Friday, November 8, 2024

GUNDALA JAGAD GENI – CHAPTER 11

 


PENEBUSAN DOSA

 

NB: cerita ini adalah fan fiction Gundala dari komik yang pernah terkenal pada era 80-an. Saya tak memegang hak cipta atas tokoh ini.

 

Aku dengan kecepatan kilatku [aku harap aku bisa berteleportasi seperti saat aku tiba di kandang itu, namun aku masih belum bisa mengendalikannya] membawa Minarti ke tempat aman. Aku menyuruhnya pergi untuk memanggil polisi, sementara aku harus memastikan keberadaan para penjahat itu.

Instingku menangkap ada partikel dengan velositas tinggi bergerak ke atasku. Dengan cekatan aku berhasil menghindar dan ledakan plasma itu menghantam pepohonan di belakangku, membakarnya.

“Kau masih hidup rupanya!”

Jagad Geni berdiri dengan rembulan di belakangnya. Wajahnya terlihat haus darah. Entah apa yang telah ia lakukan terhadap Ghazul.

“Kekuatanmu sungguh hebat, Gundala. Dengan waktu singkat kau berhasil menghancurkan semuanya.”

“Kenapa? Kau ingin mengajakku bergabung seperti Ghazul? Kau tahu itu percuma!”

“Justru sebaliknya! Aku akan memusnahkanmu!’ ia segera menghajarku dengan kekuatannya. Aku berusaha menghindar dan memberikan perlawanan. Namun lama-kelamaan aku merasa kewalahan sebab ia menyerangku secara bertubi-tubi.

“Kenapa!” seruku sembari mempertahankan diri, “Mengapa kau melakukan semua ini?”

“Akhirnya aku menemukanmu!” balasnya dengan amarah meluap, “Kaulah yang telah membunuh kedua orang tuaku!”

“Apa? Kau salah paham! Mustahil aku melakukannya! Aku baru saja mendapatkan kekuatan ini ...”

“Pembohong!” serunya sambil tak henti mengerahkan kekuatannya. Aku mengeluarkan bola listrik dari kedua tanganku [jurus baru yang kupelajari dari pertempuran itu] yang berhasil menghantam perutnya dan menghentikannya sementara.

“Dengarkan aku, Jagad Geni! Siapa lagi yang memiliki kekuatan penghancur yang kuat selain kita berdua?”

“Hanya kau dan aku! Tak ada lagi selain kita!” ucapnya geram sambil menahan sakit.

“Tepat sekali!” seruku, “Aku paham perasaanmu. Kadang, pikiran kita akan menghapus ingatan yang menyakitkan agar kita tak mengalami trauma berkepanjangan. Temanku pernah mengatakan itu kepadaku.”

Tubuh Jagad Geni terlihat bergetar, ia masih menunduk ke tanah, namun kemudian melancarkan serangan besar-besaran ke arahku.

“KAU BOHONG!!!”

Aku terus berusaha meyakinkannya sembari mempertahankan diri, “Aku mengerti perasaanmu! Aku yakin itu bukan salahmu! Saat itu kau pasti belum bisa mengendalikan kekuatanmu!”

Aku menyadari ia menyerangku sambil menangis. Dugaanku benar.

Ia-lah yang tanpa sengaja membunuh kedua orang tuanya dan ingatannya akan kejadian malam itu terhapus, sama seperti yang kualami kala tersambar petir.

Tiba-tiba kekuatan dahsyat kembali muncul. Serangan hantaman palu yang menghempaskan semua partikel yang ada di ether dengan energi kinetik tinggi.

Aku segera melindungi kami berdua menggunakan perisai medan listrik yang kuciptakan.

Dugaanku tepat. Seorang pria berjubah tengah berpijak di langit, menghunuskan senjata andalannya, sebilah palu.

“Pengacau seperti kalian tak memiliki tempat di bumi pertiwi. Akulah Godam, sang pembela tanah air, penghancur kejahatan dan angkara murka.”

Ia segera melesat turun, bersiap menghantamkan palunya ke perisaiku. Kurasakan tanah berguncang ketika energi kami bertabrakan.

“Hentikan!” seruku, “Aku juga seorang patriot, sama sepertimu!”

“Kenapa kau melindunginya? Ia adalah bidak kejahatan!”

Aku tahu yang ia maksud adalah Jagad Geni. Ia masih tak melawan. Tersedu, berlutut meratapi ingatannya yang mengalir kembali.

“Kumohon, ini bukan salahnya!” aku mencoba meyakinkannya, “Semua orang berhak atas kesempatan kedua.”

Kurasakan kekuatan Godam mulai mereda dan iapun menjauhkan palunya dari medan listrikku. Akupun membuka tirai energi itu. Kami saling berpandangan. Rasa percaya di antara kami mulai terintis.

Aku mengeluarkan serum anti petir. Cahaya di dalamnya berkilau. Entah mengapa, namun luminisensi merupakan produk sampingan dari ikatan kimia serum tersebut.

“Aku berhasil merebutnya dari Ghazul tadi. Ia-lah musuh yang sebenarnya. Sekarang aku akan memberikan serum ini pada Jagad Geni dan mengembalikannya menjadi manusia biasa.”

“Apa kau yakin itu akan berhasil?”

“Serum ini akan meregenerasi sel-selnya.” Aku berbalik menatapnya, “Dan menghilangkan kemampuannya merambatkan EMP. Aku yakin itu.”

Aku berjalan ke arahnya dan menyuntikkan isi serum itu. Ia perlahan limbung dan mulai tak sadarkan diri. Namun aku tahu efek serum itu telah bekerja. Panas yang keluar dari tubuhnya sudah tak lagi terasa.

“AWAS!!!” seru Godam di belakangku.

Kini gantian dia yang menciptakan medan pelindung di belakangku. Aku merasakan hantaman EMP lagi yang kini datang dari musuh yang keberadaannya sempat kulupakan.

Ghazul.

“Sial, dia masih hidup!” seruku. Medan pelindung itu hancur berkeping-keping. Ternyata Ghazul lebih kuat dari sebelumnya. Bahkan Godam kini kewalahan.

“Aku harus berterima kasih kepadamu, Gundala!” serunya. Kulihat ia berdiri di atas gedung dengan cincin Kunzite melingkar di jarinya.

“Aku pikir kau tadi menghancurkan kekuatan cincin ini dengan menyetrumnya. Namun kenyataannya, kau justru mememperkuatnya ke potensi yang sebenarnya!”

Ghazul mengulurkan cincin itu ke arah kami dan denyut elektromagnet menyembur ke arah kami.

Aku segera mengulurkan tanganku untuk menciptakan perisai listrik, sama seperti kandang Faraday tadi.

“Cepat bawa dia pergi dari sini!” seruku pada Godam.

Tanpa membalas, Godam segera membawa tubuh Jagad Geni terbang dan lenyap. Kini hanya tertinggal aku menghadapi penjahat busuk ini.

“MATILAH KAU!” seru Ghazul sambil tertawa.

 

BERSAMBUNG

 

No comments:

Post a Comment