Hari
yang telah ditunggu-tunggu pun datang. 27 April 2017, Fyre Festival
yang bersejarah akan diselenggarakan. Sebelum gue sebutkan tadi,
pihak panitia dibantu warga lokal telah berusaha mempersiapkan sebaik
mungkin menyulap lapangan parkir di Roker Point menjadi pantai
eksotis tempat pesta mewah siap dimulai.
Tak
perlu menanti lama, bencana pertama pun tiba. Malam itu, hujan deras
turun mengguyur Pulau Exuma. Semua “kemewahan” yang mereka
persiapkan, seperti cabana, ayunan, sofa, tenda, dan segala macam
kini dibasahi air hujan atau bahkan kabur tertiup angin badai.
Penerbangan pertama pun mendarat pada jam 6 pagi. Saat berangkatpun para tamu sudah sebenarnya sudah mengendus bau tidak beres, sebab penerbangan dengan jet pribadi ke pulau yang dijanjikan mewah ternyata cuman pesawat biasa yang penuh sesak.
Harapan
(sumber gambar)
Kenyataan
Parahnya lagi, para tamu yang datang sama
sekali tak sadar bahwa seluruh musisi yang awalnya digandeng untuk
memeriahkan Fyre Festival itu telah membatalkan performa mereka di
detik-detik terakhir. Termasuk di antaranya adalah Blink 182, setelah
mereka mendengar desas-desus Billy kemungkinan tak bisa membayar
penampilan mereka. Anehnya, Major Lazer yang didapuk sebagai bintang
utama mengaku sama sekali tak pernah bergabung untuk memeriahkan
perhelatan itu.
Untuk
mengulur waktu, pihak panitia mengadakan “pesta mendadak dan ala
kadarnya” di restoran dekat pantai dimana para tamu diminta
menunggu sembari minum sementara di lokasi Fyre Festival, panitia
lainnya dengan panik memperbaiki semua kekacauan yang tengah terjadi. Akibatnya, mereka terpaksa terdampar dan harus menunggu selama 6 jam.
Billy
kala itu telah merangkul ratusan warga lokal untuk membantu mereka.
Namun begitu semua persiapan mereka kandas akibat hujan, biayapun
membengkak tak terkendali dan ia kemungkinan tak mampu membayar jasa
mereka. Para tamu yang kemudian datang (berjumlah sekitar 500 orang)
shock begitu tiba di lokasi pesta dan menyadari bahwa:
1. Pulau pribadi yang dijanjikan? Well ... it's still under construction
Harapan
Kenyataan
2. Vila pribadi yang mereka janjikan adalah tenda untuk pengungsi korban
bencana alam
Harapan
Kenyataan
3.
Kasur mereka basah
4.
Untuk keamanan 24 jam, panitia menyediakan loker ini
5.
Dan makanan “gourmet” mewah yang
dijanjikan akan dimasak
oleh celebrity chef? Inilah dia!
Harapan
Kenyataan. Ingat guys, mereka rata-rata udah menghabiskan 1.000 dollar (sekitar 14 juta rupiah) untuk sandwich ini
Para
tamu yang shock tak mampu berbuat apa-apa. Ingat bahwa Billy
merancang acara ini “cashless”? Karena sudah mentransfer uang
ratusan dollar, mereka berpikir tak perlu membawa uang cash sehingga
mereka tak bisa menyewa hotel atau akomodasi lain. Bahkan jika
membawa uang kontan atau kartu kredit sekalipun, semua hotel, resort,
dan villa di seluruh pulau itu sudah habis dibooking. Naas memang,
tapi acara Fyre Festival kala itu berbarengan dengan sebuah acara
lain bernama “Exuma Regatta”, sebuah acara kapal layar yang cukup
populer, sehingga pulau itu dibanjiri tamu dari luar.
Reaksi para party-goers saat menyadari mereka kena zonk
Ketika
malam tiba, kondisi di festival tersebut pun berubah makin kelam dan
beringas, bahkan ada yang menyamakannya dengan adegan di “Hunger
Games” hingga “Blair Witch Project”. Para tamu yang tak
mendapatkan kejelasan akhirnya berebut tenda dan tempat tidur. Banyak
yang kehilangan tas dan barang pribadi milik mereka karena lokasi itu
tanpa penerangan sama sekali. Toiletpun tidak layak bahkan air
keranpun tidak mengalir di sana. Para panitia tak memiliki seragam
ataupun handie talkie, sehingga mereka tak bisa membereskan kekacauan
itu. Bahkan hiburan musik yang mereka dapatkan pun hanya sebatas
pementasan dari band lokal yang mereka sewa pada detik-detik
terakhir.
Saat
fajar menjelang, para tamu pun memutuskan “kabur”. Pemerintah
Bahama yang mendengar tentang kekacauan di Fyre Festival segera
memerintahkan agar acara itu dibatalkan karena tak ingin insiden
buruk itu mencemari bisnis pariwisata mereka. Billy diminta untuk
memulangkan semua tamu itu, bahkan kini proses tersebut dinamakan
“evakuasi”. Memang bagi para tamu Fyre Festival yang dijanjikan
kemewahan, mereka berada di situasi yang cukup mengkhawatirkan.
Mereka terdampar tanpa uang, makanan, bahkan berada di negara asing
di pulau tengah lautan yang antah berantah, apalagi tak sedikit di
antaranya adalah gadis-gadis muda.
Ya,
Fyre festival, yang mereka harapkan sebagai pesta terbesar akbar ini
dengan bintang tamu spesial dan pengalaman berlibur yang tak
terlupakan, berubah menjadi mimpi buruk.
Namun
siapakah sebenarnya Billy McFarland ini, sang pencetus Fyre Festival
yang menjelma jadi bencana ini?
Billy dan kekasihnya yang seorang model Rusia
Billy
sebenarnya adalah seorang wirausahawan dengan otak cemerlang. Di
kelas 5 SD, ia sudah memulai “bisnis” pertamanya. Sebelum lulus
SMA, ia sudah merintis dua perusahaan startup. Pada usia yang teramat
muda, 25 tahun, ia sudah memiliki bisnis yang menjanjikan. Ia paham
benar pangsa pasarnya, yakni kaum muda milenial yang rela merelakan
duit mereka demi status. Produk pertamanya adalah kartu kredit
bernama Magnises pada 2013 dimana dengan uang keanggotaan tahunan
sebesar 250 dollar, para anggotanya bisa menggunakannya sebagai
“kartu pass” untuk menyambangi konser-konser yang tak sembarangan
orang bisa masuk, menyantap hidangan dari chef terkemuka, hingga
pagelaran seni kelas atas yang eksklusif. Semua tentu demi berfoto di
instagram dan membagikan status agar mereka bisa panjat sosial dengan
menampilkan kehidupan glamor yang tak semua orang punya.
Sayang,
Billy dikenal sebagai pribadi yang kerap menawarkan janji-janji semu.
Banyak pengguna kartu Magnises yang merasa apa yang mereka dapatkan
tak sesuai dengan apa yang dijanjikan. Bahkan tak sedikit costumer
yang meminta refund.
Kejeniusan
Billy juga terlihat dengan caranya memasarkan Fyre Festival, dengan
menggandeng para sosialita dan influencer yang menjadi idola kaum
muda. Namun tentu saja, di sinilah letak kebobrokan bisnis endorse.
Katakanlah gue memiliki idola di YouTube yang gue percayai banget
opininya dan dia suka membahas review film. Makanya setiap kali ia
membahas sebuah film yang menurut anggapannya bagus, gue akan
langsung percaya dan tanpa banyak pikir berangkat ke bioskop untuk
menontonnya.
Tapi
sekarang, bagaimana kalo dia dibayar demi reviewnya itu?
Katakanlah
pihak produser film memberikan uang beberapa juta buat dia untuk
memuji film tersebut dan gue telanjur nonton film itu dan ternyata
jelek. Bakalan marah kan gue? Sama halnya mungkin jika kalian adalah
cewek (atau mungkin cowok, I'm not judging) yang suka banget dengan
seorang influencer atau YouTuber dengan konten make up dan dia
merekomendasikan sebuah produk tertentu. Pasti kalian dengan buta
mengikuti sarannya. Tapi apa kalian pernah berpikir apa yang ia
tawarkan itu benar-benar dari lubuk hatinya ataukah ia hanya
mengiklankannya demi pundi uang?
Maka
dari itu nggak heran, banyak yang kecewa dengan para influencer yang
sudah mempromosikan Fyre Festival. Mereka beranggapan Kendall Jenner
dkk juga sama bertanggung jawabnya dengan Billy atas penipuan yang
mereka alami. Promosi Fyre Festival juga melibatkan model-model dan
influencer tenar semacam Bella Hadid, Emily Ratajkowski, Hailey
Baldwin, Elsa Hosk, Chanel Iman, Lais Ribeiro, Alessandra Ambrosio,
Shanina Shaik, Nadine Leopold, Rose Bertram, Gizele Oliveira, dan
Hannah Ferguson (yang kebanyakan nggak gue kenal, tapi gue yakin
pasti sexy-sexy). Di antara mereka, hanya Bella dan Hailey yang
secara resmi meminta maaf. Hayley bahkan merasa bersalah hingga ia
mendonasikan uang yang ia terima untuk amal. Sementara itu Kendall
telah menghapus postingannya yang mempromosikan Fyre Festival.
Berita
tentang kegatotan Fyre Festival langsung viral di berbagai platform
media. Bukannya prihatin, publik luas malahan menertawakan nasib
ngenes para millenials yang menyambangi pesta itu. Simpati justru
jatuh kepada para warga lokal yang tidak dibayar jasanya setelah
Billy dengan nggak bertanggung jawab kabur pasca Fyre Festival
dibatalkan. Seorang wanita bernama Maryann Rolle yang menjadi pemilik
katering mengaku rugi dan kehilangan tabungannya hingga 50 ribu dolar
gara-gara ulah Billy dkk. Beruntung, berkat sebuah film dokumenter
(akan gue singgung nanti) yang memviralkan sosoknya, uangnya tersebut
berhasil dikembalikan melalui GoFoundMe.
Her
life story was tragic. As well as Andy King, uhm ... just google him
Billy
akhirnya mengembalikan semua uang tiket yang sudah dikeluarkan oleh
para tamu yang kecewa. Namun aneh bin ajaibnya, Billy masih belum
kapok dan menawarkan tiket VIP untuk pesta Fyre Festival tahun
berikutnya sebagai pengganti uang ganti rugi itu.
Yeah,
right! Unfortunately, there won't be next year.
Akibat
ulah mereka, duet maut Billy dan Ja Rule mendapatkan “hadiah”
tuntutan sebesar 100 juta dolar. Wah udah jatuh tertimpa tangga ya.
Udah utang kemana-mana dan duitnya habis, malah harus bayar denda
dengan nominal segila itu. Berita terakhir, Billy kini jatuh kismin
bahwa diusir dari penthouse mewah tempatnya tinggal (yang harga
sewanya saja 25 ribu dolar atau 350 juta dolar per bulan) di kawasan
elite New York. Nama baiknya pun sudah tercemar hingga tak ada
satupun yang mau berbisnis dengannya. Kabar terbaru, ia dijatuhi 6
tahun kurungan dan mendekam di penjara federal atas tuduhan penipuan
massal.
Bagaimana
dengan Ja Rule sendiri? Sang rapper beruntung sebab ia tidak
ditemukan terbukti tahu menahu tentang “penipuan” yang dilakukan
oleh rekannya. Gue sendiri sih secara pribadi tidak menyebut ini
sebagai murni penipuan sih. Toh kenyataannya Billy nggak kabur
membawa duit para kliennya. Gue lebih melihat ini disebabkan karena
perencanaan yang nggak matang, walaupun memang dalam banyak hal Billy
membohongi para tamunya.
Billy McFarland saat ditangkap FBI. By the way, di halaman Wikipedia-nya, status Billy udah bukan lagu pengusaha tapi "fraudster" alias penipu
Nggak
ada yang bisa mengelak memang bahwa berita kegagalan Fyre Festival
dan bencana yang menimpa kaum millenial ini sebagai sesuatu yang
menghibur dan bikin kita geleng-geleng kepala. Dua film dokumenter sekaligus bahkan dirilis untuk mengabadikannya, yakni “Fyre Fraud” dari
Hulu dan “Fyre: The Greatest Party That Never Happened” dimana
keduanya benar-benar “make documentary great again” sebab banyak
ditonton karena menghibur.
If
there's one thing we can learn from this, is to not believe in
influencers (or anything in Instagram). Got it?
Sumber: Wikipedia
Gua baca pas bagian pelaksanaan acaranya ikut stress :"
ReplyDeletePadahal ga semua yang booking millenial lho
ReplyDeleteGue kemaren nonton promotion video-nya soalnya penasaran. Trus di comment war, ketahuan kalo ada tiket yang harganya cuma $500-an dengan fasilitas yang sama. Banyak juga warga menegah yang nabung buat beli tiket yang bukan VIP. Dan meski $1000 alias 14 juta rupiah keliatannya banyak, itu nominal yang rata-rata buat mereka yang mau liburan ke luar pulau/luar negeri, meski kudu ngirit berbulan-bulan dan lerginxa cuma 5 tahun sekaki. Bukan jumlah yang cuma bisa dibayar sama orang-orang super kaya.
Dan masalah influencer yang dituntut, mwnurut gue itu mah sama aja kayak, contoh, Raise promosiin shampoo Pantene (iya ga sih?) bisa bikin rambut hitam cling kaya rambut Raise di iklan Pantene di TV. Kan dari dulu tuh, orang-orang terkenal dibayarin buat promosiin sebuah produk, cuma medianya aja yang beda. Dari radio, TV, terus di jaman online ini beralih ke sosmed.
ga semuanya anak tajir kali maksudnya, tapi dijamin semuanya anak millenials soalnya promosi fyre sendiri sepenuhnya lewat sosmed
DeleteDari sini saya belajar kalau merencanakan suatu acara sangat tidak bisa sembarangan. Ga kebayang jadi panitianya gimana itu. ��
ReplyDeleteSoal endorse ya mau gamau itu adalah dua mata pisau karena satu sisi dibayar dan dapat untung satu sisi lagi nama baik ambyar
Kasian sama warga lokal yang udah ikut bantuin, dan panitianya juga. Semoga mereka bahagia.
ReplyDelete