Hallo guys. Kali ini gue akan memulai sederetan review serial horor yang gue tonton akhir-akhir ini. Gue akan mulai dengan serial “Dark” yang berasal dari Jerman. Jika kalian ngaku sebagai penggemar horor, pasti kalian semua sudah nggak asing lagi dengan “Stranger Things”. Kali ini gue akan memperkenalkan sebuah serial yang digadang-gadang sebagai the next “Stranger Things”, walau dalam beberapa hal gue merasa kedua serial tersebut beda banget.
“Dark”
bercerita tentang sebuah penduduk kota Winden yang menggantungkan hidup mereka
pada sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dibangun di kota kecil
tersebut. Misteri di kota Winden dimulai ketika seorang remaja menghilang
secara misterius. Trope semacam ini semakin
sering dieksploitasi, semisal di “Stranger Things”, “It”, “Twin Peaks”, “Riverdale”,
dan yang terbaru, “Castle Rock” (bakal gue bahas juga) yang juga diawali dengan
kasus menghilangnya (atau tewasnya) seorang anak. Yang unik, di serial ini, peristiwa
tersebut terjadi tiap 33 tahun. Ketika satu anak lagi menghilang, para penduduknya
pun berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di kota tersebut. Apakah
kasus menghilangnya anak-anak tersebut disebabkan oleh adanya PLTN tersebut,
ataukah ada sesuatu yang lebih mengerikan mengintai di kota kecil tersebut?
Di episode
pilot serial ini, gue mengira film ini akan bercerita tentang drama remaja,
soalnya tokoh-tokoh utama yang diperkenalkan kebanyakan adalah anak-anak SMA.
Namun begitu serial ini bergulir ke episode-episode berikutnya, justru yang
banyak diceritakan adalah orang tua mereka. Secara garis besar, serial ini berkisar pada
empat keluarga, yakni:
1. Keluarga
Kahnwald, terdiri atas Hannah dan putra tunggalnya, Jonas yang sedang berduka atas
kasus bunuh diri yang menimpa keluarga mereka
2. Keluarga
Nielsen, dikepalai Ulrich Nielsen, seorang sheriff yang penuh skandal
3. Keluarga
Doppler yang disfungsional, tokoh sentralnya adalah Charlotte Doppler, deputi
polisi yang harus membagi waktu antara kasus misterius yang ia tangani dengan
keluarganya yang mulai porak poranda
4. Keluarga
Tiedemann, keluarga kaya yang secara turun temurun mengepalai PLTN yang menjadi
satu-satunya sumber ekonomi kota Winden
Konflik
yang dialami antar anggota keluarga tersebut ataupun dengan anggota keluarga
yang lain cukup rumit. Belum lagi ditambah keseluruhan cerita ini dibagi
menjadi tiga timeline, yakni 2017
(masa kini), 1986 (masa lalu), dan 1953 (masa lalu banget). Gue sendiri nggak
akan spoiler sebenarnya misteri atau
kejadian supranatural apakah yang menyelimuti kota Winden ini. Namun yang
pasti, dalam segi cerita, “Dark” ini memang cukup mumpuni. Ada beberapa hal
yang gue suka dari serial ini (nomor 3 bikin melongo).
1. Opening-nya keren, pas banget ama mood “dark” yang ingin ditampilkan di
serial ini
2. Atmosfer
kelam-nya dapet banget dan yang pasti membuat
para penontonnya yakin bahwa memang ada yang nggak beres ama kota ini
3. Ada killer plot twist di episode 4
Film ini
juga mengulas tentang bagaimana sebuah tragedi (semisal kasus bunuh diri,
menghilangnya seorang anak, hingga perselingkuhan dan homoseksualitas) bisa
menghancurkan sebuah keluarga serta bagaimana mereka bertahan dari tragedi itu.
Tokoh
favorit gue jelas keluarga Kahnwald. Selain memang menjadi tokoh sentral, sejak
awal kita dibikin bersimpati sama Jonas, anak laki-laki dari keluarga Kahnwald.
Gue juga suka banget ama karakter ibunya, Hannah yang dari awal terlihat
seperti tokoh alim, namun seiring berlanjutnya tiap episode, semakin terkuak
jati dirinya yang sebenarnya. Yang unik di sini, karakter Jonas selalu memakai
jaket warna kuning yang sedikit banyak mengingatkan gue sama tokoh Georgie di
film “IT” yang pakai jas hujan warna kuning juga. Kebetulan-kah?
Gue secara
umum nggak akan menyebut “Dark” ini sebagai serial horor, lebih pas sebagai
“science fiction thriller”. Walaupun atmosfernya memang “dark” banget, tapi
nggak ada yang menakutkan dari serial ini. Justru dibutuhkan daya logika
pemirsanya untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di kota ini, membuatnya
lebih ke arah “misteri”.
Sekarang
kekurangannya.
1. Butuh
daya ingat dari para pemirsanya untuk membedakan tiap tokohnya, soalnya
karakternya ada banyak banget (bayangin aja, ada empat keluarga). Belum lagi,
akan ada tiga timeline waktu seperti
yang gue ceritakan. Di tiap timeline
waktu, walaupun para tokohnya sama, mereka akan diperankan oleh aktor atau
aktris yang berbeda, jadi agak bikin puyeng juga ngapalin para tokohnya.
2. Gue
jujur mengharapkan sebuah plot twist
yang bikin gue menganga di endingnya, tapi kenyataannya nggak ada. Emang sih
ada beberapa plot twist di sepanjang klimaksnya, tapi udah
ketebak dari awal.
3. Bicara endingnya
... kalo kalian mencari sebuah serial dengan penyelesaian di episode
terakhirnya, lupain aja. Soalnya episode terakhirnya sama sekali nggak
memberikan solusi apapun dan justru berakhir dengan cliffhanger yang sequel-able
biar bisa dibikin season 2-nya.
Gue akuin,
salah satu yang paling gue benci dari serial ini adalah endingnya yang bikin sebel.
Ketimbang ngasi jawaban, malah banyak pertanyaan yang dibiarin nggak terjawab
di episode pamungkasnya. Salah satunya adalah siapa identitas asli “Noah”, sang
tokoh antagonis utama di serial ini. Emang sih di salah satu adegan, gue udah
punya “clue” siapa dia sebenarnya, tapi nggak pernah di-“verify” apakah tebakan
gue bener apa nggak.
Selain itu,
gue juga merasa karakter para remaja di film ini justru “dull” dan nggak semenarik
karakter orang tua mereka. Di season 1 mereka nggak di-flesh out lebih dalam dan kesannya cuman jalan kesana kemari tanpa
ada tujuan yang jelas (kecuali Jonas yang emang dengan aktif menyelidiki kasus
misterius di kota mereka). Bahkan kakak-kakak dari bocah yang hilang pun malah
cenderung nggak melakukan apa-apa. Well,
moga-moga aja di season berikutnya,
karakter para remaja bakal lebih diperdalam dan memegang kunci penting di jalan
ceritanya.
Jadi, jika
kalian lebih suka serial yang tamat di satu season
saja, mending jangan nonton serial ini deh. Yang lebih kesel lagi, kita nggak
tahu kapan season 2 akan dibuat. Apakah
di season 2, keempat keluarga ini
bakalan bikin “House-House” semacam “Game of Thrones” dan bentrok? Well, kita nantikan saja.
Secara
umum, gue akan kasi 4 CD berdarah untuk serial ini.
Oya, gue
juga akan kasi skor tambahan untuk serial-serial serta film yang akan gue review yakni nilai:
Nilai ini untuk menunjukkan intensitas
adegan-adegan dewasa yang ada di serial yang gue bahas. Semakin tinggi, maka
makin banyak adegan dewasa dan nudity
di cerita tersebut. Mungkin bisa sebagai patokan buat “viewer discretion” jika
kalian masih di bawah umur atau nontonnya bareng adek-adek kalian.
Untuk
serial ini, ada beberapa adegan seks dan nudity,
jadi cukup waspada saja hahaha.
Demikian review dari gue. Kalo kalian udah nonton
ceritanya, silakan share apa yang
kalian suka dan nggak suka dari cerita ini di kolom comment.
Wah, dd blm PG 13 huuu huuu huuu padahal pengen nonton
ReplyDelete