Hallo guys.
Di review #4 kali ini Ghost Stories” sebuah anthology film asal Inggris,
“Strangers: Prey at Night” sebuah film slasher
bergaya “home invasion”, “Pontypool” film zombie dengan premise yang unik, dan “Sleepaway Camp” sebuah film lawas dengan killer plot twist.
Film ini
adalah film horor Inggris yang berbentuk antologi, salah satu genre horor
favorit gue. Kisahnya berkisar pada seorang profesor bernama Phillip Goodman
yang bekerja untuk men-debunked
peristiwa-peristiwa supranatural yang dianggapnya sebagai tipuan. Ia sama
sekali tak percaya pada dunia gaib, hingga suatu saat, ia dimintai bantuan oleh
seorang paranormal investigator yang
sudah pensiun untuk memecahkan 3 kasus yang tak pernah bisa ia pecahkan dan
menjadi bukti bahwa dunia supranatural benar-benar ada. Cerita pertama tentang peristiwa menakutkan
yang dialami seorang penjaga malam, cerita kedua tentang seorang remaja yang
menemui hal aneh saat berkendara malam-malam, serta cerita ketiga tentang
perjuangan seorang pebisnis sukses yang berusaha keras memiliki anak, namun
mendapatkan hasil yang amat mengerikan.
Jujur sih,
ketiga kisah dalam antologi ini lumayan bikin gue merinding. Jumpscare-nya dapet dan yang paling gue
suka, ceritanya simpel dan nggak terlalu lama durasinya, nggak seperti antologi
horor lain yang ceritanya lebih rumit. Akan tetap, sayang ... film ini
mengandalkan plot twist di akhir film
ini yang menurut gue justru menurunkan kualitas cerita film ini dengan drastis.
Dari awal, gue udah merasa film ini amat bagus, namun pas plot twist-nya datang, gue malah merasa kecewa.
Pertama, karena plot twist-nya terlalu “biasa” dan udah
sering dipakai di film-film lain. Kedua, plot twist-nya juga nggak di-foreshadowing
secara tepat. Masak cuman plastik kresek doang yang di-foreshadowing?
Gue berani
memberi film ini nilai tinggi jika saja nggak ada plot twist yang
dipaksakan di belakangnya. Jujur, baru kali ini gue nemuin plot twist yang justru
malah ngancurin filmnya. Tapi itu cuman pendapat gue sih, pendapat kalian
mungkin beda.
Gue lagi
kangen nih ama cerita bergenre slasher,
apalagi dikombinasikan dengan “home invasion”, makanya gue memilih film ini.
“Strangers: Prey at Night” menceritakan tentang sebuah keluarga yang diteror
oleh suatu geng pembunuh. Film ini emang nggak jauh beda ama film bergenre home invasion lainnya. Film ini juga
sangat simpel, nggak ada plot twist
atau jalan cerita yang terlalu rumit yang membuat kita berpikir. Cuman keluarga
dikejar-kejar ama pembunuh terus dibunuh satu-satu, terus balas dendam. Udah,
kelar. Bahkan, film ini kelewat simpel menurut gue.
Namun tetap
ada beberapa hal yang membuat gue suka banget ama film ini. Pertama, ada jumpscare (yang biasa nggak kita temui
di film bergenre slasher). Cuman satu
sih, tapi itu membuat gue puas. Gue ingat sama film “Insidious: The Last key”
yang kata orang jelek, tapi gue menikmatinya banget cuman gara-gara ada satu jumpscare yang menurut gue cerdas banget
di film itu. Kedua, ada dialog yang bikin gue WTF, ketika sang survivor bertanya pada sang pembunuh
“Kenapa kau melakukan ini?’ dan jawabannya benar-benar bikin gue WTF. Dialog
yang bagus, menurut gue.
Kelemahannya,
sosok orang tua di film ini menurut gue terlalu lemah. Gampang amat matinya.
Bokapnya apalagi, ampun deh. Yang kedua, sosok si pembunuh pada endingnya agak
nggak masuk akal, mirip seperti Jason Friday the 13th atau Michael
Myers-nya “Halloween”. Gue nggak akan spoiler
apa yang terjadi, tapi menurut gue nggak masuk akal banget.
Finally, film ini cukup enjoyable, but like as a delicious snack, rather than a nutritious
food. Yah, lumayanlah buat hiburan.
Gue
tertarik dengan film ini karena banyak review yang bagus di youtube tentang
film ini, padahal film ini tak banyak dikenal orang. Film besutan Kanada ini
menceritakan seorang penyiar radio dan dua krunya yang terjebak musim dingin di
stasiun radio mereka. Akan tetapi, berita-berita serta telepon yang masuk ke
radio itu membuat mereka yakin bahwa dunia di sekitar mereka tengah dicekam
dengan merebaknya wabah zombie.
Film ini
emang cukup “claustrophobic”. Di sepanjang film, syutingnya hanya dilakukan di
satu tempat, yakni di dalam sebuah stasiun radio. Di awal-awal, serangan wabah
zombie diceritakan secara naratif oleh salah seorang reporter radio, sehingga
kita dibuat untuk membayangkan skenario tersebut di dalam kepala kita. Langkah
yang cukup keren menurut gue (juga low-budget).
Wabah zombie di film ini juga menyebar lewat cara yang aneh, bahkan gue dibikin
kaget ketika pertama kali sadar bagaimana virus itu menyebar.
Akan tetapi
sayang, kengerian film ini hanya terhenti di paruh pertamanya aja. Paruh kedua
ketika zombienya benar-benar muncul, malah ngancurin film ini menurut gue.
Padahal sejak awal kita sudah “diminta” menggambarkan wabah zombie ini dalam
imajinasi kita. Namun begitu zombie-nya benar-benar datang dengan make up yang predictable, kengeriannya langsung turun dengan drastis.
Gue lebih
suka jika film ini meneruskan konsep “claustrophobic” dan imajinatifnya.
Endingnya sebenarnya udah lumayan, namun muncul post-credit scene yang nggak masuk akal (mirip “Kill Bill”) yang
lagi-lagi ngancurin filmnya. Dialognya pun sejak awal banyak yang membuat gue
bingung. Awalnya gue marsa ini karena translate-annya. Tapi di akhir-akhir, gue
sadar emang hal ini disengaja oleh pembuat naskahnya.
Intinya,
film ini cukup menjanjikan, but
unfortunately, it couldn’t keep up its own promises.
Film lawas
ini (kalo kalian buka halaman wikipedia) digadang-gadang sebagai salah satu
film dengan plot twist paling
mengejutkan dalam sejarah perfilman Hollywood. Dibesut pada 1983 (gue aja belum
lahir), film menceritakan Angela, seorang anak yang tak mampu bergaul akibat
trauma yang dideritanya dan harus selalu didampingi oleh sepupunya, Ricky.
Mereka mengikuti sebuah summer camp,
dimana ironisnya di sana Angela justru di-bully
oleh teman-temannya. Namun, siapapun yang membully Angela kemudian dibunuh satu
demi satu oleh sosok tak terlihat. Siapakah sosok misterius yang meneror camp
tersebut?
Pas gue menyaksikan
filmnya, gue agak merasa kurang yakin, masa iya sih filmnya sekeren itu?
Pembunuhnya aja kelihatannya mudah ketebak. Tapi ternyata gue salah besar! Dibalik
film yang seolah-olah asal-asalan ini (akting dan jalan ceritanya nggak terlalu
meyakinkan), ternyata endingnya memiliki plot
twist yang bikin gue menganga. Sebuah komposisi yang unik sebab mungkin
film ini nggak akan terkenal jika bukan karena endingnya yang twist banget. Padahal secara kualitas,
selain dari twist-nya, film ini B-movie
banget dan minim kualitas.
iya, sleepaway camp sialan banget tuh twist ending nya, bikin gw gabisa tidur nyenyak karena ngebayangin wajah si Angela ditambah..... Ah sudahlah
ReplyDeleteUdh nonton yg terakhir, endingx benar-benar WTF
ReplyDelete