Tahun 2020
dimulai dengan teramat sensasional. Mulai dari banjir di Jakarta, kebakaran di
Australia, insiden “nyaris” pecahnya Perang Dunia III akibat pemerintah Amerika
Serikat yang mengeksekusi seorang jenderal Iran, gunung berapi meletus di
Filipina, dan kini yang tengah marak: menyebarnya wabah Coronavirus. Virus yang
kini diberi nama resmi “COVID-19” oleh WHO ini memang memunculkan banyak
spekulasi. Awalnya virus ini dilaporkan muncul karena adanya transmisi dari
hewan hidup yang dijual di sebuah pasar di Wuhan kepada manusia. Memang, kasus
seperti ini bukanlah yang pertama terjadi. Virus flu burung berawal dari
unggas, penyakit anthrax berasal dari sapi, virus H1N1 berasal dari babi,
bahkan AIDS sendiri jika ditelusuri awalnya berasal dari simpanse (primata).
Namun tentu saja, virus yang amat ditakuti ini tak luput dari teori konspirasi.
Tak heran
jika ada yang mengatakan bahwa virus COVID-19 ini merupakan senjata biologis
yang secara tak sengaja “lepas” dan menginfeksi masyarakat. Bahkan tak sedikit
yang berspekulasi bahwa pemerintah komunis Tiongkok menyembunyikan fakta
tentang jumlah korban sesungguhnya akibat virus tersebut. Berikut ini beberapa
teori konspirasi yang mengemuka tentang penyebaran virus ini.
SENJATA BIOLOGIS?
Negara-negara yang kini terinfeksi virus mematikan ini
Gue menemukan
artikel dengan headline cukup mencengangkan ini. Perlu diingat bahwa berita ini
diangkat pada bulan Agustus 2019, hanya beberapa bulan sebelum insiden COVID-19
pecah. Kala itu, National
Microbiology Laboratory (NML) yang bermarkas di Kanada mengambil langkah yang kontroversial dengan
mengirimkan sampel virus Nipah dan Ebola ke pemerintah Tiongkok. Langkah
tersebut dipertanyakan sebab telah lama pemerintah Tiongkok dicurigai tengah
membuat senjata biologis. Bahkan, survey anyar menunjukkan bahwa Tiongkok
memiliki 40 fasilitas medis berteknologi tinggi yang mampu menghasilkan senjata
maut tersebut.
Tak heran,
sebab walaupun Tiongkok telah menandatangani kesepakatan Biological Weapons Convention pada 1984 untuk berjanji tidak
membuat senjata biologis, pada kenyataannya etika kedokteran di negeri tirai
bambu tersebut amat dipertanyakan. Buktinya adalah skandal dokter He Jiankui
yang melakukan gene-editing pada manusia dan menghasilkan bayi hasil
laboratorium pertama yang telah diedit genetiknya.
Tak hanya
itu, sebuah paper mengungkap kemungkinan bahwa virus COVID-19 berasal dari lab
Wuhan Center for Disease Control (WHCDCD) yang “kebetulan” terletak hanya 300
meter dari Huanan Seafood Market dimana kasus itu pertama kali dilaporkan.
SUMBER ARTIKEL: National Post, Arirang News
KONTROVERSI TENCENT
Tak hanya asal-usul
virus berbahaya tersebut yang menjadi pergunjingan warga dunia, melainkan juga
jumlah korban, baik terinfeksi maupun meninggal karena virus itu juga patut
diperbincangkan. Banyak yang menuduh bahwa pemerintah Tiongkok tak jujur dalam
mengungkapkan jumlah korban yang sesungguhnya. Hal itu “terbukti” ketika
terjadi glitch dalam Tencent.
Tencent adalah platform
asal Tiongkok dimana dalam salah satu lamannya, terdapat data hitungan
real-time tentang jumlah korban COVID-19. Data tersebut dianggap valid karena
berasal langsung dari Departemen Kesehatan Tiongkok. Namun pada 1 Februari,
laman tersebut menunjukkan keanehan. Alih-alih menampilkan hitungan resmi yang
diklaim pemerintah, website tersebut justru menunjukkan data dengan angka yang
lebih tinggi.
Kala itu, jumlah korban
terinfeksi dinyatakan sebanyak 14.380 orang. Namun di website itu, justru
tercantum angka 10 kali lipatnya, yakni 154.023 pasien. Tak hanya itu, jumlah
kematian yang “hanya” 304 jiwa, merangkak naik hingga 24.589.
Setelah netizen
menyadari “glitch” tersebut, pemerintah Tiongkok mengembalikan hitungan
tersebut ke data yang mereka klaim valid, yakni di angka yang resmi diumumkan.
Apakah kenaikan drastis tersebut benar hanyalah kesalahan teknis, ataukah
mereka tanpa sengaja mengupload data sesungguhnya tentang jumlah korban yang
tengah mereka sembunyikan?
Anehnya, angka tersebut amat tepat dengan prediksi para ahli di
University of Hong Kong (HKU). Studi tersebut mengestimasi bahwa dengan angka
penyebaran (infeksi) mencapai 2,68 penyebaran per kasus dan kenyataan bahwa
jumlah terinfeksi akan berlipat ganda menjadi dua kali lipat tiap 6,4 hari, maka
dari pola itu akan didapat bahwa sekitar 150.000 penduduk terinfeksi oleh virus
tersebut. Hasil itu jelas beda tipis dengan angka 154.023 yang sekilas ditampilkan situs
tersebut.
SUMBER ARTIKEL: Taiwan News
DATA YANG
DIMANIPULASI?
Netizen juga menemukan pola perhitungan yang cukup janggal dari hasil
resmi pemerintah kala itu, yakni angka kematiannya yang selalu “tetap”.
Perhatikan bahwa pada tanggal 22-24 Januari, angka kematian selalu tetap pada
nilai 3,1%.
22 Jan: 17 kematian / 542 terinfeksi = 3.1%
23 Jan: 26 kematian / 830 terinfeksi = 3.1%
24 Jan: 41 kematian / 1,287 terinfeksi = 3.1%
Pada akhir Januari, pemerintah seakan-akan "sepakat" menurunkan angka
kematian ini menjadi 2,1%. Buktinya adalah data berikut ini.
30 Jan: 170 kematian / 7.821 terinfeksi = 2.1%
31 Jan: 213 kematian / 9.800 terinfeksi = 2.1%
1 Feb Jan: 259 kematian / 11.880 terinfeksi = 2.1%
2 Feb Jan: 304 kematian / 14.401 terinfeksi = 2.1%
3 Feb Jan: 361 kematian / 17.238 terinfeksi = 2.1%
Perhatikan bahwa pola ini terlalu “rapi” dan jarang sekali bisa terjadi di
dunia nyata. Gue sendiri pernah kerja di lab dan menganalisis data statistik
dan “no waaaaaaaay” datanya bisa secantik itu. Tak hanya itu, jika kita
menghitung angka kematian menurut data Tencent yang sekilas muncul tadi, angka
kematian “yang sesungguhnya” jauh lebih tinggi, yakni 16%.
SUMBER ARTIKEL: Taiwan News
MISTERI
KREMASI
Ada ketidakcocokan antara data pemerintah dengan angka sesungguhnya,
yang bisa dilacak melalui tradisi Tiongkok ketika seseorang meninggal, yakni
kremasi. Melalui kesaksian para pekerja rumah duka yang menyediakan jasa
kremasi tersebut, mereka harus bekerja 24 jam sehari. Padahal jika dihitung-hitung,
dalam 24 jam, seluruh rumah duka di Wuhan bisa memproses hingga 2 ribu jenazah
per hari.
Bukti lain adalah kenaikan level sulfur dioksida di udara yang terlihat
jelas di radar berikut ini.
Kenaikan sulfur dioksida yang merupakan gas pencemar udara ini bisa
disebabkan oleh berbagai hal, namun yang paling utama adalah penggunaan
incinerator untuk mengkremasi jenazah. Di atas kota Wuhan, tingkat sulfur
dioksida mencapai 1400 ug/m3 (dimana angka 80 ug/m3 saja sudah dianggap tinggi). Jadi
jelas, terjadi pencemaran udara parah di atas kota tersebut.
Seorang netizen menghitung bahwa untuk menghasilkan polusi separah itu, diperlukan 13 ribu
lebih jenazah yang dikremasi di kota tersebut. Padahal angka kematian resmi
yang dirilis (terhitung hari ini saat postingan ini dibuat) bahkan belum
menyentuh angka 2 ribu jiwa.
Tentu ada penyebab lain, seperti asap pabrik dan kendaraan bermotor.
Namun perlu diingat, semenjak karantina, seluruh tempat kerja ditutup dan
seluruh penduduk Wuhan-pun memilih berdiam diri di rumah mereka.
SUMBER ARTIKEL: CCN
TELAH DIRAMALKAN?
Seperti tragedi Titanic telah diramalkan oleh novel “The Wreck of The Tina” dan naiknya Donald Trump telah diramalkan jauh-jauh hari oleh film kartun “The Simpson”, begitu pula kasus COVID-19 yang menghebohkan ini telah diramalkan oleh paling tidak dua sumber.
Pertama adalah manga legendaris “Akira” yang ditulis pada tahun 1980-an. Manga ini menceritakan dunia post-apokaliptik dimana sebuah peristiwa dahsyat memusnahkan kota Tokyo dan seluruh peradaban manusia, hingga dibangunlah kota baru bernama New Tokyo. Setting manga itu adalah tahun 2020, tepat ketika New Tokyo menjadi lokasi perhelatan akbar Olimpiade ke-32. Dan di salah satu panel manga ini, terdapat tulisan ini:
Yang berbunyi: “Respon WHO terhadap wabah penyakit menular dikiritisi”
Anehnya, ini semua sangat “kebetulan” dengan setting merebaknya Coronavirus yang bertepatan pula di tahun 2020 dan Tokyo (secara “kebetulan” pula, ingat 40 tahun, lokasi Olimpiade 2020 bahkan belum terpilih) juga akan menjadi penyelenggara Olimpiade ke-32, sesuai jalur cerita manga tersebut. Apalagi Jepang termasuk negara yang terdampak paling parah, apalagi dengan sebuah kapal pesiar yang "mondok" di pelabuhannya gara-gara wabah tersebut.
Mengingat setting kelam manga “Akira” yang berlokasi di dunia yang dilanda kiamat, hal ini sepertinya menjadi pertanda yang cukup menakutkan.
Namun tak hanya itu, desas-desus juga muncul bahwa mewabahnya COVID-19 juga terlah diramalkan oleh salah satu novel besutan Dean Koontz yang berjudul “The Eye of Darkness”. Di sini pula, Dean membuat cerita tentang dunia yang dilanda wabah apokaliptik yang memusnahkan umat manusia. Tapi tentu setting seperti itu sudah biasa di novel-novel bertema sci-fi, lalu apa bedanya?
Bedanya adalah, nama virus di dalam novel tersebut adalah WUHAN-400 yang di dalam cerita tersebut, dikembangkan di kota Wuhan sebagai senjata biologi.
Kebetulan semata, ataukah ....
MASA DEPAN?
Seorang profesor ahli kesehatan bernama Professor Gabriel Leung
menyatakan bahwa wabah virus COVID-19 sama sekali tak bisa diremehkan. Virus
tersebut diperkirakan mampu menjangkiti 60 persen penduduk dunia. Mengingat
jumlah penduduk dunia saat ini duduk di angka 7 milyar, maka jumlah yang
terinfeksi bisa mencapai 4 milyar. Bahkan, jika kita ambil angka terkecil,
yakni 1% -nya meninggal akibat keganasan virus itu, maka angka yang dihasilkan
masih amat besar, yakni 45 juta jiwa.
Akankah ramalan ini tergenapi? Mari berharap tidak.
SUMBER
ARTIKEL: The Sun
KONSPIRASI UMBRELLA?
Oke, ini sih
yang paling menarik. Salah satu institusi penelitian bioteknologi di Shanghai
yang terletak tak jauh dari kota Wuhan, memiliki logo yang amat mirip dengan
Umbrella. FYI, Umbrella Corp adalah nama perusahaan fiktif di franchise horor
Resident Evil yang memproduksi T-virus yang mengubah manusia menjadi zombie.
Tak hanya itu, di franchise tersebut (termasuk di versi adaptasi layar lebarnya
yang diperankan Mila Zovovich), Umbrella terletak di kota bernama Racoon City.
Nah, perhatikan bahwa nama “Corona” dari Coronavirus merupakan anagram dari
“Racoon”. Kebetulan?
gimana kalo nurut gw malah AM*RIKA pelakunya,emang ga ada bukti tapi PERANG DAGANG dan Virus yang muncul menjelang imlek,teori aku emang ga ada bukti tapi selalu ada kenapa didalam sebuah kasus dan itu mgkn terjadi
ReplyDeleteSebenernya gak ada ramalan. Gw punya Opini yang bikin kalian terkedjoet. Menurut gw, ada sekelompok atau perkumpulan manusia yang memiliki kekuatan dari segi harta maupun intelektual yang mampu mengendalikan percaturan dunia.
ReplyDeleteLalu mereka saling berkomunikasi tentang rencana mereka terhadap dunia dengan sandi yang disisipkan pada media yang beragam.
Lalu mengapa mereka harus melakukan ini?
Kekuasaan dan Dominasi.
Siapa kelompok ini?
Mereka adalah sebuah kaum yang diberkahi kecerdasan oleh Tuhan sejak kaum mereka terbentuk.
Jangan2 mereka adalah kaum ... Coconut???
DeleteSemoga cepat terkuak dan hilang virus ini dimuka bumi, amin..
ReplyDeleteBagaimana bisa percaya dari ratusan tahun lamanya mereka sudah mengkonsumsi sop kelelewar dan babi yg diawetkan baik2 saja, baru sekarang dinyatakan sebagai sumber virus utama.
Amin ...
DeleteKalo menurut gw sih kan hewan liar tuh banyak penyakitnya dan bisa saja virusnya bermutasi. Beda dengan hewan di peternakan biasanya dipantau kesehatannya. Belum lagi kalo daging hewan liarnya dimakan mentah atau masaknya krg matang jadi bibit penyakitnya masih ada. Kalo kata gw sih mending makan makanan yg udah terjaga kehigienisannya aja.
merinding bacanya, mari berdoa supaya vaksin cepat ditemukan dan dunia bisa bebas dari virus ini sebelum apa yang ditulis di novel2 bertema dystopia menjadi kenyataan
ReplyDeleteKonspirasi tiap zaman ada biasanya dikendalikan kalangan atas (Elite) seperti para Pejabat tinggi, Petinggi Agama, Tokoh Dunia, Orang kaya tingkat dunia dll. tujuannya satu : Agar aset atau kepentingan mereka AMAN. dari perebutan wilayah makanya terjadi Perang Fisik, sekarang zamannya perang tersembunyi makanya muncullah senjata biologis, diam2 tapi mematikan. ada Saran yang cukup efektif disini yaitu knp tidak meminjam senjata Gauntlet dari Thanoz aja jadi sekali petik sisa mahluk dunia jadi 3.5 Milyar , fair enough. tp Senjata tersebut lbh baik jatuh ke tangan orang baik seperti pak Jokowi, lain cerita jika jatuh ke tangan MR.KIM atao MR. TRUMP
ReplyDeleteKayaknya bang angka yg bnar itu memang yg sbelumnya diupload tencent, trus dihapus gegara negara gk mau klihatan lemah. 100% aku sih yakin.
ReplyDeleteThank you bang udah sering upload prkenalkan silent reader dari jaman baheula. Dri jaman smp smpe skrg udah mau wisuda. Btw riddle the story from darkness udah ad pdfnya tah bang Dave???
udah ada dari dulu kok. eh kemaren gue dihubungin tim penerbit gue mediakita katanya pdf buku gue mau digratisin. silakan cek aja medsos mereka sapa tau masih
Delete