Hallo guys,
di review film yang ke-5 ini gue akan membahas “Hide and Seek” sebuah film
Korea, serta tiga film Spanyol yakni “Orphanage”, “Veronica”, dan “The Bar”
“Hide and
Seek” adalah sebuah film Korea yang menurut gue berkonsep keren banget. Tahu
kan sineas Asia (terutama Jepang dan Korea) biasanya memiliki tema yang “dalam”
di cerita mereka? Termasuk film ini. Film ini mengangkat tema tentang
“privasi”. Privasi adalah hal yang tabu untuk dilanggar, baik dalam budaya
Timur maupun Barat (satu dari sedikit hal yang sama-sama disepakati oleh kedua
budaya tersebut). Oleh karena itu, melanggar privasi seseorang merupakan hal
yang mengerikan bagi kita. Mungkin karena alasan inilah, film-film horor
bergenre “home invasion” memiliki pangsanya sendiri.
“Hide and
Seek” diawali dengan sangat apik dengan pembunuhan seorang penghuni apartemen
oleh sosok yang tak terlihat. Film kemudian berlanjut menceritakan seorang pria
sukses yang diam-diam menyimpan rahasia dari anak istrinya. Ia memiliki seorang
kakak yang ingin dilupakannya karena kakaknya itu ia anggap sebagai “sampah
masyarakat”. Namun ketika kakak yang tak diakuinya itu menghilang, mau tak mau
ia harus menyelidiki apa yang terjadi padanya.
“Hide and
Seek” seperti yang gue bilang tadi, menceritakan tentang ketakutan dasar
manusia: bagaimana jika rumah kita tak bisa memberikan rasa aman? Di film ini
juga digambarkan perbedaan kelas sosial. Ketidakadilan karena strata sosial
terlihat jelas di film ini. Jarang ada film yang mengupas hal sesensitif ini
(apalagi di film horor), jadi kudos
buat sutradaranya.
Seperti
biasa, film Korea ini memiliki plot twist. Siapa sesungguhnya pelaku dibalik
semua kekacauan ini? Apakah kekuatan supranatural, ataukah seorang manusia
biasa? Tapi kalo boleh gue kritik, separuh terakhir dari film ini (termasuk
ketika muncul “jawaban” apa yang sebenarnya meneror mereka) justru membuat gue
kecewa dan nggak sebanding dengan misteri apik yang udah dibangun di paruh
pertama film ini. Tetep sih banyak adegan seru dan tegang, tapi gue akui,
banyak plot holes di sana-sini. Juga, menurut gue akan lebih baik jika masa
lalu sang tokoh utama dan kakaknya (serta rasa bersalah yang ia alami) dieksplor
lebih dalam.
Gue demen
banget ama film Spanyol sekarang. Mereka banyak memiliki sutradara jenius dan
dari segi ceritapun, film horor Spanyol bisa bersaing dengan film-film horor
Asia seperti Korea dan Jepang (yang menurut gue malah mengalami sedikit
penurunan).
“Orphanage”
menceritakan seorang wanita bernama Laura dan suaminya yang membeli sebuah
mansion tua yang dulunya adalah panti asuhan dimana Laura dibesarkan. Di sana,
mereka mengadopsi seorang anak bernama Simon. Namun, setelah pertengkarannya
dengan Laura, Simon tiba-tiba menghilang. Laura yang penuh rasa bersalah pun berusaha
mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada anak angkatnya, walaupun harus
mengorbankan kewarasannya sendiri.
Pertama
mendengar sinopsis film ini, gue pikir ini bakalan jadi film tentang sebuah
rumah berhantu (apalagi ada sosok hantu cilik yang lumayan creepy di sini). Namun ternyata gue salah. Secara keseluruhan, ini
adalah film thriller psikologis, which made it better! Dan siap-siap aja,
bakalan ada beberapa jumpscare yang
ngagetin di film ini. bahkan ada satu adegan yang hampir bikin gue melempar
hape gue sendiri saking kagetnya. Selain itu endingnya twist dan tragis banget ... yah,
siap-siap nangis bombay aja deh.
“Veronica”
ini juga merupakan film horor Spanyol yang menjanjikan. Bahkan film ini
disebut-sebut sebagai “The Scariest Horror Film Ever” walau menurut gue nggak
gitu juga sih. Film ini (allegedly)
didasarkan pada kisah nyata yang menimpa seorang siswa SMA yang meninggal
setelah bermain Ouija Board. Filmnya sendiri berkisah tentang Veronica, seorang
remaja yang terpaksa membesarkan adik-adiknya yang masih kecil ketika ibunya
sedang pergi bekerja. Kejadian-kejadian buruk dan menakutkan mulai menimpa
Veronica setelah ia dan teman-temannya melakukan ritual pemanggilan arwah di basement sekolah mereka saat gerhana
matahari.
Film ini
hampir memiliki semua trope film
horor. Main ouija board padahal udah
dilarang, check. Gerhana matahari
yang beraura supranatural, check.
Suster serem, check. Noda hitam
misterius di bawah kasur ala-ala film horor Jepang, check. Tapi gue sendiri bersimpati banget ama sosok Veronica ini. Dalam
umur semuda itu, ia sudah diberikan tanggung jawab amat besar untuk mengurusi
semua adiknya. Nggak heran, penonton (termasuk gue) mulai menduga, apakah semua
yang dialaminya adalah masalah psikologis karena dia stress, ataukah memang
benar ada sosok supranatural yang menerornya?
Secara
keseluruhan, emang terlalu berlebihan jika menyebut film ini sebagai film
terseram sepanjang masa. Film ini bagus emang, gue enjoy banget ama film ini, (walaupun entah kenapa gue sama sekali
nggak suka dengan sinematografinya). Tapi jujur, it’s a forgettable movie. Gue nonton ini sekitar dua bulan lalu dan
saat nulis review ini, gue sudah
hampir lupa adegan-adegan di film ini tentang apa. Yang paling melekat di benak
gue cuman kondisi psikologis Veronica yang emang bikin simpati banget. Other than that, it’s creepy, but not that creepy.
Lagi-lagi
sebuah film horor Spanyol yang membawa kesan “fresh” karena konsep ceritanya
yang lain daripada yang lain. “The Bar” memiliki premis yang amat unik. Para
pengunjung sebuah bar di kota Madrid tiba-tiba terjebak, karena siapapun yang
keluar akan langsung ditembak oleh sniper
misterius. Para pengunjung bar yang tak saling mengenal pun mau tak mau mesti
bekerja sama untuk keluar dari sana hidup-hidup.
Premisnya
emang nggak asing ya, mirip-mirip ama “Rec” yang juga film horor Spanyol. Tapi
di sini, nggak dijelasin dari awal kenapa mereka dikurung di sana. Misteri
itulah yang harus mereka pecahkan sendiri. Selain itu, film ini juga
menyuguhkan komedi (atau lebih tepatnya “dark comedy”) dengan takaran yang
tepat, dimana nuansa horor pun tak lupa disajikan. Walaupun bukan horor
atmosferik, namun ada beberapa adegan yang disturbing
di film ini. contohnya saat ada adegan mereka harus menuruni sebuah lubang
saluran air yang teramat kecil di lantai agar bisa meloloskan dari bar
tersebut.
Adegan ini
cukup disturbing buat gue dan bikin
gue WTF. Horor di film ini emang beda dengan kebanyakan dan inilah yang gue
apresiasi. Banyak yang mengkategorikan film ini sebagai “psychological thriller”
yang mau nggak mau gue setujui. Sebab film ini (terutama pada endingnya) akan
menyoroti tentang sisi gelap manusia. Apalagi karakter-karakter yang terjebak
di bar itu cukup random dan tak saling mengenal sebelumnya. Apakah mereka mau
mempercayakan hidup mereka pada seseorang yang baru saja mereka temui? Walaupun
dari segi atmosfer, film ini sama sekali nggak tampak seperti film horor atau thriller. Setting film ini cukup
“terang”, sama sekali nggak “gelap” dan “kelam” seperti film horor kebanyakan.
Kak, next time review french french drama-comedy boleh?
ReplyDeleteBang Dave, ada rekomendasi film horor dari Negeri Cina??
ReplyDelete