Monday, August 2, 2021

REVIEW FILM HOROR ALA MENGAKU BACKPACKER BULAN AGUSTUS 2021

Hallo guys, balik lagi ke review-review film horor bulan ini. Kali ini gue akan banyak membahas film-film horor Barat ala Hollywood (walau ada sih satu dari Paraguay). Semua film ini gue tawarkan karena tentu ada kelebihannya yang menarik perhatian gue, yah walaupun jelas semuanya tak sempurna. Yang jelas tak ada salahnya mengisi waktu luang kalian dengan menonton film-film horor yang akan gue tawarkan ini. So here we go!

1. POPULATION ZERO (2016)

Masih ingat ama pembahasan Death Zone kemarin? Nah gue sempat menyinggung ada sebuah film bergenre found footage yang menyinggung tentang tema tersebut. Film ini menceritakan dua orang wartawan yang menyelidiki sebuah kasus pembunuhan di Taman Nasional Yellowstone dimana sang pembunuh menyerahkan diri, namun kemudian dibebaskan begitu saja karena loophole hukum yang ada di wilayah tersebut. Film ini memang menyorot apa yang akan terjadi jika benar-benar ada seorang pembunuh yang memanfaatkan wilayah “bebas hukum” itu untuk melakukan aksi kejahatan.

Film ini bertema investigasi kriminal yang dibesut dengan gaya “mockumentary”. Perlu gue peringatkan jika kalian ingin film horor yang menegangkan dan seru, sebaiknya jauhi film ini. Karena gue udah katakan, isinya hanyalah investigasi yang dilakukan sang wartawan dengan menelusuri bukti demi bukti dan juga saksi yang mereka temui. Film ini mungkin lebih coock bagi kalian yang suka film bertema memecahkan misteri yang memutar otak. Oya, ada pula plot twist-plot twist yang cukup mengejutkan di film ini, jadi bersiap saja.

Gue kasi film ini 3,5 CD berdarah. Smart and engaging, but definitely not for everyone.

 



2. DEATH OF A VLOGGER (2019)

Lagi-lagi film found footage tapi kali ini horornya lebih kentara. Film ini menceritakan tentang seorang pria yang viral gara-gara video penampakan di apartemennya. Namun benarkah video itu asli atau hanya akal-akalannya untuk meraih popularitas. Film ini emang nggak jauh berbeda dengan film-film found footage lain, semisal “Paranormal Activity” atau “Grave Encounters” semisal yang mengisahkan rumah berhantu. Melihat tekniknya, bisa dibilang film ini amat low budget (bahkan kalo mau bisa dibilang no budget) karena trik-trik hantunya bisa dengan mudah kalian lakukan sendiri di rumah jika kalian niat mau bikin film semacam ini di rumah. Walaupun dari segi sinematografi sih jauh lebih bagus ketimbang film-film “no budget” lainnya yang kadang nggak niat.

Namun hal lain yang ingin gue soroti adalah temanya yang cukup kreatif. Kalo dari segi scare nggak jauh beda ama film-film found footage lainnya, film ini mencoba tampil beda dengan mengangkat isu “cancel culture” yang lagi melanda internet kali ini dan juga dampak psikologis bagi orang-orang yang mengalami cancel culture ini, kalian boleh-boleh aja sih bully orang secara online, tapi pernah mikirin nggak dampaknya ke orang tersebut?

Dilihat dari segi scare, film ini nggak mengecewakan kok walaupun adegannya sering kita lihat di film-film lain dan untuk sebuah film low budget, jelas film ini memiliki arahan (dan juga akting) yang lebih bagus dari film-film sejenis. Temanya juga menurut gue kreatif, jadi gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah. Oya sebagai bonusnya, film ini bisa kalian saksikan dengan gratis di Tubi.


3. HORROR IN THE HIGH DESERT (2021)

Film ini nggak sengaja gue liat waktu gue browsing-browsing film-film horor di Tubi. Seperti kalian tahu, platform Tubi menawarkan streaming film dengan gratis jadi yaaaah, perlu usaha dikit buat nemu film-film bagus di sana karena kualitas kebanyakan film di sana emang sesuai ama harganya yang gratis itu. Beruntung gue nemu film ini, karena setelah gue selidikin reviewnya di Google ternyata cukup bagus. Dan emang, untuk ukuran sebuah film Tubi, film ini emang memuaskan.

Film bergenre found footage ini menceritakan tentang penyelidikan seorang pemuda yang hilang ketika tengah menjelajahi alam bebas. Pengakuan-pengakuan dari orang-orang terdekat yang diwawancaraipun membawa ke kesimpulan menakutkan tentang apa yang menimpa sang pemuda yang hilang itu.

Oke jujur gue harus bilang film ini dari awal hingga menjelang akhir bisa dibilang membosankan. Ya udah isinya cuma investigasi ama ngobrol-ngobrol doang. Namun begitu 10 menit terakhir, wow … adegan terakhirnya bisa gue bilang salah satu adegan horor paling menakutkan yang pernah gue lihat. Mungkin karena emang sejak awal filmnya slow burning ya dan semenjak awal kita nggak disuguhi apa-apa sehingga begitu adegan horornya nongol langsung kerasa banget ngerinya. Bahkan gue nggak ingat kapan terakhir kali gue ketakutan setengah mati ampe bulu kuduknya berdiri gara-gara nonton adegan horor seperti ini.

Yap, adegan 10 menit terakhirnya emang wow banget (walaupun eksekusinya simpel banget), tapi kalian harus sabar ya dari awal (oya siap-siap ama jumpscare juga hehehe).

Nggak heran, gue kasi film horor efektif ini skor sempurna 4,5 CD berdarah, tapi ini murni pendapat pribadi gue sendiri sih hehehe.


4. SAVAGELAND (2015)

Masih setema dengan dua film sebelumnya, yakni film found footage yang bisa kalian saksikan dengan gratis di Tubi, film ini menceritakan tentang sebuah kasus pembantaian yang menyebabkan seluruh kota terbunuh. Seorang pria berdarah Meksiko yang merupakan satu-satunya warga kota yang selamat pun ditangkap sebagai pembunuhnya. Namun apakah benar ia pelakunya?

Film ini cukup unik karena kalo biasanya film found footage menggunakan rekaman video, namun film ini malah menggunakan kumpulan foto hitam putih untuk menggambarkan kengerian yang terjadi malam itu. Dan herannya, cara ini amat efektif sebab fotonya … dih, ngeri-ngeri banget. Gue nggak akan jelasin lebih lanjut sih supaya nggak spoiler.

Secara garis besar, film ini dibesut dengan gaya mockumentary dan juga menyorot tentang isu persekusi dan diskriminasi terhadap kaum imigran, apalagi yang berbeda rasnya dengan penduduk kulit putih. Namun sayang sih, walaupun tema dan jalan ceritanya udah mumpuni, penutupnya agak mengecewakan bagi gue.

Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah dan jangan salahkan gue ya kalo kalian nanti mimpi buruk setelah melihat foto-foto dalam film ini hehehe.


5. MORGUE (2021)

Film ini cukup unik karena berasal dari Paraguay, sebuah negara kecil di Amerika Latin yang jarang banget nelurin film go-internasional seperti ini. Alur film ini cukup simpel, menceritakan seorang satpam yang terjebak di sebuah kamar mayat dan akhirnya harus melewatkan malam itu dengan mengalami teror supranatural. Film ini dimulai dengan slow burning dengan adegan-adegan mirip “Paranormal Activity” tapi begitu udah masuk pertengahan film, waduh siap-siap aja jadi bulan-bulanan jumpscare hehehe.

Film horor ini cukup efektif sih walaupun ceritanya amatlah simpel (bahkan tokohnya di film ini cuma 3 orang). Kalo gue bandingin sama film Indo sih jarang banget sutradara kita bisa bikin film seseram ini karena mungkin masih terpaku dengan membuat jalan cerita yang rumit dengan tokoh yang banyak. Padahal kalo film horor mah nggak perlu ruwet-ruwet amat, yang penting nakutin gitu aja.

Well, gue harap aja sih perfilman Indonesia bisa bikin film seseram ini. Masa iya kalah ama Paraguay (oya kalo liat settingnya baru tau gue kalo rumah sakit di Paraguay mirip ama yang ada di Indonesia hehehe). Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.


6. THE UNHOLY (2021)

Huh (admin menghela napas), akhirnya bahas film ini juga. Gue awalnya penasaran dengan genre film ini yang bertema religius dan sejak awal emang nggap berharap banyak amat ama film ini. Dan ternyata dugaan gue benar, film ini emang biasa-biasa aja.

Sekilas film ini emang mirip rip off-nya “Conjuring” cuman yaaaa, lebih ke PG-13 kali ya alias aman ditonton anak-anak. Kisahnya tentang seorang mantan wartawan yang bertugas meliput seorang gadis yang mengaku mampu melakukan mukjizat. Namun benarkan semua mukjizat yang ia lakukan atas kehendak dan izin Tuhan, ataukah hanya tipdaya iblis semata.

Film ini emang lebih ke “aman” sih. Adegannya biasa-biasa aja, ngandalin jumpscare, jalan cerita juga mudah ditebak, yah pokoknya tipikal film Hollywood yang instant cash-grab lah. Tapi kelebihannya karena merupakan film horor yang “ringan” film ini bisa ditonton bareng-bareng ama keluarga kali ya?

Gue kasi film ini skor 3 CD berdarah. Nggak mengecewakan sih, cuman nontonnya pakek ekspektasi yang rendah aja.


7. JOY RIDE 3: ROADKILL (2014)

Gue sih nggak begitu tertarik ama franchise “Joy Ride” sih (yang bisa dibilang “Fast and Furious” versi horor), namun salah satu teman gue di grup Whatsapp yang menyarankan film ini, sehingga akhirnya gue tonton aja. Well, secara keseluruhan sih film emang nggak begitu mengecewakan asalkan sejak awal kalian emang kepengen nonton film slasher yang simpel dan mindless.

Film ini bercerita tentang sosok pengemudi truk yang sadis dan kerap membunuh korban-korbannya yang melakukan kesalahan terhadapnya. Nah kali ini korbannya adalah sekumpulan anak muda yang akan mengikuti balapan dan memicu amarah sang sopir truk dengan menyalipnya.

Film ini bisa gue bilang sebagai “Saw” versi diskon. Cara membunuhnya sih udah kreatif dan sadis, eh tapi kok ya pas adegan kematiannya malah disensor alias nggak diperlihatin. Mungkin masalah budget ya. Ada sih twist di film ini, bukan twist gede yang bisa mengubah jalan cerita atau gimana, tapi cukup lah memberi variasi di jalan cerita film ini yang menurut gue mulai monoton.

Overall, film ini cukup menghibur lah kalo kalian suka film bertema bunuh-bunuhan. Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.


8. SPIRAL: FROM THE BOOK OF SAW (2021)

Gue aslinya nggak berharap banyak ketika tahu “Saw” bakal diremake. Soalnya gimana ya, cuman “Saw” yang pertama aja yang menurut gue bagus dan sisanya, well para kritikus bilangnya “torture porn” alias film yang cuman ngandalin adegan penyiksaan yang gory belaka. Apakah reboot-nya yang terbaru ini akan ama aja?

Film ini menceritakan tentang pembunuhan berantai yang dialami para polisi korup yang dijebak dengan berbagai alat-alat yang sadis. Apakah benar kematian para polisi ini didalangi oleh sang Jigswa ataukah ada pembunuh baru yang berkeliaran? Film ini sepertinya akan lebih berhasil jika nggak dipaksa-paksain masuk franchise “Saw”. Semisal jika film ini berdiri sendiri dan dibuat sebagai film bergenre prosedural polisi bergaya investigasi tentang serial killer seperti “Se7en”, gue yakin akan lebih cocok. Soalnya segi ceritanya tentang korupsi dalam kepolisian sudah bagus, tapi kok pas adegan-adegan gore-nya malah kurang masuk ya?

Selain itu ada juga satu masalah yang udah kayak “elephant in the room” banget buat film ini, yakni pemeran utamanya. Oke, gue tahu sih pemeran utamanya adalah aktor senior yang cukup disegani di Hollywood sana, tapi bisa nggak sih bikin karakter protagonis yang likeable dan lebih simpatik? Soalnya tokohnya ngeselin banget. Karakter protagonis yang sukses menurut gue yang ketika dalam bahaya bikin para penontonnya, “Duh, jadi deg-degan! Gimana kalo dia kenapa-kenapa?”. Tapi yang gue rasain dari tokoh utamanya ini malah, “Dih, kapan sih dia matinya?”

Sama satu lagi, bukan body shaming sih, tapi plis, lain kali bisakah cari tokoh utamanya yang ganteng dikit?

Nggak cuma tokoh utamanya nyebelin, sosok pembunuhnya pun sudah dengan mudah gue tebak di pertengahan cerita. Plot twistnya bukan ke identitas pelakunya sih menurut gue, namun lebih ke alasan kenapa dia ngelakuin ini semua. Oya ada juga Samuel L Jackson alias Nick Fury di film ini dan kalian semua pastinya sudah tahu, hanya ada satu alasan kenapa ada yang masang bintang segede ini di sebuah film, yakni buat maki-maki dan mengucap kata “F*CK!” and of course he did his job pretty well here.

Seperti gue bilang, dengan penyutradaraan yang beda gue yakin film ini bakalan lebih sukses dan memorable. But for now, this is another forgettable entry of the “Saw” franchise, walaupun gue akuin film ini agak lebih mendingan daripada film-film “Saw” sebelumnya.

Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.

 


9. SPIRAL (2021)

Another “Spiral” but this one is much better. Sudah ada beberapa film horor berjudul sama seperti “Spiral” adaptasinya “Uzumaki”-nya Junji Ito” hingga “Spiral” sekuelnya “Saw”, jadi jika kalian bingung mencarinya di internetnya, masukin aja “Spiral gay movie” pasti ketemu hehehe.

Menurut para kritikus, film ini bakalan mengingatkan kita ama “Get Out”. Cuman bedanya alih-alih mengangkat isu ras dan warna kulit, film ini mengungkit isu homoseksual alias gay. Dikisahkan sepasang gay yang sudah menikah membawa serta putri mereka ke sebuah rumah baru di pedesaan. Namun siapa sangka, disana mereka mulai mengalami hal-hal aneh hingga curiga desa yang mereka diami sebenarnya menyimpan rahasia menakutkan.

Film ini bisa dibilang sebagai film “psychological thriller” bergaya slow burning. Adegan menakutnya cuma muncul seadegan di sih di klimaksnya dan sedari awal kita disuguhi investigasi salah satu tokoh utamanya yang membuat kita mempertanyakan kewarasan sang tokoh utama. Apakah memang benar ada yang aneh di desa itu ataukah itu hanya paranoia sang tokoh utama yang menderita depresi akibat pengalamannya mendapatkan diskriminasi sebagai kaum gay?

Yap, film ini emang liberal banget dengan menawarkan konsep SJW semacam ini, namun jangan salah. Pesan moralnya menurut gue universal banget kok, dibuktikan dengana adegan terakhirnya. Kalian boleh aja menghakimi kaum minoritas yang berbeda dengan kalian semacam kaum gay seperti ini. Namun jangan lupa, suatu saat (semisal kita berpindah ke tempat lain atau berada di kondisi lain) kalian juga akan menjadi kaum minoritas yang berbeda dengan tetangga-tetangga kalian dan mungkin saja, kalian akan menerima perlakuan sama. Kalo udah begitu tinggal dirasain, enak nggak kalo kalian dihakimi seperti kalian menghakimi mereka?

Karena pesan moralnya yang dalam, gue kasi film ini skor cukup tinggi, yakni 4 CD berdarah.


10. FUNHOUSE (2019)

Gue agak bingung sih mau review film ini apa nggak, soalnya walaupun ada sisi bagusnya tapi lebih banyakan kekurangannya hehehe. Film ini berkisah tentang sebuah reality show online macam “Big Brother” yang mengumpulkan orang-orang yang tenar bukan karena kemampuan dan bakat, melainkan karena sensasi, seperti para Youtuber, selebriti, hingga para influencer dan selebgram. Permainan yang awalnya asyik itu berubah menjadi bencana ketika mereka tahu bahwa tiap tantangan didesain untuk membunuh mereka.

Bayangin aja sih Tata, Ricis, Viky Prasetyo dll ikutan game yang terinspirasi ama “Saw” hehehe itulah premis film ini. Seperti gue bilang film ini lebih banyak miss ketimbang hit-nya. Oke, gue sih setuju ama niat baik si pembuat film ini yang ingin mengkritik tentang orang-orang minim bakat yang justru menjadi idola kaum muda, sedangkan mereka yang benar-benar berprestasi malah terpinggirkan. Tapi kok eksekusinya gue bilang malah gagal. Soalnya semua pesan meral ini disampaikan dengan cara PIDATO (gue itung-itung dua kali malah). Padahal itu setahu gue big no no dalam membuat film, soalnya amanat sebaiknya disampaikan seimplisit mungkin (dengan dialog antar-karakter, adegan, dll) sehingga disimpulkan sendiri oleh pemiranya, bukan malah eksplisit gini. Jatohnya malah menggurui sih. Kedua, twist di endingnya yang ugh, nggak banget deh.

Ada satu sih hal yang menurut gue “kena” di film yakni pendalaman karakternya, dimana sesebel-sebelnya sama sosok-sosok yang cuman pansos demi uang seperti itu, tetep aja mereka adalah manusia yang punya perasaan dan kita juga nggak tahu kehidupan yang alami sebenarnya seperti apa, sehingga kita nggak punya hak nge-judge mereka.

Oke, gue cukup kasih film ini skor 2,5 CD berdarah. Temanya bagus sih, tapi ya kata gue tadi, eksekusinya berantakan.

 


11. OPEN YOUR EYES (2021)

Satu lagi film slow burning yang awal-awalnya mungkin bikin kita bosen, tapi semua ditutup dengan ending yang mencengangkan. Film ini menceritakan seorang penulis naskah yang sedang berupaya menyelesaikan naskah terbarunya, namun terganggu oleh hal-hal aneh yang terjadi di apartemennya, apalagi setelah ia berkenalan dengan tetangganya yang misterius.

Seperti gue bilang tadi film ini awalnya sih biasa-biasa aja, bahkan bisa dibilang lebih ke film drama ketimbang horor. Adegan-adegan scarenya-pun kurang kreatif dan udah biasa kita lihat di film-film horor lain (setan nongol pas kita lagi ngaca di kamar mandi, cek. Noda aneh di dinding ala film-film horor Jepang, cek). Tapi seperti gue singgung tadi, keunggulan film ini ada twistnya yang gue yakin nggak akan sama sekali bisa kalian tebak dan membuat film ini (walau awalnya slow dan biasa banget) menjadi terasa unik dan kreatif. But again, this movie feels more like a drama than a horror, sesuatu yang harus kalian pertimbangkan.

Gue kasi film ini 3,5 CD berdarah.


12. 616 WILFORD LANE (2021

Oke, bisa dibilang film ini adalah salah satu film paling unik yang pernah gue saksikan. Awalnya sih dari judul dan sinopsisnya, gue pikir ini pastilah film-film B-movie yang biasa-biasa aja. Tapi dari semua review yang gue baca, semuanya mengutarakan hal yang sama, yakni ending film ini memiliki sebuah plot twist tak terduga yang langsung saja membuat gue tertarik menyaksikannya.

Film ini menceritakan seorang pria yang pindah ke sebuah rumah baru bersama kedua putrinya setelah istrinya meninggal. Namun tak perlu waktu lama bagi mereka untuk mengalami teror karena rumah yang mereka tempati itu diduga berhantu. Terdengar tak asing? Yap, premis semacam ini emang udah digarap ratusan kali. Bahkan film ini sangat mengingatkan gue ama “Paranormal Activity”.

Sejak awal, gue langsung dibikin “menderita” ama film ini. Tokoh-tokohnya, dih. Aktingnya, dih. Dialognya, dih. Adegannya, dih. Penampakannya, dih. Gue heran ya, kenapa sih setan itu doyannya buka lemari dapur ama narik selimut kita pas lagi tidur. Kenapa sih nggak ada yang lebih kreatif gitu, kayak narik bulu ketek kita pas tidur, buka dudukan kloset, atau apa gitu yang lebih kerasa beda. Klimaksnya pun bikin gue bilang, “Dih, cuman gitu aja?”. Buang-buang waktu aja dong gue dari awal nonton film ini?

Namun semua tertebus ketika plot twistnya terungkap dan langsung membuat gue terpana. Plot twistnya emang bikin semua yang tersaji sejak awal film jadi masuk akal dan mengubah semua sudut pandang kita. Emang bener sih, film ini ngandalin plot twist ketimbang scare and it works!

Gue kasi film kreatif ini 4 CD berdarah, all just based on the twist.


BONUS:

CAVEAT (2020)

Oke sebelum bahas film ini gue mau curhat sikit soal film “Conjuring 3: The Devil Made Me Do It”. Biasanya sih gue jarang banget ngelewatin film-film Conju-verse di bioskop (kecuali “The Nun” ama “La Llorona” soalnya katanya jelek hehehe). Tapi kali ini gue merasa ragu nonton “Conjuring 3” ini karena menurut reviewnya sih filmnya “slow burning”. Ketika gue nontonpun, yah masih lumayan sih nggak seburuk dugaan gue dan nggak slow burning juga karena gue dah nonton banyak film slow burning dan pace film ini jauh lebih cepat daripada film-film tersebut. Tapi yang bisa gue simpulkan, film ini emang underwhelming banget.

Film ini bergeser dari yang menawarkan “scare” yang fun (semisal Valak dkk) menjadi film investigasi supranatural yang minim scare. Padahal, menurut gue itulah alasan utama para penonton menyaksikan film “Conjuring” di bioskop, yakni buat adegan seram yang bak roller coaster and definitely not the story! Sayang film ini lebih ke story yang menurut yah, ada bagus dan buruknya. Bagusnya filmnya jadi sedikit berkualitas, jeleknya film ini jelas akan mengalienasi fans-fans sasaran demografi film ini sendiri (seperti gue) karena sudah berdeviasi dari konsep awalnya.

Yang jelas, film ini semakin membuktikan bahwa kini universe Conjuring kini mengalami nasib seperti lagunya Armada “mau dibawa kemana”. Tapi kebetulan banget (alasan kenapa gue bahas Conjuring dulu), hanya beberapa hari setelah nonton film ini, gue nemu film ini. Dan menurut gue, this is a horror movie should be, not this Conjuring universe!”

Kalo kalian tantang gue, “Ayo Bang, sebutkan satu judul film horor yang lebih bagus ketimbang Conjuring 3!”, gue akan menyebut film ini, “Caveat”. Pertama gue akan menyorot dulu apa arti judulnya. Nah, tau kan iklan-iklan promo yang menggiurkan (kayak kuota dsb) biasanya ada tanda * yang berarti “syarat dan ketentuan berlaku”. Nah, itulah yang disebut “caveat” dalam bahasa Inggris. Film ini bercerita tentang seorang pria yang ditawari pekerjaan impian, yakni “babysitting” (menjaga anak) dengan gaji 1.000 dolar (15 juta) selama 5 hari saja. Wow, kedengarannya menggiurkan banget ya. Tapi ada “syarat dan ketentuan” berlaku yang cukup disturbing yang harus dijalaninya dan uhm, kayaknya rumahnya juga berhantu deh.

Film ini emang diawali dengan pelan-pelan demi membangun atmosfer ngeri dan itu jelas berhasil. Rumahnya emang serem (apalagi basement-nya) dan karena film ini plotnya pelan, gangguan sekecil apapun akan terasa mengerikan bagi tokoh utamanya. Scare-scarenya bisa gue bilang cukup simpel tapi efektif (and thank God bukan sekedar buka-buka lemari dapur doang). Bahkan, saking minimnya scare film ini, gue merasakan aura-aura J-horror yang kental di film ini. Ada dua twist sih di film ini, twist pertama sih menurut gue nggak begitu nendang (walau jelas mengubah jalan cerita). Namun twist kedua di klimaksnya, hiiiiiy bikin merinding, padahal cuman begitu aja.

But again, seperti kata gue, udah singkirkan aja keinginan kalian nonton “Conjuring 3” dan mendingan kalian nonton film ini (apalagi kalo kalian rencananya nonton di situs bajakan hehehe). Film ini nggak serumit Conjuring, namun jauh lebih serem.

Gue kasi film 4,5 CD berdarah. Sudah lama sih gue nggak nonton film seminimalis namun seefektif ini and it definitely needs a praise!

                                                                                       

5 comments:

  1. Tumben bang Dave banyak typo nya 🤭

    ReplyDelete
  2. Bang, yg maen spiral ato nick fury bukan lawrence fishburne, tapi samuel L. Jackson.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk maap2 dah dibenerin. Oiya Lawrence Fishburne kan yg mesti kebagian tokoh wise itu ya

      Delete
  3. Wkwjwk mungkin krn udah sering liat cerita dgn plot twist gitu jd auto bisa nebaque siapa pelaku di from The Book of Saw

    ReplyDelete