Friday, October 5, 2018

REVIEW” “DARK”; THE NEXT STRANGER THINGS FROM GERMANY?



Hallo guys. Kali ini gue akan memulai sederetan review serial horor yang gue tonton akhir-akhir ini. Gue akan mulai dengan serial “Dark” yang berasal dari Jerman. Jika kalian ngaku sebagai penggemar horor, pasti kalian semua sudah nggak asing lagi dengan “Stranger Things”. Kali ini gue akan memperkenalkan sebuah serial yang digadang-gadang sebagai the next “Stranger Things”, walau dalam beberapa hal gue merasa kedua serial tersebut beda banget.

“Dark” bercerita tentang sebuah penduduk kota Winden yang menggantungkan hidup mereka pada sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dibangun di kota kecil tersebut. Misteri di kota Winden dimulai ketika seorang remaja menghilang secara misterius. Trope semacam ini semakin sering dieksploitasi, semisal di “Stranger Things”, “It”, “Twin Peaks”, “Riverdale”, dan yang terbaru, “Castle Rock” (bakal gue bahas juga) yang juga diawali dengan kasus menghilangnya (atau tewasnya) seorang anak. Yang unik, di serial ini, peristiwa tersebut terjadi tiap 33 tahun. Ketika satu anak lagi menghilang, para penduduknya pun berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di kota tersebut. Apakah kasus menghilangnya anak-anak tersebut disebabkan oleh adanya PLTN tersebut, ataukah ada sesuatu yang lebih mengerikan mengintai di kota kecil tersebut?

Di episode pilot serial ini, gue mengira film ini akan bercerita tentang drama remaja, soalnya tokoh-tokoh utama yang diperkenalkan kebanyakan adalah anak-anak SMA. Namun begitu serial ini bergulir ke episode-episode berikutnya, justru yang banyak diceritakan adalah orang tua mereka.  Secara garis besar, serial ini berkisar pada empat keluarga, yakni:

1. Keluarga Kahnwald, terdiri atas Hannah dan putra tunggalnya, Jonas yang sedang berduka atas kasus bunuh diri yang menimpa keluarga mereka
2. Keluarga Nielsen, dikepalai Ulrich Nielsen, seorang sheriff yang penuh skandal
3. Keluarga Doppler yang disfungsional, tokoh sentralnya adalah Charlotte Doppler, deputi polisi yang harus membagi waktu antara kasus misterius yang ia tangani dengan keluarganya yang mulai porak poranda
4. Keluarga Tiedemann, keluarga kaya yang secara turun temurun mengepalai PLTN yang menjadi satu-satunya sumber ekonomi kota Winden


Konflik yang dialami antar anggota keluarga tersebut ataupun dengan anggota keluarga yang lain cukup rumit. Belum lagi ditambah keseluruhan cerita ini dibagi menjadi tiga timeline, yakni 2017 (masa kini), 1986 (masa lalu), dan 1953 (masa lalu banget). Gue sendiri nggak akan spoiler sebenarnya misteri atau kejadian supranatural apakah yang menyelimuti kota Winden ini. Namun yang pasti, dalam segi cerita, “Dark” ini memang cukup mumpuni. Ada beberapa hal yang gue suka dari serial ini (nomor 3 bikin melongo).

1. Opening-nya keren, pas banget ama mood “dark” yang ingin ditampilkan di serial ini
2. Atmosfer kelam-nya dapet banget dan yang pasti  membuat para penontonnya yakin bahwa memang ada yang nggak beres ama kota ini
3. Ada killer plot twist di episode 4

Film ini juga mengulas tentang bagaimana sebuah tragedi (semisal kasus bunuh diri, menghilangnya seorang anak, hingga perselingkuhan dan homoseksualitas) bisa menghancurkan sebuah keluarga serta bagaimana mereka bertahan dari tragedi itu.

Tokoh favorit gue jelas keluarga Kahnwald. Selain memang menjadi tokoh sentral, sejak awal kita dibikin bersimpati sama Jonas, anak laki-laki dari keluarga Kahnwald. Gue juga suka banget ama karakter ibunya, Hannah yang dari awal terlihat seperti tokoh alim, namun seiring berlanjutnya tiap episode, semakin terkuak jati dirinya yang sebenarnya. Yang unik di sini, karakter Jonas selalu memakai jaket warna kuning yang sedikit banyak mengingatkan gue sama tokoh Georgie di film “IT” yang pakai jas hujan warna kuning juga. Kebetulan-kah?


Gue secara umum nggak akan menyebut “Dark” ini sebagai serial horor, lebih pas sebagai “science fiction thriller”. Walaupun atmosfernya memang “dark” banget, tapi nggak ada yang menakutkan dari serial ini. Justru dibutuhkan daya logika pemirsanya untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di kota ini, membuatnya lebih ke arah “misteri”.

Sekarang kekurangannya.

1. Butuh daya ingat dari para pemirsanya untuk membedakan tiap tokohnya, soalnya karakternya ada banyak banget (bayangin aja, ada empat keluarga). Belum lagi, akan ada tiga timeline waktu seperti yang gue ceritakan. Di tiap timeline waktu, walaupun para tokohnya sama, mereka akan diperankan oleh aktor atau aktris yang berbeda, jadi agak bikin puyeng juga ngapalin para tokohnya.
2. Gue jujur mengharapkan sebuah plot twist yang bikin gue menganga di endingnya, tapi kenyataannya nggak ada. Emang sih ada beberapa plot twist di sepanjang klimaksnya, tapi udah ketebak dari awal.
3. Bicara endingnya ... kalo kalian mencari sebuah serial dengan penyelesaian di episode terakhirnya, lupain aja. Soalnya episode terakhirnya sama sekali nggak memberikan solusi apapun dan justru berakhir dengan cliffhanger yang sequel-able biar bisa dibikin season 2-nya.

Gue akuin, salah satu yang paling gue benci dari serial ini adalah endingnya yang bikin sebel. Ketimbang ngasi jawaban, malah banyak pertanyaan yang dibiarin nggak terjawab di episode pamungkasnya. Salah satunya adalah siapa identitas asli “Noah”, sang tokoh antagonis utama di serial ini. Emang sih di salah satu adegan, gue udah punya “clue” siapa dia sebenarnya, tapi nggak pernah di-“verify” apakah tebakan gue bener apa nggak.

Selain itu, gue juga merasa karakter para remaja di film ini justru “dull” dan nggak semenarik karakter orang tua mereka. Di season 1 mereka nggak di-flesh out lebih dalam dan kesannya cuman jalan kesana kemari tanpa ada tujuan yang jelas (kecuali Jonas yang emang dengan aktif menyelidiki kasus misterius di kota mereka). Bahkan kakak-kakak dari bocah yang hilang pun malah cenderung nggak melakukan apa-apa. Well, moga-moga aja di season berikutnya, karakter para remaja bakal lebih diperdalam dan memegang kunci penting di jalan ceritanya.

Jadi, jika kalian lebih suka serial yang tamat di satu season saja, mending jangan nonton serial ini deh. Yang lebih kesel lagi, kita nggak tahu kapan season 2 akan dibuat. Apakah di season 2, keempat keluarga ini bakalan bikin “House-House” semacam “Game of Thrones” dan bentrok? Well, kita nantikan saja.

Secara umum, gue akan kasi 4 CD berdarah untuk serial ini.


Oya, gue juga akan kasi skor tambahan untuk serial-serial serta film yang akan gue review yakni nilai:
Nilai ini untuk menunjukkan intensitas adegan-adegan dewasa yang ada di serial yang gue bahas. Semakin tinggi, maka makin banyak adegan dewasa dan nudity di cerita tersebut. Mungkin bisa sebagai patokan buat “viewer discretion” jika kalian masih di bawah umur atau nontonnya bareng adek-adek kalian.



Untuk serial ini, ada beberapa adegan seks dan nudity, jadi cukup waspada saja hahaha.

Demikian review dari gue. Kalo kalian udah nonton ceritanya, silakan share apa yang kalian suka dan nggak suka dari cerita ini di kolom comment

1 comment: