“Astaga, siapa pria
itu?” jerit Cicil, “Kenapa dia menghabisi teman-temanmu?”
“En … entahlah …”
jantung Bagus berdegup amat kencang, terutama setelah ia menyaksikan
kematian sahabat-sahabatnya.
Tiba-tiba seutas tangan
langsung merengkuh tubuh Cicil.
“AAAAAAAAAA!!!” jerit
gadis itu.
“HAHAHAHA! AKHIRNYA
TERTANGKAP JUGA KAU! DASAR MANTAN BIADAB!” pria berpakaian Happy
Tree Friends itu menyandera Cicil sambil mengulurkan pisau ke arah
lehernya.
“A … Adit hentikan!”
jerit Cicil, “Ka … kau harus move on!”
“Huh, seenaknya saja kau
bicara!” Adit justru semakin geram, “Kau harus merasakan
pelampiasan dendam kesumatku!”
“Tu … tunggu!” cegah
Bagus. Namun tiba-tiba saja, semprotan busa putih yang datang entah
darimana segera menutupi pria itu hingga ia kehilangan konsentrasi.
“AAAAAAARGH!!! APA-APAAN
INI???”
Cicil segera menggunakan
kesempatan itu untuk melepaskan diri.
“Ayo cepat ke sini!”
seru seorang pria.
Bagus menoleh dan melihat
seorang pria tua memegang sebuah tabung pemadam kebakaran. Rupanya
itulah yang tadi disemprotkan ke arah Adit untuk mengalihkan
perhatiannya.
Bagus segera mengenali
siapa pria itu.
“Oom Foo?”
***
“TIDAK! TIDAAAAAK!!!”
Shalsa menangisi kematian kekasihnya yang kini terbujur lemas dalam
dekapannya.
“Kurang ajar!” Sandi
menatap para anggota geng itu dengan murka. Namun ia juga tahu, kini
ia, Aulia, dan Shalsa tak mampu lari karena geng itu telah mengepung
mereka.
“Akhirnya ketemu juga
kau!” ujar pemimpin mereka yang memakai topeng bertanduk. “Kalian
pikir kalian bisa lolos ha? Beberapa anggota kami terbunuh gara-gara
roketmu tadi. Kini kalian akan mendapat balasannya!”
“TUNGGU!”
Tiba-tiba cahaya yang amat
terang menerangi mereka.
“SIAPA DI SITU?”
Muncul sepasukan
berpakaian jas seperti dalam video klip boyband Korea. Jumlah mereka
amat banyak sehingga mengalahkan jumlah para anggota geng itu. Tak
hanya itu, gerakan mereka amat kompak, nyaris seperti tentara, dan
mereka juga memegang berbagai macam senjata di tangan mereka.
Di depan mereka, seorang
gadis berpenampilan ala Jang Geum dengan kostum khas Korea, yakni
hanbok pink, memegang sebuah bazooka, kali ini senjata sungguhan.
“Lepaskan mereka! Jangan
membuat onar di sini, atau …” ia mengarahkan bazooka itu ke arah
para anggota geng itu, “Kalian akan merasakan akibatnya!”
Serempak, anak buahnya
yang berpakaian jas tersebut siap sedia mengambil ancang-ancang untuk
menyerang mereka menggunakan senjata di tangan mereka.
“Si … sial!” tahu
bahwa ia kalah jumlah, sang pria bertanduk itu segera menyuruh anak
buahnya untuk mundur. Mereka pun kabur, tak terlihat lagi.
“Te … terima kasih …”
ujar Sandi.
“Siapa sebenarnya
kalian?” tanya Lia heran.
“Kau anggota EXO-L kan?”
gadis itu menatap ke arah Shalsa.
Iapun menyeka air mata di
pipinya, “I … iya … benar …”
“Sebagian dari kami
adalah Shawol dan sebagian lainnya adalah ARMY. Ada pula ELF, VIP,
hingga Cassiopeia di sini. Kami semua bergabung untuk melindungi
sesama fandom, terutama EXO-L. Kami tahu kalian tak mau
berpartisipasi ke dalam Purge untuk menghormati permintaan Batara
EXO. Karena itu kami khawatir kalian akan jadi target empuk bagi
peserta Purge.”
Sandi pun akhirnya bisa
melihat dengan jelas siapa mereka sebenarnya. Walaupun memakai jas
bak laki-laki, kebanyakan dari mereka adalah gadis-gadis muda.
Penampilan mereka yang androgyny itu memang menipu.
“Jadi … kalian adalah
sesama fandom K-Pop?” tanya Sandi heran.
“Kenapa kau heran?’
tanya gadis itu, “Sesama fandom sudah selayaknya kami saling
mendukung.”
“Tunggu, aku sepertinya
kenal kau.” Aulia menaikkan alisnya, “Kau Naura kan? Kakak kelas
kami?”
Dia mengangguk.
“Apa kau tahu tempat
yang aman bagi kami? Kami terjebak di dalam The Purge ini dan kami
tidak bisa pulang.”
“Mungkin kalian bisa ke
sekolah. Aku melihat Pak Yuga dan guru-guru lainnya berkumpul di sana
sebelum The Purge dimulai. Kalian mungkin bisa meminta perlindungan
di sana.”
“Baiklah kalau begitu,”
ajak Sandi, “Ayolah, Shalsa. Kita harus segera ke sana. Geng itu
bisa kembali kapan saja.”
“Nggak!” Shalsa
menggeleng sambil menyeka air matanya, “Gue ingin ikut The Purge
aja. Gue juga ingin melindungi yang lain serta membalas dendam atas
kematian Fajar.”
“Apa?” tanya Aulia,
“Apa lu yakin?”
“Tak apa,” kata Naura,
“Kami akan menjaganya.”
Sandi sebenarnya berat
untuk melepaskannya, namun akhirnya ia memaklumi keinginan Shalsa
itu.
“Baiklah, tapi
berhati-hatilah. Sampai ketemu di sekolah besok, oke?”
Kini hanya Sandi dan Lia
yang tersisa. Merekapun segera berjalan menuju ke sekolah mereka.
***
Suara tembakan terdengar
dimana-mana. Tara dan Egi sedang sibuk memerangi para zombie.
Sementara itu, pemimpin para zombie dancer itu, yakni seorang gadis
berpakaian seperti Jill Valentine murka melihatnya dan mencoba
membunuh kedua anak berseragam SMA itu.
Sementara itu di studio,
Darmas dan Yuli kebingungan. Acara reka ulang video klip Thriller
yang sudah disiapkan menggunakan dandanan zombie dari darah sungguhan
dan bagian-bagian tubuh korban The Purge menjadi kacau gara-gara
kedatangan Tara dan Egi.
“Astaga, siapa mereka?
Apa mereka Dilan dan Milea yang sedang viral itu?” tanya Yuli.
“Cut acaranya! Cut!”
perintah Darmas. Seketika itu juga, acara di studio itu berubah
menjadi iklan.
“Ingin berpartisipasi
di Malam The Purge? Supaya tidak masuk angin, jangan lupa minum Tolak
Angin!” atlet sepakbola Marko
Simic menawarkan sebungkus Tolak Angin, “Wes ewes ewes …
bablas angine …”
“Jaga kesehatan dan
stamina selama The Purge! Agar tubuh kuat dan tak mudah lelah, minum
Kuku Bima Energi!” ujar Mbah Maridjan sembari menyiksa para
pendaki gunung yang membuang sampah sembarang serta selfie sambil
menginjak-injak bunga edelweis dengan alat-alat ala SAW, “ROSO!”
“Untuk memeriahkan
The Purge, hanya selama 12 jam Kopi Kapal Api akan menawarkan varian
rasa baru, yakni Kopi Rasa Sianida. Cocok buat situ yang dikhianati
si dia! Segera dapatkan di Indomaret dan Alfamart terdekat!”
“Gojek sangat
mendukung program pemerintah.” artis duta Go-Jek yang selama The
Purge berlangsung mengubah namanya menjadi Luna Mayat memamerkan
kostum Maleficent-nya, “Jika anda ingin membalas dendam tapi
mager ikut The Purge, jangan khawatir! Gojek kini menawarkan jasa
Go-Kill! Driver kami siap dengan alat-alat penyiksaan terbaru sesuai
dengan keinginan Anda! Dapatkan promo bayar pake Ovo cuma satu rupiah
lho!”
***
“Lia! Berlindung!”
Sandi segera menyuruh Aulia menunduk. Di depan mereka, tampak dua
kelompok berbaju jersey biru dan merah. Sandi langsung mengenali
mereka sebagai fans Arsenal dan Chelsea.
“Huh, memalukan!”
bisik Sandi, “Fans K-Pop aja bisa rukun, tapi mereka yang harusnya
sportif malah saling membunuh seperti itu!”
“San, gue rasa kita
nggak aman di sini. Kita harus mendapatkan senjata untuk menjaga
diri.” Usul Aulia.
“Bagaimana jika kita
beli di sana?” Sandi menunjuk ke Indomaret yang buka di dekat
mereka.
“Apa? Kenapa toko itu
masih buka?” tanya Aulia heran. “Apa mereka tidak takut dengan
rampok?”
Akhirnya mereka berduapun
memutuskan pergi ke sana.
Tiba-tiba saja, sebuah
letusan senjata memecahkan kaca di dekat mereka. Seorang pria lari
terbirit-birit keluar dari dalam toko, sementara di dalam tampak
seorang pegawai tampak marah sambil mengokang senapan.
“Hei jangan kembali
lagi, dasar pencuri!”
Dengan ketakutan, Sandi
dan Aulia masuk ke dalam toko.
“Halo, selamat datang di
Indomaret! Selamat berbelanja!” pegawai toko itu langsung berubah
menjadi ramah.
“Hei, sepertinya ini
bisa dipakai sebagai senjata.” Sandi melihat-lihat alat pel yang
dipajang di rak, “Sepertinya ini gagang kayunya cukup kuat …”
“Gue beli ini …”
Aulia langsung menggelontorkan pisau, nail gun, dan gergaji mesin
yang ia temukan di rak peralatan dapur dan pertukangan.
“Oke …. Itu juga
bisa.”
“Total belanjaannya 15
juta.” ujar sang penjaga kasir dengan santai.
“APAAA??? MAHAL
SEKALI???”
Sang pegawai toko
mengangkat bahunya, “Ini kan malam The Purge. Kami bebas melanggar
hukum dan menaikkan harga.”
“Dasar sial!” dengan
terpaksa Aulia mengeluarkan kartu kredit dari dompetnya.
Namun tiba-tiba saja suara
tembakan menggelegar. Kasir itupun langsung ambruk berlumuran darah.
“Aulia! Awas!!!” Sandi
segera menyuruhnya menunduk. Sekelompok pria berseragam Alfamart
masuk membawa berbagai senjata api. Tak mau kalah, pegawai Indomaret
lainnya muncul dari belakang toko dan membalas tembakan mereka.
Baku tembak pun terjadi,
sementara Aulia dan Sandi berlindung di belakang kasir.
“Sial! Sepertinya
terjadi Civil War antara Indomart dan Alfamart!” seru Aulia panik.
“Ini,” Sandi segera
meraih senapan yang tadi dipegang sang penjaga kasir, “Bawa ini dan
cepat pergi dari sini!!!”
***
“Minggir kau! Dasar Tomb
Raider!” seru Tara.
“Gue Jill Valentine
tauk!” ia menembakkan pistolnya ke arah mereka. Namun Egi
melemparkan trisulanya ke arahnya dan melukai tangannya.
“AAAARGH!” pistol di
tangannya terjatuh. Tara segera menerkamnya dan memberinya bogem
mentah.
“KATAKAN! DIMANA RATU ILMU HITAM!” seru Tara, “KAMI TAHU DIA YANG BERTANGGUNG JAWAB
ATAS SEMUA INI!”
“Kau mencariku?”
Suara menggelegar itu
membuat nyali kedua remaja itu turun.
Dari kejauhan, tampak
sosok putih melayang. Wajahnya dibalut kain berenda hitam.
Kedatangannya diiringi lagu retro ala 80-an.
“Ratu Ilmu Hitam!”
Tara tersenyum. “Akhirnya kutemukan juga kau!”
BERSAMBUNG
Go kill driver
ReplyDeleteCivil war antara alfamart sm indomaret
The purge versi negara berflower
😂😂😂
Civil war-nya bikin ngakak
ReplyDeleteLanjutkeun bang