Friday, October 5, 2018

REVIEW “RIVERDALE”: DARKER VERSION OF A CHILDHOOD MEMORIES


Bayangin jika tokoh-tokoh kartun yang kalian kagumi di masa kecil kalian dibikin versi remaja yang lebih dark. Mungkin se-mengagetkan itulah “Riverdale” bagi remaja Amrik. “Riverdale” merupakan interpretasi yang lebih “dewasa” dari karakter-karakter “Archie Comics”, komik remaja era 50-an yang mempopulerkan karakter seperti “Sabrina the Teenage Witch” dan “Josie and The Pussycats”. Namun, kehidupan para tokoh “Archie Comics” ini dikisahkan lebih gelap, ketika kota tempat mereka tinggal, yakni “Riverdale”, diguncang sebuah kasus pembunuhan.

Musim Panas di kota kecil Riverdale digoncang prahara ketika Jason Blossom, putra dari pria terkaya di Riverdale, tenggelam dan diduga tewas. Seusai musim panas, Archie Andrews, seorang siswa SMA kembali bersekolah dengan menyimpan suatu rahasia. Pada hari dimana Jason tenggelam, ia mendengar suara tembakan di hutan, yang berarti bahwa Jason sebenarnya dibunuh. Namun Archie tak bisa mengatakan rahasia itu pada siapapun, sebab pada saat itu ia tengah bermesraan dengan gurunya sendiri, Miss Grundy.

Premis cerita ini cukup keren sebenarnya. Para remaja di Riverdale terlibat dalam pemecahan suatu kasus pembunuhan, sementara sang tokoh utama punya rahasia kotor yang membuatnya tak bisa membeberkan bukti penting yang dimilikinya. Tapi semakin episodenya bergulir, justru serial ini lebih menyoroti kehidupan pribadi para siswa Riverdale (terutama kisah cinta segitiga antara Archie, Betty Cooper, dan Veronica Lodge, tiga tokoh utamanya) dan bukan kasus pembunuhannya. Untunglah tiap karakternya cukup “engaging” dan kisah hidup mereka cukup enak dinikmati. Sayang, beberapa karakternya agak stereotip. Contohnya tokoh Jughead, sahabat Archie yang antisosial dan berperan sebagai detektif di kisah ini, mirip banget sama tokoh Noah Foster di serial “Scream”.


Namun yang membuat gue salut justru para karakter orang tuanya. Di kebanyakan drama remaja, para tokoh orang tua hanyalah menjadi “tempelan”, pokoknya asal ada aja (soalnya agak aneh pastinya kalo anak-anak ini nggak punya ortu). Namun tidak di serial ini. Para orang tua memiliki konflik sendiri yang cukup enak untuk diikuti dan mempengaruhi jalan cerita. Yang mencolok adalah ibu dari Betty Cooper, yakni Alice Cooper (yang diperankan aktris favorit gue, Madchen Amick dari serial “Twin Peaks”). Awal-awalnya, tokoh ini terlihat sebagai tokoh antagonis. Tapi lama-kelamaan, mulai terlihat kedalaman karakter tersebut yang malah membuat gue suka banget ama karakternya.

Gue sendiri memilih serial ini karena ada misteri kasus pembunuhannya (kalo cuma drama remaja mah ogah). Walaupun penyelidikannya cukup seru, namun sayang pemecahannya cuman “gitu-gitu aja”. Pelakunya nggak membuat gue terkejut sama sekali, malah membuat gue agak kecewa. Gue sendiri belum menonton season 2-nya sih. Gue harap season 2-nya lebih baik. Tapi dari segi dramanya, konflik di serial ini emang seru banget buat diikuti.

Skor gue untuk serial ini:


Dan karena ini serial remaja, seperti biasa ada banyak adegan panas di sini. Tapi tenang, nggak ada adegan nudity sama sekali kok.
Kesimpulannya, serial remaja ini enak diikutin (sebagai bonus, ada cameo dari pemeran Barb” dari “Stranger Things”, it’s always nice to see her). Tapi kalo kalian menginginkan sebuah serial detektif dengan misteri yang memukau, serial ini bukan untuk kalian.

NB: Hmmmm ... setelah serial ini, apalagi ya serial masa kanak-kanak yang mau dibikin versi gelapnya? Rugrats mungkin?

4 comments:

  1. Jangan nonton season 2 nya bang dave, ntar auto-nyesel :))

    ReplyDelete
  2. Season 2-nya hancur bang....:') not worth to watch like, at all.

    ReplyDelete
  3. Kangen Juggy :*. Ingin nonton yang season 3 tapi nunggu beres semua dulu deh :(

    ReplyDelete
  4. Captain Tsubasa ama Doraemon kapan dibikin versi gelap nya ya? haha

    ReplyDelete