa melalui deep web. Video-video tersebut juga ia tawarkan pada pelanggannya secara pay-per-view. Istilah “pay-per-view” (yang kini juga makin marak di OnlyFans, tapi bukan karena gue langganan yeeee) adalah sebutan bagi video-video yang hanya bisa kita tonton sekali saja ketika kita sudah membayar sejumlah uang. Setelah itu apabila kita ingin menontonnya, lagi maka kita harus membayarkan sejumlah uang kembali.

Sangat mudah baginya untuk mendapatkan korban, pasalnya di Filipina terdapat banyak keluarga miskin yang juga memiliki pendidikan rendah. Ia seringkali menipu gadis-gadis muda supaya bekerja untuknya demi mendapatkan uang. Namun nyatanya mereka justru menjadi korban pelecehan seksual. Peter memiliki dua orang kekasih lokal yang juga adalah pekerja seks komersial yang bernama Carme Ann Alvarez dan Liezyl Margallo, serta seorang gadis lain bernama Maria Dorothea Chi. Ketiga gadis ini menjadi komplotan Peter untuk merekrut anggota-anggota mudanya.

Peter melancarkan aksinya dengan menjanjikan makanan dan juga rumah bagi gadis-gadis muda yang umumnya adalah anak-anak ini. Namun nyatanya, begitu tiba di sana, Peter dan kekasih-kekasihnya kemudian mencekoki gadis-gadis itu dengan alkohol dan memaksa mereka melakukan perbuatan seksual nan bejat, di mana Peter kemudian berperan sebagai sutradara yang merekam adegan-adegan nista tersebut.

Apabila gadis-gadis itu berusaha melarikan diri, Peter kemudian menggali sebuah kuburan, dimana kemudian ia mengancam bahwa ia akan mengubur mereka disana. Salah satu kekasihnya kemudian menjadi menyesal ketika ia menemukan dua gadis yang ia rekrut tengah merangkak di lantai dengan mengenakan ikat leher untuk anjing. Gadis yang masih memiliki hati nurani itu kemudian melarikan kedua korban tersebut.

Cuplikan video Daisy Destruction

Namun gadis-gadis lainnya tidak seberuntung mereka. Peter kalau itu mengoperasikan sebuah website pornografi untuk anak-anak di deep web bernama “No Limits Fun” dimana salah satu video yang paling kontroversial yang dihasilkannya adalah sebuah video berjudul “Daisy Destruction” yang ia jual kepada para langganannya dengan harga hingga 10.000 dolar atau 143 juta rupiah. Video yang dibuat pada 2012 itu sangatlah ekstrim hingga kala itu hanya dianggap sebagai sebuah urban legend belaka, sebab sukar diterima nalar bahwa ada yang bisa berbuat sesadis itu.

Konon, video itu menampilkan pemerkosaan dan juga penyiksaan yang dialami oleh 3 anak berusia belia dan di bawah umur. Perbuatan bejat tak berperikemanusiaan itu dilakukan oleh Peter dan juga kekasih-kekasih Filipinanya. Tiga bocah tak berdosa yang menjadi korbannya tersebut adalah Lisa berusia 12 tahun, Cindy 11 tahun, dan Daisy berusia 18 bulan. Yap, usianya masih dalam belasan bulan atau kurang lebih sekitar 2 setengah tahun, namun sudah menjadi korban kebrutalan Peter.

Dalam video itu juga tampak salah satu kekasih Peter itu Liezyl Margallo yang masih berusia 19 tahun menyiksa Daisy dengan cara tak terperikan, yakni menggantungnya terbalik kemudian melakukan hal-hal yang nggak bisa gue jelaskan di sini (takutnya kalian trauma) kepada alat kelamin milik balita tersebut. Yang mengejutkan, Liezyl sendiri sudah diperdagangkan dan dipaksa masuk ke dalam dunia prostitusi pada usia yang masih sangat belia sehingga mungkin kesadisannya itu merupakan bentuk aksi balas dendamnya karena perlakuan yang diterimanya ketika ia masih kecil.

Video tersebut begitu menggemparkan hingga mereka yang masih memiliki hati nurani tak sanggup untuk berdiam diri. Bahkan pemerintah Belanda nun jauh di nun jauh disana (walaupun kejahatan tersebut tidak terjadi di wilayah negara mereka) membentuk sebuah tim untuk menginvestigasi kebenaran video tersebut. Mereka kemudian berhasil mengetahui lokasi penyebaran video tersebut berasal dari Filipina. Perburuan oleh pihak polisi internasionalpun dimulai untuk mengusut pelakunya. Keberadaan Peter dan kroni-kroninya akhirnya bisa dilacak ke kota Malaybalay di Filipina dan iapun ditangkap pada 20 Februari 2015.

Negara-negara dunia ketiga seperti Filipina, bahkan juga Indonesia, memang menjadi sasaran kalangan pedofil internasional

Ketika kejahatannya terungkap, banyak pihak menduga, mengingat perlakuan sadis yang diterimanya, bahwa Daisy takkan selamat dari kekejaman tersebut dan akhirnya meninggal ketika video tersebut direkam. Namun kenyataan justru sedikit berbeda, walaupun tetaplah targis. Pihak berwajib berhasil menemukan dua korban dalam video itu, yakni Lisa dan Daisy ternyata masih hidup, walaupun organ reproduksi Daisy sudah telanjur rusak parah hingga ia takkan mampu memiliki anak. Tetapi sayangnya, rupanya yang dibunuh dalam video adalah Cindy. Peter mengaku bahwa ia mencekik gadis malang itu dengan tali setelah sebelumnya memperkosanya dan juga memaksanya untuk menggali kuburan sendiri. Menurut pengakuan Peter, hal tersebut ia lakukan untuk menaikkan rating dari video tersebut agar dapat dijual dengan mahal serta demi kepuasan para penontonnya juga sama sakitnya dengan dirinya.

Peter ternyata tak bekerja sendiri. Polisi kemudian berhasil membongkar sindikat kejahatannya. Peter dibantu temannya dari Australia bernama Matthew Graham yang pada usia muda, yakni 22 tahun, sudah mengelola sebuah website pornografi bergenre “hurtcore” yang artinya penyiksaan berbau seksual terhadap anak kecil. Yang lebih menggemparkan, sebanyak 75 anak telah menjadi korban mereka.

Peter kemudian diadili bersama 4 orang pria lainnya yang menjadi anggota sindikatnya, yakni seorang pria Jerman bernama Christian Rouche, dua pria Filipina bernama Alexander Lao dan Althea Chia, serta pria Brazil bernama Haniel Caetano de Oliveira. Kehebohan kasus ini bahkan membuat pihak PBB-pun ikut angkat bicara dan menyatakan kegiatan mengerikan itu adalah yang terkejam yang pernah mereka lihat seumur hidup mereka. Begitu mengerikan kasus ini hingga pemerintah Filipina kemudian berniat untuk menghidupkan kembali hukuman mati, walaupun telah dihapuskan di negara tersebut sejak tahun 2006.

Kasus Peter kembali menemui plot twist tak terduga pada tahun 2015. Saat itu terjadi ketika kebakaran yang melalap habis semua barang bukti kejahatan Peter, termasuk komputer serta video sitaan polisi. Banyak yang percaya bahwa kebakaran tersebut bukanlah sebuah kecelakaan, melainkan disengaja oleh polisi yang telah disuap oleh. Peter dan kekasih-kekasih wanitanya kemudian diganjar hukuman penjara seumur hidup hidup. Well, excuse my language but semoga aja sih binatang-binatang jalang ini membusuk di penjara.

SUMBER: WIKIPEDIA

 

12 comments:

  1. not gonna lie, gue pusing habis baca ini. asli sakit banget orang-orang yang lebih rendah dari binatang ini.

    ReplyDelete
  2. Epstein saja masih kalah daripada orang ini

    ReplyDelete
  3. Neraka jahanam tempatnya org2 yg kyak gini, astagfirullah mual gue bacanya 🤮🤮🤮

    ReplyDelete
  4. Jahannam is waiting for you, bastards 🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥

    ReplyDelete
  5. Gak kebayang anak 18 bulan digituin. Emang orang tuanya si Daisy kemana? Mereka gak merasa kehilangan ya?

    ReplyDelete
  6. Setan aja takut lihat kelakuannya

    ReplyDelete
  7. Kalo iblis liat mungkin bakal ngomong, "wanjir gw aja ga sampe segitunya"

    ReplyDelete
  8. Adakah SJW yang akan membela Peter Scully?
    Heh.
    ./c_hx

    ReplyDelete
  9. 18 bulan, dikira tadi salah baca, ternyata beneran 18 bulan.. gila..

    ReplyDelete