Hallo guys, balik lagi ke review-review film horor bulan ini. Kali ini gue akan banyak membahas film-film horor Barat ala Hollywood (walau ada sih satu dari Paraguay). Semua film ini gue tawarkan karena tentu ada kelebihannya yang menarik perhatian gue, yah walaupun jelas semuanya tak sempurna. Yang jelas tak ada salahnya mengisi waktu luang kalian dengan menonton film-film horor yang akan gue tawarkan ini. So here we go!
1. POPULATION ZERO (2016)
Masih ingat ama pembahasan Death Zone kemarin?
Nah gue sempat menyinggung ada sebuah film bergenre found footage yang
menyinggung tentang tema tersebut. Film ini menceritakan dua orang wartawan
yang menyelidiki sebuah kasus pembunuhan di Taman Nasional Yellowstone dimana
sang pembunuh menyerahkan diri, namun kemudian dibebaskan begitu saja karena
loophole hukum yang ada di wilayah tersebut. Film ini memang menyorot apa yang
akan terjadi jika benar-benar ada seorang pembunuh yang memanfaatkan wilayah
“bebas hukum” itu untuk melakukan aksi kejahatan.
Film ini bertema investigasi kriminal yang
dibesut dengan gaya “mockumentary”. Perlu gue peringatkan jika kalian ingin
film horor yang menegangkan dan seru, sebaiknya jauhi film ini. Karena gue udah
katakan, isinya hanyalah investigasi yang dilakukan sang wartawan dengan
menelusuri bukti demi bukti dan juga saksi yang mereka temui. Film ini mungkin
lebih coock bagi kalian yang suka film bertema memecahkan misteri yang memutar
otak. Oya, ada pula plot twist-plot twist yang cukup mengejutkan di film ini,
jadi bersiap saja.
Gue kasi film ini 3,5 CD berdarah. Smart and engaging,
but definitely not for everyone.
2. DEATH OF A VLOGGER (2019)
Lagi-lagi film found footage tapi kali ini
horornya lebih kentara. Film ini menceritakan tentang seorang pria yang viral
gara-gara video penampakan di apartemennya. Namun benarkah video itu asli atau
hanya akal-akalannya untuk meraih popularitas. Film ini emang nggak jauh
berbeda dengan film-film found footage lain, semisal “Paranormal Activity” atau
“Grave Encounters” semisal yang mengisahkan rumah berhantu. Melihat tekniknya,
bisa dibilang film ini amat low budget (bahkan kalo mau bisa dibilang no
budget) karena trik-trik hantunya bisa dengan mudah kalian lakukan sendiri di
rumah jika kalian niat mau bikin film semacam ini di rumah. Walaupun dari segi
sinematografi sih jauh lebih bagus ketimbang film-film “no budget” lainnya yang
kadang nggak niat.
Namun hal lain yang ingin gue soroti adalah
temanya yang cukup kreatif. Kalo dari segi scare nggak jauh beda ama film-film
found footage lainnya, film ini mencoba tampil beda dengan mengangkat isu “cancel
culture” yang lagi melanda internet kali ini dan juga dampak psikologis bagi
orang-orang yang mengalami cancel culture ini, kalian boleh-boleh aja sih bully
orang secara online, tapi pernah mikirin nggak dampaknya ke orang tersebut?
Dilihat dari segi scare, film ini nggak
mengecewakan kok walaupun adegannya sering kita lihat di film-film lain dan
untuk sebuah film low budget, jelas film ini memiliki arahan (dan juga akting)
yang lebih bagus dari film-film sejenis. Temanya juga menurut gue kreatif, jadi
gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah. Oya sebagai bonusnya, film ini bisa
kalian saksikan dengan gratis di Tubi.
3. HORROR IN THE HIGH
DESERT (2021)
Film ini nggak sengaja gue liat waktu gue
browsing-browsing film-film horor di Tubi. Seperti kalian tahu, platform Tubi
menawarkan streaming film dengan gratis jadi yaaaah, perlu usaha dikit buat
nemu film-film bagus di sana karena kualitas kebanyakan film di sana emang
sesuai ama harganya yang gratis itu. Beruntung gue nemu film ini, karena
setelah gue selidikin reviewnya di Google ternyata cukup bagus. Dan emang,
untuk ukuran sebuah film Tubi, film ini emang memuaskan.
Film bergenre found footage ini menceritakan
tentang penyelidikan seorang pemuda yang hilang ketika tengah menjelajahi alam
bebas. Pengakuan-pengakuan dari orang-orang terdekat yang diwawancaraipun
membawa ke kesimpulan menakutkan tentang apa yang menimpa sang pemuda yang
hilang itu.
Oke jujur gue harus bilang film ini dari awal
hingga menjelang akhir bisa dibilang membosankan. Ya udah isinya cuma
investigasi ama ngobrol-ngobrol doang. Namun begitu 10 menit terakhir, wow …
adegan terakhirnya bisa gue bilang salah satu adegan horor paling menakutkan
yang pernah gue lihat. Mungkin karena emang sejak awal filmnya slow burning ya
dan semenjak awal kita nggak disuguhi apa-apa sehingga begitu adegan horornya
nongol langsung kerasa banget ngerinya. Bahkan gue nggak ingat kapan terakhir
kali gue ketakutan setengah mati ampe bulu kuduknya berdiri gara-gara nonton adegan
horor seperti ini.
Yap, adegan 10 menit terakhirnya emang wow
banget (walaupun eksekusinya simpel banget), tapi kalian harus sabar ya dari
awal (oya siap-siap ama jumpscare juga hehehe).
Nggak heran, gue kasi film horor efektif ini skor sempurna 4,5 CD berdarah, tapi ini murni pendapat pribadi gue sendiri sih hehehe.
4. SAVAGELAND (2015)
Masih setema dengan dua film sebelumnya, yakni
film found footage yang bisa kalian saksikan dengan gratis di Tubi, film ini
menceritakan tentang sebuah kasus pembantaian yang menyebabkan seluruh kota
terbunuh. Seorang pria berdarah Meksiko yang merupakan satu-satunya warga kota
yang selamat pun ditangkap sebagai pembunuhnya. Namun apakah benar ia
pelakunya?
Film ini cukup unik karena kalo biasanya film
found footage menggunakan rekaman video, namun film ini malah menggunakan
kumpulan foto hitam putih untuk menggambarkan kengerian yang terjadi malam itu.
Dan herannya, cara ini amat efektif sebab fotonya … dih, ngeri-ngeri banget.
Gue nggak akan jelasin lebih lanjut sih supaya nggak spoiler.
Secara garis besar, film ini dibesut dengan gaya
mockumentary dan juga menyorot tentang isu persekusi dan diskriminasi terhadap
kaum imigran, apalagi yang berbeda rasnya dengan penduduk kulit putih. Namun
sayang sih, walaupun tema dan jalan ceritanya udah mumpuni, penutupnya agak
mengecewakan bagi gue.
Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah dan
jangan salahkan gue ya kalo kalian nanti mimpi buruk setelah melihat foto-foto
dalam film ini hehehe.
5. MORGUE (2021)
Film ini cukup unik karena berasal dari
Paraguay, sebuah negara kecil di Amerika Latin yang jarang banget nelurin film
go-internasional seperti ini. Alur film ini cukup simpel, menceritakan seorang
satpam yang terjebak di sebuah kamar mayat dan akhirnya harus melewatkan malam
itu dengan mengalami teror supranatural. Film ini dimulai dengan slow burning
dengan adegan-adegan mirip “Paranormal Activity” tapi begitu udah masuk
pertengahan film, waduh siap-siap aja jadi bulan-bulanan jumpscare hehehe.
Film horor ini cukup efektif sih walaupun
ceritanya amatlah simpel (bahkan tokohnya di film ini cuma 3 orang). Kalo gue
bandingin sama film Indo sih jarang banget sutradara kita bisa bikin film
seseram ini karena mungkin masih terpaku dengan membuat jalan cerita yang rumit
dengan tokoh yang banyak. Padahal kalo film horor mah nggak perlu ruwet-ruwet
amat, yang penting nakutin gitu aja.
Well, gue harap aja sih perfilman Indonesia bisa
bikin film seseram ini. Masa iya kalah ama Paraguay (oya kalo liat settingnya
baru tau gue kalo rumah sakit di Paraguay mirip ama yang ada di Indonesia
hehehe). Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.
6. THE UNHOLY (2021)
Huh (admin menghela napas), akhirnya bahas film
ini juga. Gue awalnya penasaran dengan genre film ini yang bertema religius dan
sejak awal emang nggap berharap banyak amat ama film ini. Dan ternyata dugaan
gue benar, film ini emang biasa-biasa aja.
Sekilas film ini emang mirip rip off-nya
“Conjuring” cuman yaaaa, lebih ke PG-13 kali ya alias aman ditonton anak-anak.
Kisahnya tentang seorang mantan wartawan yang bertugas meliput seorang gadis
yang mengaku mampu melakukan mukjizat. Namun benarkan semua mukjizat yang ia
lakukan atas kehendak dan izin Tuhan, ataukah hanya tipdaya iblis semata.
Film ini emang lebih ke “aman” sih. Adegannya
biasa-biasa aja, ngandalin jumpscare, jalan cerita juga mudah ditebak, yah
pokoknya tipikal film Hollywood yang instant cash-grab lah. Tapi kelebihannya
karena merupakan film horor yang “ringan” film ini bisa ditonton bareng-bareng
ama keluarga kali ya?
Gue kasi film ini skor 3 CD berdarah. Nggak
mengecewakan sih, cuman nontonnya pakek ekspektasi yang rendah aja.
7. JOY RIDE 3: ROADKILL (2014)
Gue sih nggak begitu tertarik ama franchise “Joy
Ride” sih (yang bisa dibilang “Fast and Furious” versi horor), namun salah satu
teman gue di grup Whatsapp yang menyarankan film ini, sehingga akhirnya gue
tonton aja. Well, secara keseluruhan sih film emang nggak begitu mengecewakan
asalkan sejak awal kalian emang kepengen nonton film slasher yang simpel dan
mindless.
Film ini bercerita tentang sosok pengemudi truk
yang sadis dan kerap membunuh korban-korbannya yang melakukan kesalahan
terhadapnya. Nah kali ini korbannya adalah sekumpulan anak muda yang akan
mengikuti balapan dan memicu amarah sang sopir truk dengan menyalipnya.
Film ini bisa gue bilang sebagai “Saw” versi
diskon. Cara membunuhnya sih udah kreatif dan sadis, eh tapi kok ya pas adegan
kematiannya malah disensor alias nggak diperlihatin. Mungkin masalah budget ya.
Ada sih twist di film ini, bukan twist gede yang bisa mengubah jalan cerita
atau gimana, tapi cukup lah memberi variasi di jalan cerita film ini yang
menurut gue mulai monoton.
Overall, film ini cukup menghibur lah kalo
kalian suka film bertema bunuh-bunuhan. Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.
8. SPIRAL: FROM THE BOOK
OF SAW (2021)
Gue aslinya nggak berharap banyak ketika tahu
“Saw” bakal diremake. Soalnya gimana ya, cuman “Saw” yang pertama aja yang
menurut gue bagus dan sisanya, well para kritikus bilangnya “torture porn”
alias film yang cuman ngandalin adegan penyiksaan yang gory belaka. Apakah
reboot-nya yang terbaru ini akan ama aja?
Film ini menceritakan tentang pembunuhan
berantai yang dialami para polisi korup yang dijebak dengan berbagai alat-alat
yang sadis. Apakah benar kematian para polisi ini didalangi oleh sang Jigswa
ataukah ada pembunuh baru yang berkeliaran? Film ini sepertinya akan lebih
berhasil jika nggak dipaksa-paksain masuk franchise “Saw”. Semisal jika film
ini berdiri sendiri dan dibuat sebagai film bergenre prosedural polisi bergaya
investigasi tentang serial killer seperti “Se7en”, gue yakin akan lebih cocok.
Soalnya segi ceritanya tentang korupsi dalam kepolisian sudah bagus, tapi kok
pas adegan-adegan gore-nya malah kurang masuk ya?
Selain itu ada juga satu masalah yang udah kayak
“elephant in the room” banget buat film ini, yakni pemeran utamanya. Oke, gue
tahu sih pemeran utamanya adalah aktor senior yang cukup disegani di Hollywood
sana, tapi bisa nggak sih bikin karakter protagonis yang likeable dan lebih
simpatik? Soalnya tokohnya ngeselin banget. Karakter protagonis yang sukses
menurut gue yang ketika dalam bahaya bikin para penontonnya, “Duh, jadi
deg-degan! Gimana kalo dia kenapa-kenapa?”. Tapi yang gue rasain dari tokoh
utamanya ini malah, “Dih, kapan sih dia matinya?”
Sama satu lagi, bukan body shaming sih, tapi
plis, lain kali bisakah cari tokoh utamanya yang ganteng dikit?
Nggak cuma tokoh utamanya nyebelin, sosok
pembunuhnya pun sudah dengan mudah gue tebak di pertengahan cerita. Plot
twistnya bukan ke identitas pelakunya sih menurut gue, namun lebih ke alasan
kenapa dia ngelakuin ini semua. Oya ada juga Samuel L Jackson alias Nick Fury
di film ini dan kalian semua pastinya sudah tahu, hanya ada satu alasan kenapa
ada yang masang bintang segede ini di sebuah film, yakni buat maki-maki dan
mengucap kata “F*CK!” and of course he did his job pretty well here.
Seperti gue bilang, dengan penyutradaraan yang
beda gue yakin film ini bakalan lebih sukses dan memorable. But for now, this
is another forgettable entry of the “Saw” franchise, walaupun gue akuin film
ini agak lebih mendingan daripada film-film “Saw” sebelumnya.
Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.
9. SPIRAL (2021)
Another “Spiral” but this one is much better. Sudah
ada beberapa film horor berjudul sama seperti “Spiral” adaptasinya “Uzumaki”-nya
Junji Ito” hingga “Spiral” sekuelnya “Saw”, jadi jika kalian bingung mencarinya
di internetnya, masukin aja “Spiral gay movie” pasti ketemu hehehe.
Menurut para kritikus, film ini bakalan
mengingatkan kita ama “Get Out”. Cuman bedanya alih-alih mengangkat isu ras dan
warna kulit, film ini mengungkit isu homoseksual alias gay. Dikisahkan sepasang
gay yang sudah menikah membawa serta putri mereka ke sebuah rumah baru di
pedesaan. Namun siapa sangka, disana mereka mulai mengalami hal-hal aneh hingga
curiga desa yang mereka diami sebenarnya menyimpan rahasia menakutkan.
Film ini bisa dibilang sebagai film
“psychological thriller” bergaya slow burning. Adegan menakutnya cuma muncul
seadegan di sih di klimaksnya dan sedari awal kita disuguhi investigasi salah
satu tokoh utamanya yang membuat kita mempertanyakan kewarasan sang tokoh
utama. Apakah memang benar ada yang aneh di desa itu ataukah itu hanya paranoia
sang tokoh utama yang menderita depresi akibat pengalamannya mendapatkan
diskriminasi sebagai kaum gay?
Yap, film ini emang liberal banget dengan
menawarkan konsep SJW semacam ini, namun jangan salah. Pesan moralnya menurut
gue universal banget kok, dibuktikan dengana adegan terakhirnya. Kalian boleh
aja menghakimi kaum minoritas yang berbeda dengan kalian semacam kaum gay
seperti ini. Namun jangan lupa, suatu saat (semisal kita berpindah ke tempat
lain atau berada di kondisi lain) kalian juga akan menjadi kaum minoritas yang
berbeda dengan tetangga-tetangga kalian dan mungkin saja, kalian akan menerima
perlakuan sama. Kalo udah begitu tinggal dirasain, enak nggak kalo kalian
dihakimi seperti kalian menghakimi mereka?
Karena pesan moralnya yang dalam, gue kasi film
ini skor cukup tinggi, yakni 4 CD berdarah.
10. FUNHOUSE (2019)
Gue agak bingung sih mau review film ini apa
nggak, soalnya walaupun ada sisi bagusnya tapi lebih banyakan kekurangannya
hehehe. Film ini berkisah tentang sebuah reality show online macam “Big
Brother” yang mengumpulkan orang-orang yang tenar bukan karena kemampuan dan
bakat, melainkan karena sensasi, seperti para Youtuber, selebriti, hingga para
influencer dan selebgram. Permainan yang awalnya asyik itu berubah menjadi
bencana ketika mereka tahu bahwa tiap tantangan didesain untuk membunuh mereka.
Bayangin aja sih Tata, Ricis, Viky Prasetyo dll
ikutan game yang terinspirasi ama “Saw” hehehe itulah premis film ini. Seperti
gue bilang film ini lebih banyak miss ketimbang hit-nya. Oke, gue sih setuju
ama niat baik si pembuat film ini yang ingin mengkritik tentang orang-orang
minim bakat yang justru menjadi idola kaum muda, sedangkan mereka yang benar-benar
berprestasi malah terpinggirkan. Tapi kok eksekusinya gue bilang malah gagal.
Soalnya semua pesan meral ini disampaikan dengan cara PIDATO (gue itung-itung
dua kali malah). Padahal itu setahu gue big no no dalam membuat film, soalnya
amanat sebaiknya disampaikan seimplisit mungkin (dengan dialog antar-karakter,
adegan, dll) sehingga disimpulkan sendiri oleh pemiranya, bukan malah eksplisit
gini. Jatohnya malah menggurui sih. Kedua, twist di endingnya yang ugh, nggak
banget deh.
Ada satu sih hal yang menurut gue “kena” di film
yakni pendalaman karakternya, dimana sesebel-sebelnya sama sosok-sosok yang
cuman pansos demi uang seperti itu, tetep aja mereka adalah manusia yang punya
perasaan dan kita juga nggak tahu kehidupan yang alami sebenarnya seperti apa,
sehingga kita nggak punya hak nge-judge mereka.
Oke, gue cukup kasih film ini skor 2,5 CD
berdarah. Temanya bagus sih, tapi ya kata gue tadi, eksekusinya berantakan.
11. OPEN YOUR EYES (2021)
Satu lagi film slow burning yang awal-awalnya
mungkin bikin kita bosen, tapi semua ditutup dengan ending yang mencengangkan.
Film ini menceritakan seorang penulis naskah yang sedang berupaya menyelesaikan
naskah terbarunya, namun terganggu oleh hal-hal aneh yang terjadi di
apartemennya, apalagi setelah ia berkenalan dengan tetangganya yang misterius.
Seperti gue bilang tadi film ini awalnya sih
biasa-biasa aja, bahkan bisa dibilang lebih ke film drama ketimbang horor.
Adegan-adegan scarenya-pun kurang kreatif dan udah biasa kita lihat di
film-film horor lain (setan nongol pas kita lagi ngaca di kamar mandi, cek.
Noda aneh di dinding ala film-film horor Jepang, cek). Tapi seperti gue
singgung tadi, keunggulan film ini ada twistnya yang gue yakin nggak akan sama
sekali bisa kalian tebak dan membuat film ini (walau awalnya slow dan biasa
banget) menjadi terasa unik dan kreatif. But again, this movie feels more like
a drama than a horror, sesuatu yang harus kalian pertimbangkan.
Gue kasi film ini 3,5 CD berdarah.
12. 616 WILFORD LANE (2021
Oke, bisa dibilang film ini adalah salah satu
film paling unik yang pernah gue saksikan. Awalnya sih dari judul dan
sinopsisnya, gue pikir ini pastilah film-film B-movie yang biasa-biasa aja.
Tapi dari semua review yang gue baca, semuanya mengutarakan hal yang sama,
yakni ending film ini memiliki sebuah plot twist tak terduga yang langsung saja
membuat gue tertarik menyaksikannya.
Film ini menceritakan seorang pria yang pindah
ke sebuah rumah baru bersama kedua putrinya setelah istrinya meninggal. Namun
tak perlu waktu lama bagi mereka untuk mengalami teror karena rumah yang mereka
tempati itu diduga berhantu. Terdengar tak asing? Yap, premis semacam ini emang
udah digarap ratusan kali. Bahkan film ini sangat mengingatkan gue ama
“Paranormal Activity”.
Sejak awal, gue langsung dibikin “menderita” ama
film ini. Tokoh-tokohnya, dih. Aktingnya, dih. Dialognya, dih. Adegannya, dih.
Penampakannya, dih. Gue heran ya, kenapa sih setan itu doyannya buka lemari
dapur ama narik selimut kita pas lagi tidur. Kenapa sih nggak ada yang lebih
kreatif gitu, kayak narik bulu ketek kita pas tidur, buka dudukan kloset, atau
apa gitu yang lebih kerasa beda. Klimaksnya pun bikin gue bilang, “Dih, cuman
gitu aja?”. Buang-buang waktu aja dong gue dari awal nonton film ini?
Namun semua tertebus ketika plot twistnya terungkap
dan langsung membuat gue terpana. Plot twistnya emang bikin semua yang tersaji
sejak awal film jadi masuk akal dan mengubah semua sudut pandang kita. Emang
bener sih, film ini ngandalin plot twist ketimbang scare and it works!
Gue kasi film kreatif ini 4 CD berdarah, all just based on the twist.
BONUS:
CAVEAT (2020)
Oke sebelum bahas film ini gue mau curhat sikit soal
film “Conjuring 3: The Devil Made Me Do It”. Biasanya sih gue jarang banget
ngelewatin film-film Conju-verse di bioskop (kecuali “The Nun” ama “La Llorona”
soalnya katanya jelek hehehe). Tapi kali ini gue merasa ragu nonton “Conjuring
3” ini karena menurut reviewnya sih filmnya “slow burning”. Ketika gue
nontonpun, yah masih lumayan sih nggak seburuk dugaan gue dan nggak slow
burning juga karena gue dah nonton banyak film slow burning dan pace film ini
jauh lebih cepat daripada film-film tersebut. Tapi yang bisa gue simpulkan,
film ini emang underwhelming banget.
Film ini bergeser dari yang menawarkan “scare”
yang fun (semisal Valak dkk) menjadi film investigasi supranatural yang minim
scare. Padahal, menurut gue itulah alasan utama para penonton menyaksikan film
“Conjuring” di bioskop, yakni buat adegan seram yang bak roller coaster and
definitely not the story! Sayang film ini lebih ke story yang menurut yah, ada
bagus dan buruknya. Bagusnya filmnya jadi sedikit berkualitas, jeleknya film
ini jelas akan mengalienasi fans-fans sasaran demografi film ini sendiri
(seperti gue) karena sudah berdeviasi dari konsep awalnya.
Yang jelas, film ini semakin membuktikan bahwa
kini universe Conjuring kini mengalami nasib seperti lagunya Armada “mau dibawa
kemana”. Tapi kebetulan banget (alasan kenapa gue bahas Conjuring dulu), hanya
beberapa hari setelah nonton film ini, gue nemu film ini. Dan menurut gue, this
is a horror movie should be, not this Conjuring universe!”
Kalo kalian tantang gue, “Ayo Bang, sebutkan satu
judul film horor yang lebih bagus ketimbang Conjuring 3!”, gue akan menyebut
film ini, “Caveat”. Pertama gue akan menyorot dulu apa arti judulnya. Nah, tau
kan iklan-iklan promo yang menggiurkan (kayak kuota dsb) biasanya ada tanda *
yang berarti “syarat dan ketentuan berlaku”. Nah, itulah yang disebut “caveat”
dalam bahasa Inggris. Film ini bercerita tentang seorang pria yang ditawari
pekerjaan impian, yakni “babysitting” (menjaga anak) dengan gaji 1.000 dolar
(15 juta) selama 5 hari saja. Wow, kedengarannya menggiurkan banget ya. Tapi
ada “syarat dan ketentuan” berlaku yang cukup disturbing yang harus dijalaninya
dan uhm, kayaknya rumahnya juga berhantu deh.
Film ini emang diawali dengan pelan-pelan demi
membangun atmosfer ngeri dan itu jelas berhasil. Rumahnya emang serem (apalagi
basement-nya) dan karena film ini plotnya pelan, gangguan sekecil apapun akan
terasa mengerikan bagi tokoh utamanya. Scare-scarenya bisa gue bilang cukup
simpel tapi efektif (and thank God bukan sekedar buka-buka lemari dapur doang).
Bahkan, saking minimnya scare film ini, gue merasakan aura-aura J-horror yang
kental di film ini. Ada dua twist sih di film ini, twist pertama sih menurut
gue nggak begitu nendang (walau jelas mengubah jalan cerita). Namun twist kedua
di klimaksnya, hiiiiiy bikin merinding, padahal cuman begitu aja.
But again, seperti kata gue, udah singkirkan aja
keinginan kalian nonton “Conjuring 3” dan mendingan kalian nonton film ini
(apalagi kalo kalian rencananya nonton di situs bajakan hehehe). Film ini nggak
serumit Conjuring, namun jauh lebih serem.
Gue kasi film 4,5 CD berdarah. Sudah lama sih
gue nggak nonton film seminimalis namun seefektif ini and it definitely needs a
praise!
Tumben bang Dave banyak typo nya ðŸ¤
ReplyDeletewkwkwkwk maap2
DeleteBang, yg maen spiral ato nick fury bukan lawrence fishburne, tapi samuel L. Jackson.
ReplyDeleteWkwkwkwk maap2 dah dibenerin. Oiya Lawrence Fishburne kan yg mesti kebagian tokoh wise itu ya
DeleteWkwjwk mungkin krn udah sering liat cerita dgn plot twist gitu jd auto bisa nebaque siapa pelaku di from The Book of Saw
ReplyDelete