Friday, October 5, 2018

THE FALLEN NATIONS: LIST 10 NEGARA YANG PERNAH BANGKRUT


Sebuah negara sebenarnya nggak bisa bener-bener bangkrut. Istilah yang lebih tepat adalah “sovereign default” dimana sebuah negara menyatakan diri tidak mampu membayar utang-utang luar negerinya. Tapi tentu saja, bisa dibayangkan kekacauan yang timbul apabila sebuah negara mengalami krisis semacam itu. Nggak terbayangkan penderitaan yang dirasakan rakyatnya. Negara-negara berikut ini pernah mengalami kebangkrutan, namun ada hikmah yang bisa dipetik dari krisis yang menimpa negara-negara ini. Berikut ini list negara yang pernah dideklarasikan bangkrut.


1. Prancis


Ternyata kebangkrutan sebuah negara sudah tercatat sejak zaman baheula. Dan yang mengalaminya justru adalah negara Eropa yang kaya raya. Prancis memang pernah mengalami kebangkrutan naas pada tahun 1812. Yang patut dipersalahkan atas kolapsnya ekonomi saat itu adalah besarnya biaya perang yang dilancarkan Napoleon demi ambisinya untuk menaklukkan Eropa.

2. Jerman


Pasca Perang Dunia I, Jerman yang kalah perang mengalami kebangkrutan. Akibat perjanjian Versailles kala itu, Jerman harus membayar semua kerugian perang terhadap negara-negara Eropa. Hal ini menyebabkan kehancuran ekonomi Jerman pada 1939. Rakyat yang menderita pun mempercayai pemimpin mereka, Hitler, yang menyalahkan semua penderitaan mereka pada kaum Yahudi. Dan akibatnya bisa kalian perkirakan sendiri.

3. Islandia


Nggak pernah ada yang tahu kan kalo Islandia pernah mengalami kebangkrutan dan krisis ekonomi yang parah? Negara kecil ini ternyata pandai menyembunyikan fakta tersebut. Pada 2008, negara ini tak mampu membayar utangnya (yang mencapai 10 kali pendapatan negara tersebut) karena ekonominya yang kolaps. Namun, kini perekonomian Islandia telah sembuh seperti sedia kala, bahkan perekonomiannya terus tumbuh dengan positif.

4. Thailand


Thailand pernah mengalami kebangkrutan pada 1998. Bahkan, krisis di Thailand saat itu menyebar hingga ke negara-negara tetangganya dan dikenal dengan istilah “krisis moneter Asia”. Krisis ini menyebar hingga ke Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, bahkan sampai ke Korea Selatan. Yang jelas, krisis yang berawal dari Thailand ini akhirnya mengantar Indonesia ke peristiwa reformasi (walaupun disertai kenangan pahit Kerusuhan 1998), lengsernya Suharto setelah 33 tahun berkuasa, serta tumbuhnya demokrasi di Tanah Air.

5. Nauru


Salah satu negara dengan nasib tertragis di list ini. Nauru adalah negara kecil di Samudra pasifik yang terdiri atas satu pulau. Namun walaupun mungil, Nauru pernah menjadi negara terkaya di dunia pada tahun 1970-an berkat deposit fosfat di pulaunya. Namun kejayaan Nauru berakhir ketika kekayaan alam mereka akhirnya habis dan negara inipun terpuruk ke dalam kemiskinan.

Semua kekayaan Nauru seolah menguap, sebab rakyatnya menggunakan semua hartanya untuk berfoya-foya (bahkan penduduk nauru kini memiliki tingkat obesitas tertinggi di dunia), ketimbang menginvestasikannya dalam pendidikan ataupun industri. Kini Nauru menghalalkan segala cara untuk memperbaiki ekonominya, antara lain menjadi tax haven (tempat pencucian uang), menjual hak memancing di perairannya (alih-alih memancing sendiri dan menjadikan perikanan sebagai sumber pendapatannya), dan menampung pengungsi agar mendapat bantuan dari luar negeri.

6. Yunani


Kita semua pasti mengenal krisis ekonomi yang menimpa Yunani pada 2008 melalui tayangan berita. Didapuk sebagai rekor krisis ekonomi terpanjang dalam sejarah dunia, hingga saat ini (tahun 2018), krisis ini belum benar-benar bisa dikatakan selesai. Dan yang menakutkan, penyebab krisis ini hampir sama dengan apa yang dialami Indonesia saat ini.

Krisis dimulai jauh, saat Partai Sosialis memenangkan hati rakyat dan mengalahkan partai yang lebih demokratis. Kebijakan yang diusung lebih kepada memanjakan rakyatnya ketimbang meningkatkan ekonomi. Gaji pokok terus naik tiap tahun untuk menyenangkan rakyat, ketimbang mempertimbangkan faktor lain seperti performa kerja dan produktivitas mereka. Selain itu, tiap tahun negara mengeluarkan gaji ke-13 dan ke-14 untuk membantu pengeluaran rakyatnya saat hari raya Paskah dan Natal. Celakanya, semua sumber uang itu berasal dari utang yang dipinjamnya dari IMF.

Ketika badai ekonomi akhirnya menghantam negeri ini, mereka tak bisa berbuat apa-apa selain meminjam lebih banyak untuk mengatasi krisis ini. Tercatat, Yunani meminjam lagi utang sebesar hampir 300 miliar euro dari Uni Eropa dan baru bisa mengembalikan hanya sekitar 40 miliar euro. Bahkan, seluruh utang Yunani baru diharapkan lunas pada tahun 2059.

7. Hungaria


Hungaria pernah mengalami hiperinflasi terparah sepanjang sejarah pasca-Perang Dunia II. Perekonomian kolaps dengan sedemikian parahnya hingga pengo (mata uang Hungarian saat itu) mengalami devaluasi terbesar dalam sejarah. Satu dolar bernilai sekitar 5 pengo sebelum Perang Dunia dan naik hingga satu dolar bisa bernilai 4,6 x 10^28 pengo pada akhir Perang Dunia. Yup, itu artinya satu dolar bernilai 460.000.000.000.000.000.000.000.000.000 pengo! Tiap 15 jam, harga semua komoditi bisa naik dua kali lipatnya. Inflasi ini sedemikian parahnya hingga Hungaria akhirnya memutuskan mengganti mata uangnya dari pengo menjadi forint.

8. Jepang


Kita memang layak memuji Jepang sebagai negara yang mampu bangkit dengan gemilang dari keterpurukannya. Tak hanya memiliki masa lalu kelam sebagai negara penjajah pada Perang Dunia II, Jepang juga mengalami krisis moneter parah pasca-perang, tepatnya pada 1946. Dikatakan standar hidup rakyat Jepang menjadi yang terendah setahun setelah perang usai. Kelaparan dan pengangguran terjadi dimana-mana. Amerika berusaha “menebus dosa” mereka dengan memberikan bantuan hampir senilai 2 miliar dolar kala itu agar perekonomian Jepang tetap bisa struggle.

Namun yang menakjubkan, pada 1950-an, tak genap satu dasawarsa, perekonomian Jepang kembali pulih, bahkan melesat lebih cepat dan menyalip negara-negara lain. Hingga kini, Jepang yang dulu porak-poranda akibat perang, dikenal sebagai salah satu negara termaju dan terkaya di dunia. Banyak yang menyebut bahwa sistem pendidikan Jepang yang berstandar tinggilah yang membuat mereka mampu bangkit dari keterpurukan. Dengan tingkat buta huruf terendah di dunia, banyak rakyat Jepang kala itu yang melek teknologi dan mampu mengembangkan industri, sekaligus perekonomian mereka, bahkan mampu berkompetisi dengan negara-negara lain.

9. Argentina


Jika kita mendengar nama Argentina, mungkin yang terbayang adalah sebuah negara berkembang, sama seperti negara-negara lain di Amerika Latin. Namun tahukah kalian, pada awal abad ke-20, Argentina adalah negara yang sangat maju dan kaya. Argentina, pada saat itu, adalah negara terkaya ke-10 di dunia. Bahkan tingkat kemakmurannya mengalahkan Australia dan Kanada. Namun sayang, kudeta militer pada 1930-an mengakhiri kejayaan Argentina. Pemerintah diktator yang berkuasa membuat perekonomian Argentina terpuruk hingga sekarang dan tak pernah bangkit lagi.

10. Amerika Serikat


Amerika-pun pernah mengalami krisis ekonomi dahsyat pada 1930-an yang disebut “Great Depression”. Peristiwa ini dimulai dengan anjloknya pasar saham Amerika pada September 1929. Banyak yang menyalahkan kepercayaan diri Amerika Serikat yang terlalu besar pada sistem kapitalis yang dianutnya. Belum lagi bencana kekeringan yang melanda wilayah pertanian AS memperburuk keadaan ini. Akibatnya, perkeonomian AS menyusut hingga 50%. Tak hanya berdampak pada ekonomi saja, namun krisis ini juga memiliki efek sosial yang luas, antara lain meningkatnya angka bunuh diri dari rakyat Amerika yang malu karena jatuh miskin dan kehilangan status sosial mereka.

BONUS

Venezuela


Mungkin contoh yang paling recently dari kebangkrutan sebuah negara, Venezuela hingga kini (2018) masih menderita akibat krisis ekonomi yang dialaminya. Pada masa pemerintahan Hugo Chavez, rakyat Venezuela hidup makmur berkat kekayaan alam berupa minyak bumi. Namun semenjak kematian Hugo Chavez pada 2013 dan anjloknya harga minyak setahun kemudian, krisis ekonomi mulai mengemuka di negara tersebut.

Banyak faktor menjadi penyebab krisis tersebut, antara lain pemerintah sosialis yang menghabiskan terlalu besar kekayaannya untuk mensubsidi rakyatnya di sektor yang tidak produktif (walau ada pula yang mengatakan krisis ini sebagai dampak campur tangan AS). Namun yang jelas, krisis ini semakin diperparah ketika pemerintah justru memutuskan mencetak lebih banyak uang untuk mengatasi krisis tersebut. Akibatnya, mata uang Venezuela, yakni Bolivar, mengalami devaluasi atau penurunan nilai secara drastis. Contohnya, segelas kopi di Venezuela dihargai 2 juta bolivar pada 2018, padahal setahun lalu segelas kopi yang sama hanya seharga 12 ribu bolivar. Artinya, harga bisa naik sebanyak 87 ribu persen.

Negara lain yang sepertinya akan menyusul Venezuela adalah Turki, yang mulai diguncang krisis semenjak pemerintah otoriter Erdogan berkuasa.

Nah, itu tadi list 10 negara yang mengalami krisis ekonomi dahsyat, beberapa pu;ih, namun ada pula yang tidak. Kita seharusnya bisa berkaca dari pengalaman-pengalaman buruk negara-negara tersebut. Jangan sampai Indonesia jatuh ke dalam keterpurukan yang sama. Walaupun pemerintah bertanggung jawab atas perekonomian negaranya, namun kita sebagai rakyat juga dapat membantu. Antara lain dengan tidak memaksakan pemerintah untuk melakukan kebijakan yang nantinya akan merugikan perekonomian sendiri. Perekonomian dalam negeri juga harus diperkuat agar kita tidak melulu bergantung pada ekspor dan mata uang negara lain. Namun yang patut dicontoh juga adalah semangat negara-negara yang mampu bangkit dari keterpurukan, walaupun ekonomi mereka pernah terjun bebas secara drastis, dengan memperbaiki diri mereka sendiri.

sumber gambar: wikipedia.com

1 comment: