Sebuah
negara sebenarnya nggak bisa bener-bener bangkrut. Istilah yang lebih tepat
adalah “sovereign default” dimana sebuah negara menyatakan diri tidak mampu
membayar utang-utang luar negerinya. Tapi tentu saja, bisa dibayangkan
kekacauan yang timbul apabila sebuah negara mengalami krisis semacam itu. Nggak
terbayangkan penderitaan yang dirasakan rakyatnya. Negara-negara berikut ini
pernah mengalami kebangkrutan, namun ada hikmah yang bisa dipetik dari krisis
yang menimpa negara-negara ini. Berikut ini list negara yang pernah dideklarasikan
bangkrut.
1. Prancis
Ternyata kebangkrutan sebuah negara
sudah tercatat sejak zaman baheula. Dan yang mengalaminya justru adalah negara Eropa
yang kaya raya. Prancis memang pernah mengalami kebangkrutan naas pada tahun
1812. Yang patut dipersalahkan atas kolapsnya ekonomi saat itu adalah besarnya
biaya perang yang dilancarkan Napoleon demi ambisinya untuk menaklukkan Eropa.
2. Jerman
Pasca Perang Dunia I, Jerman yang
kalah perang mengalami kebangkrutan. Akibat perjanjian Versailles kala itu,
Jerman harus membayar semua kerugian perang terhadap negara-negara Eropa. Hal
ini menyebabkan kehancuran ekonomi Jerman pada 1939. Rakyat yang menderita pun
mempercayai pemimpin mereka, Hitler, yang menyalahkan semua penderitaan mereka
pada kaum Yahudi. Dan akibatnya bisa kalian perkirakan sendiri.
3. Islandia
Nggak pernah ada yang tahu kan kalo
Islandia pernah mengalami kebangkrutan dan krisis ekonomi yang parah? Negara
kecil ini ternyata pandai menyembunyikan fakta tersebut. Pada 2008, negara ini
tak mampu membayar utangnya (yang mencapai 10 kali pendapatan negara tersebut)
karena ekonominya yang kolaps. Namun, kini perekonomian Islandia telah sembuh
seperti sedia kala, bahkan perekonomiannya terus tumbuh dengan positif.
4. Thailand
Thailand pernah mengalami
kebangkrutan pada 1998. Bahkan, krisis di Thailand saat itu menyebar hingga ke
negara-negara tetangganya dan dikenal dengan istilah “krisis moneter Asia”.
Krisis ini menyebar hingga ke Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, bahkan
sampai ke Korea Selatan. Yang jelas, krisis yang berawal dari Thailand ini
akhirnya mengantar Indonesia ke peristiwa reformasi (walaupun disertai kenangan
pahit Kerusuhan 1998), lengsernya Suharto setelah 33 tahun berkuasa, serta
tumbuhnya demokrasi di Tanah Air.
5. Nauru
Salah satu negara dengan nasib
tertragis di list ini. Nauru adalah negara kecil di Samudra pasifik yang
terdiri atas satu pulau. Namun walaupun mungil, Nauru pernah menjadi negara
terkaya di dunia pada tahun 1970-an berkat deposit fosfat di pulaunya. Namun
kejayaan Nauru berakhir ketika kekayaan alam mereka akhirnya habis dan negara
inipun terpuruk ke dalam kemiskinan.
Semua kekayaan Nauru seolah menguap,
sebab rakyatnya menggunakan semua hartanya untuk berfoya-foya (bahkan penduduk
nauru kini memiliki tingkat obesitas tertinggi di dunia), ketimbang
menginvestasikannya dalam pendidikan ataupun industri. Kini Nauru menghalalkan
segala cara untuk memperbaiki ekonominya, antara lain menjadi tax haven (tempat pencucian uang),
menjual hak memancing di perairannya (alih-alih memancing sendiri dan
menjadikan perikanan sebagai sumber pendapatannya), dan menampung pengungsi
agar mendapat bantuan dari luar negeri.
6. Yunani
Kita semua pasti mengenal krisis
ekonomi yang menimpa Yunani pada 2008 melalui tayangan berita. Didapuk sebagai
rekor krisis ekonomi terpanjang dalam sejarah dunia, hingga saat ini (tahun
2018), krisis ini belum benar-benar bisa dikatakan selesai. Dan yang
menakutkan, penyebab krisis ini hampir sama dengan apa yang dialami Indonesia
saat ini.
Krisis dimulai jauh, saat Partai
Sosialis memenangkan hati rakyat dan mengalahkan partai yang lebih demokratis.
Kebijakan yang diusung lebih kepada memanjakan rakyatnya ketimbang meningkatkan
ekonomi. Gaji pokok terus naik tiap tahun untuk menyenangkan rakyat, ketimbang
mempertimbangkan faktor lain seperti performa kerja dan produktivitas mereka.
Selain itu, tiap tahun negara mengeluarkan gaji ke-13 dan ke-14 untuk membantu
pengeluaran rakyatnya saat hari raya Paskah dan Natal. Celakanya, semua sumber
uang itu berasal dari utang yang dipinjamnya dari IMF.
Ketika badai ekonomi akhirnya
menghantam negeri ini, mereka tak bisa berbuat apa-apa selain meminjam lebih
banyak untuk mengatasi krisis ini. Tercatat, Yunani meminjam lagi utang sebesar
hampir 300 miliar euro dari Uni Eropa dan baru bisa mengembalikan hanya sekitar
40 miliar euro. Bahkan, seluruh utang Yunani baru diharapkan lunas pada tahun
2059.
7. Hungaria
Hungaria pernah mengalami
hiperinflasi terparah sepanjang sejarah pasca-Perang Dunia II. Perekonomian
kolaps dengan sedemikian parahnya hingga pengo (mata uang Hungarian saat itu)
mengalami devaluasi terbesar dalam sejarah. Satu dolar bernilai sekitar 5 pengo
sebelum Perang Dunia dan naik hingga satu dolar bisa bernilai 4,6 x 10^28 pengo
pada akhir Perang Dunia. Yup, itu artinya satu dolar bernilai 460.000.000.000.000.000.000.000.000.000
pengo! Tiap 15 jam, harga semua komoditi bisa naik dua kali lipatnya. Inflasi
ini sedemikian parahnya hingga Hungaria akhirnya memutuskan mengganti mata
uangnya dari pengo menjadi forint.
8. Jepang
Kita memang layak memuji Jepang
sebagai negara yang mampu bangkit dengan gemilang dari keterpurukannya. Tak
hanya memiliki masa lalu kelam sebagai negara penjajah pada Perang Dunia II,
Jepang juga mengalami krisis moneter parah pasca-perang, tepatnya pada 1946.
Dikatakan standar hidup rakyat Jepang menjadi yang terendah setahun setelah
perang usai. Kelaparan dan pengangguran terjadi dimana-mana. Amerika berusaha
“menebus dosa” mereka dengan memberikan bantuan hampir senilai 2 miliar dolar
kala itu agar perekonomian Jepang tetap bisa struggle.
Namun yang menakjubkan, pada
1950-an, tak genap satu dasawarsa, perekonomian Jepang kembali pulih, bahkan
melesat lebih cepat dan menyalip negara-negara lain. Hingga kini, Jepang yang
dulu porak-poranda akibat perang, dikenal sebagai salah satu negara termaju dan
terkaya di dunia. Banyak yang menyebut bahwa sistem pendidikan Jepang yang
berstandar tinggilah yang membuat mereka mampu bangkit dari keterpurukan.
Dengan tingkat buta huruf terendah di dunia, banyak rakyat Jepang kala itu yang
melek teknologi dan mampu mengembangkan industri, sekaligus perekonomian
mereka, bahkan mampu berkompetisi dengan negara-negara lain.
9. Argentina
Jika kita mendengar nama Argentina,
mungkin yang terbayang adalah sebuah negara berkembang, sama seperti negara-negara
lain di Amerika Latin. Namun tahukah kalian, pada awal abad ke-20, Argentina
adalah negara yang sangat maju dan kaya. Argentina, pada saat itu, adalah negara
terkaya ke-10 di dunia. Bahkan tingkat kemakmurannya mengalahkan Australia dan
Kanada. Namun sayang, kudeta militer pada 1930-an mengakhiri kejayaan
Argentina. Pemerintah diktator yang berkuasa membuat perekonomian Argentina
terpuruk hingga sekarang dan tak pernah bangkit lagi.
10. Amerika Serikat
Amerika-pun pernah mengalami krisis
ekonomi dahsyat pada 1930-an yang disebut “Great Depression”. Peristiwa ini dimulai
dengan anjloknya pasar saham Amerika pada September 1929. Banyak yang
menyalahkan kepercayaan diri Amerika Serikat yang terlalu besar pada sistem
kapitalis yang dianutnya. Belum lagi bencana kekeringan yang melanda wilayah
pertanian AS memperburuk keadaan ini. Akibatnya, perkeonomian AS menyusut
hingga 50%. Tak hanya berdampak pada ekonomi saja, namun krisis ini juga
memiliki efek sosial yang luas, antara lain meningkatnya angka bunuh diri dari
rakyat Amerika yang malu karena jatuh miskin dan kehilangan status sosial
mereka.
BONUS
Venezuela
Mungkin
contoh yang paling recently dari
kebangkrutan sebuah negara, Venezuela hingga kini (2018) masih menderita akibat
krisis ekonomi yang dialaminya. Pada masa pemerintahan Hugo Chavez, rakyat Venezuela
hidup makmur berkat kekayaan alam berupa minyak bumi. Namun semenjak kematian
Hugo Chavez pada 2013 dan anjloknya harga minyak setahun kemudian, krisis
ekonomi mulai mengemuka di negara tersebut.
Banyak
faktor menjadi penyebab krisis tersebut, antara lain pemerintah sosialis yang
menghabiskan terlalu besar kekayaannya untuk mensubsidi rakyatnya di sektor
yang tidak produktif (walau ada pula yang mengatakan krisis ini sebagai dampak
campur tangan AS). Namun yang jelas, krisis ini semakin diperparah ketika
pemerintah justru memutuskan mencetak lebih banyak uang untuk mengatasi krisis
tersebut. Akibatnya, mata uang Venezuela, yakni Bolivar, mengalami devaluasi
atau penurunan nilai secara drastis. Contohnya, segelas kopi di Venezuela
dihargai 2 juta bolivar pada 2018, padahal setahun lalu segelas kopi yang sama
hanya seharga 12 ribu bolivar. Artinya, harga bisa naik sebanyak 87 ribu
persen.
Negara lain
yang sepertinya akan menyusul Venezuela adalah Turki, yang mulai diguncang
krisis semenjak pemerintah otoriter Erdogan berkuasa.
Nah, itu
tadi list 10 negara yang mengalami krisis ekonomi dahsyat, beberapa pu;ih,
namun ada pula yang tidak. Kita seharusnya bisa berkaca dari
pengalaman-pengalaman buruk negara-negara tersebut. Jangan sampai Indonesia
jatuh ke dalam keterpurukan yang sama. Walaupun pemerintah bertanggung jawab
atas perekonomian negaranya, namun kita sebagai rakyat juga dapat membantu.
Antara lain dengan tidak memaksakan pemerintah untuk melakukan kebijakan yang
nantinya akan merugikan perekonomian sendiri. Perekonomian dalam negeri juga
harus diperkuat agar kita tidak melulu bergantung pada ekspor dan mata uang
negara lain. Namun yang patut dicontoh juga adalah semangat negara-negara yang
mampu bangkit dari keterpurukan, walaupun ekonomi mereka pernah terjun bebas
secara drastis, dengan memperbaiki diri mereka sendiri.
sumber gambar: wikipedia.com
thanks infonya kak
ReplyDelete