Friday, October 5, 2018

REVIEW “CASTLE ROCK”: STEPHEN KING IS COMING TO TOWN!


Bagi kalian penggemar novelis Stephen King, pasti kalian tahu apa itu “Castle Rock”. Itu nama kota yang menjadi lokasi cerita dalam “universe”-nya Stephen King. Yap, banyak dari novel terkenal karya Stephen King (seperti “Cujo” hingga “The Mist”) bersetting di kota bernama Castle Rock, walaupun ceritanya tak saling berhubungan. Kini, Hulu (yang bersaing ketat dengan Netflix) menciptakan sebuah serial televisi bersetting di kota tersebut, dimana seperti layaknya sebuah kisah besutan Stephen King, kejadian-kejadian aneh yang tak bisa dijelaskan mulai terjadi, bahkan tak jarang memakan korban.


“Castle Rock” emang kayak “horrorgasm” (istilah bikinan gue sendiri hehehe) bagi penggemar Stephen King. Sebagai sebuah kota yang misterius dan menyimpan rahasia, Castle Rock seperti sebuah kota yang dikutuk, sebab tragedi-tragedi mengerikan selalu saja terjadi di kota kecil tersebut. “Nyawa” dari Castle Rock adalah sebuah penjara bernama Shawshank (penggemar Stephen King pasti langsung mengenali nama itu, wink wink) yang menjadi sumber penghidupan bagi sebagian besar warga kota tersebut. Bisa dibayangin, betapa kelamnya kondisi sebuah kota yang harus menggantungkan ekonominya pada sebuah tempat buangan para narapidana yang tak diinginkan masyarakat. Hampir sama menurut gue seperti kota Winden yang harus menggantungkan mata pencaharian penduduknya pada sebuah instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir dalam serial “Dark”.

“Castlle Rock” dimulai dengan kasus bunuh diri Dale Lacy, kepala penjara Shawshank. Kematiannya meninggalkan warisan yang mengancam kehidupan seluruh warga kota ketika diketahui ia menyekap seorang pemuda misterius di bagian penjara Shawshank yang kini ditutup dan tak pernah dikunjungi orang. Ketika ditanya siapa namanya, pemuda misterius itu hanya menyebut nama “Henry Deaver”, seorang pengacara kelahiran Castle Rock yang memiliki masa lalu kelam. Ketika masih kecil, Henry Deaver pernah menghilang secara misterius dan dituduh membunuh ayah angkatnya sendiri. Merasa terpanggil akan kasus itu, Henry pun datang kembali ke kota Castle Rock untuk menyelamatkan pemuda misterius itu, walaupun kehadirannya tak diinginkan oleh warga kota.


“Castle Rock” lebih tepat disebut sebagai “psychological horror”, sebuah sebutan yang lebih pantas bagi karya-karya Stephen King (ketimbang horor yang lebih straightforward dan mengandalkan jumpscare seperti adaptasi terbaru “It”). Stephen King selalu mencampurkan tema science fiction ke dalam karya-karyanya, tak heran tema tersebut juga dibawa dalam serial ini. Ada penjelajah waktu, ada gadis yang mampu membaca pikiran dan emosi orang lain, hingga “skisma”, sebutan bagi suara-suara “alam semesta” yang mampu menembus dimensi.

Bagi kalian yang tertarik dengan serial ini, perlu gue ingatkan bahwa serial ini nggak akan seperti film horor kebanyakan. Plot di sini berjalan amat lambat, mungkin membosankan bagi beberapa orang. Misteri di sini akan dikupas sedikit demi sedikit hingga endingnya yang “agak” membingungkan (well, nggak semembingungkan “Twin Peaks” sih) dimana para penonton harus menyimpulkan sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Pengertian “horor” di sini lebih ke suasana kelam (serta keputusasaan) yang menimpa kota ini, adegan-adegan mengejutkan (ending episode 4 benar-benar nggak gue sangka-sangka dan “wow” banget), serta kekuatan super yang dimiliki sang pemuda misterius.

Ada banyak easter eggs di sini yang hanya bisa ditemukan oleh penggemar Stephen King sejati. Berikut beberapa di antaranya (nomor 5 bikin melongo, ok I should stop making clickbait)

1. Ada beberapa referensi tentang Cujo, anjing rabies yang pernah meneror kota (walau nggak pernah ditampilkan secara gamblang di cerita ini)
2. Salah satu tokohnya adalah keponakan dari pembunuh di film “The Shinning”
3. Ada penjara Shawshank tentunya yang menjadi lokasi cerita “Shawshank Redemption” yang merupakan salah satu cerita Stephen King paling terkenal
4. Sissy Spacek yang memerankan ibu Henry Deaver adalah pemeran Carrie versi originalnya.
5. Dan tentu saja yang bikin melongo, pemeran pemuda misterius tak bernama dalam serial ini adalah Bill Skarsgard, pemeran badut Pennywise di film “It”


Omong-omong soal Bill Skarsgard, sepertinya dia memang tercipta buat meranin tokoh horor yang ikonik. Dia diem nggak ngapa-ngapain juga aura horornya udah kerasa. Bahkan, gue bayangin (terutama dengan postur tubuhnya yang tinggi tapi agak bungkuk) kalo dia bakal pas banget meranin Ryuk dari “Death Note” bahkan tanpa make up. Sorot matanya itu lho, disturbing banget.

Akhir kata, “Castle Rock” adalah sebuah serial dengan nuansa kelam dan penuh misteri. Walaupun plotnya lambat, gue excited banget mengetahui apa sih misteri yang menyelimuti kota tersebut serta nasib para tokohnya. Season finale-nya juga cukup memuaskan dan thank goodness, nggak ada cliffhanger di sana kayak “Dark”. Namun gue ulang lagi, serial ini mungkin bukan untuk penggemar horor kebanyakan. Gue yakin hanya kalian yang menggemari horor yang atmospheric akan lebih menghargai serial ini.



1 comment:

  1. Bangdep ntar Pet Semetary juga ada remakenya loooo

    Karat

    ReplyDelete