“Wooooow seru banget!”
seru Darmas, presenter acara “Dahsyatnya Komunis” menyaksikan
tayangan live yang menyiarkan langsung kematian Chris di channel
youtube mereka.
“Terima kasih buat hasil
vote dari para penggemar setia kami di instagram. Kami akhirnya
memutuskan mereka ulang video klip Chainsmoker feat Daya ‘Don’t
Let Me Go’ tentu dengan sentuhan The Purge!” kata Darmas.
Ia kemudian menoleh ke
arah rekannya, Yuli yang terlihat cemberut.
“Lho, kenapa Yul? Kok
mukanya cemberut begitu? Apa aksi pembunuhan tadi kurang seru?”
“Gue pengennya tadi vote
video klipnya Miley Cyrus 'Wrecking Ball' yang menang. Pasti lebih
seru!” ujarnya sambil menyilangkan tangan di depan dada.
“Nih supaya lu nggak
sedih melulu, kita baca twitter yuk. Lihat nih, The Purge di
Indonesia jadi trending topic lho! Lu pasti bangga kan sebagai orang
Indonesia!”
“Wow, benar sekali rekan
Darmas! Lihat hastag slogan The Purge #bersamakitabisa,
#ayosukseskanthepurge, sampai #hapuskenanganmantan jadi trending
topic di seluruh dunia!”
“Lihat, view video tadi
di akun youtube kita juga sudah mencapai sejuta lho! Kita nggak
mungkin akan bisa melakukannya tanpa dukungan pemirsa semua!” seru
Darmas.
“Ada request lagi nih,
guys … dari pemirsa yang ada di Solo.”
“Hmmmm … omong-omong
soal Solo jadi pengen nih batik bermotif adegan-adegan penyiksaan ala
Purge … ada yang motifnya potongan-potongan tubuh manusia juga lho.
Tetep ya kita harus cinta produk dalam negeri!”
“Iya nih, pemirsa kita
ingin merequest reka ulang video ‘Thriller’ dari mendiang Michael
Jackson.”
“Walaupun lagunya
jadul tapi tetep timeless
ya. Bahkan setiap tahun selalu muncul. Silakan kita simak bersama-sama!”
***
“Terima kasih
sudah menyelamatkan kami, Paman.” ujar Aulia. Mereka kini berada di
foodcourt
mall itu.
“Maafkan soal
tadi, ada teman kalian yang terbunuh juga ya? Para tenant
mall ini sudah muak dengan toko mereka yang selalu dirampok tiap kali
terjadi Purge. Karena itu, malam ini mereka mulai melawan dan
membantai siapa saja yang masuk. Penampilan mereka agak heboh memang
hahaha … tapi namanya juga The Purge. Kalau nggak heboh, nggak
afdol rasanya.”
“Apa pamanmu ini bisa
dipercaya?” bisik Sandi.
“Pamanku ini orang yang
baik. Semenjak orang tuaku meninggal, ialah yang merawatku.” Aulia
menjelaskan.
“Orang tuamu sudah
meninggal. Ma … maaf, aku tidak tahu.”
“Tak apa-apa. Mereka
meninggal akibat The Purge beberapa tahun lalu. Semenjak itu Paman
dan Bibi merawatku. Oh ya, dimana Bibi sekarang?”
“Bibimu?” wajah pria
tua itu berubah gugup. “Ehm … dia …”
“AAAAAAA!!!” tiba-tiba
Aulia menjerit begitu melihat isi dapur dari restoran pamannya. Di
atas pemanggangan, tergantung potongan-potongan tubuh manusia.
Beberapa sudah dikuliti dan dipotong bentuk dadu.
“Astaga! Restoran macam
apa yang Oom kelola?” Sandi terlihat shock.
“Lho, inilah resep
rahasia turun temurun dari restoran Paman. Menurut kalian, darimana
asal kelezatan tak tertandingi dari Bakso Mak Nyos bikinan Paman?”
“Ja … jadi selama ini
Paman membuat bakso dari daging manusia?” jerit Aulia tak percaya.
“Tentu Lia. Karena
mencincang orang itu melanggar hukum, maka hanya pada saat The
Purge-lah Paman bisa mendapatkan suplai daging selama setahun.”
“Ta … tapi cincin ini
…” wajah Lia langsung pucat begitu mengamat ada cincin kawin yang
amat ia kenali dari salah satu jari korban itu, “Jangan bilang ini
mayat Bibi!”
“Ini semua salah Bibimu!
Siapa suruh dia berselingkuh! Akhirnya, kubunuh dia dan pelakor itu!”
“Pe … pelakor? Siapa
yang sebenarnya berselingkuh? Paman atau bibi?”
“Ada satu hal yang tak
kau ketahui, Lia … bahwa bibimu sebenarnya adalah lelaki!”
“APAAAA???”
“Ya, The Purge tak hanya
dimanfaatkan buat yang ingin merampok dan membunuh saja! Kami berdua
memanfaatkan The Purge untuk menikah, karena pernikahan sesama jenis
ilegal di negara ini! Paman bahkan menggunakan keuntungan restoran
ini untuk operasi kelamin supaya bibimu bisa berubah menjadi
perempuan 'seutuhnya'. Tapi apa balasannya? Apa?! Dia malah
berselingkuh!”
Sang Paman tiba-tiba
tertawa seperti orang gila. “Dan sebagai hukumannya, Paman menyiksa
mereka berdua sebelum membunuh mereka. Kalian bisa lihat video tik
toknya!”
Pria itu menyetel sebuah
video di aplikasi Tik Tok di androidnya. Terlihat suara nyanyian yang
tengah viral, yakni ….
“Entah apaaaaa yang
merasukimu … hingga kau tega mengkhianatiku … yang dulu
mencintaimu ...”
Namun di video itu,
terlihat sang Bibi dan selingkuhannya menari di atas bara api dan
paku pines yang tersebar di lantai. Mereka mengernyit kesakitan
sembari bergerak mengikuti adegan viral itu.
“HAHAHAHA! Kau lihat
itu, Lia? Lia?”
Paman itu menoleh karena
tak mendengar jawaban keponakannya. Dengan heran ia menyadari bahwa
sudah tak ada orang di belakangnya.
“Lho, Lia?”
***
“Paman lu benar-benar
sudah gila!” seru Sandi tak percaya begitu mereka berhasil keluar
dari mall. “Apa yang dia lakukan benar-benar menjijikkan dan di
luar batas kemanusiaan … HUEEEEEK!!!” pemuda itu langsung muntah
begitu mengingat kengerian yang tadi ia saksikan,
“Gu … gue benar-benar
nggak menyangka ….” Lia juga masih sukar mempercayai rahasia
gelap yang disimpan pamannya. Wajahnya juga pucat pasi. “Gue juga
bener-bener shock paman gue ternyata diam-diam melakukan hal seperti
itu …”
“A … apa yang
dipikirkan pamanmu itu! Tega-teganya dia melakukan itu.” Sandi
geleng-geleng kepala, “MASA DIA MAIN TIK TOK?!”
“Iya, kali ini paman gue
benar-benar keterlaluan! Mulai sekarang gue takkan lagi menganggapnya
sebagai paman kandung gue lagi!”
“Fajar! Shalsa!” Sandi
segera memanggil teman-temannya yang masih menanti di luar. “Shal,
kenapa lu nangis? Dimana Chris?”
“Hei, lihat! Ada mobil
di sana! Kita bisa menggunakannya untuk melarikan diri!” tunjuk
Lia.
“JANGAN!!!” Fajar dan
Shalsa berseru secara bersamaan.
“Bagaimana dengan Ariel?
Apa kalian berhasil menyelamatkannya?” tanya Fajar.
Sandi menggeleng,
“Bagaimana dengan Chris? Apa yang terjadi padanya selama kami di
dalam?”
Fajar ikutan menggeleng,
“Dia juga sudah tewas akibat The Purge sialan ini! Hei, bagaimana
jika kita berlindung di dalam? Gue dengar ada warung Bakso Mak Nyos
yang terkenal enak di foodcourt mall ini.”
“TIDAK! JANGAN!!!!”
seru Lia dan Sandi serempak.
“Lalu kemana kita akan
pergi?”
“Nggak penting kemanapun
kita pergi …” Shalsa terisak, “kita pasti akan mati …”
“Jangan berkata seperti
itu, Shal.” Fajar menggenggam tangan kekasihnya itu, “Aku akan
tetap menjaga kamu supaya aman. Aku berjanji …”
“DOR DOR DOR!!!”
Tanpa peringatan,
tiba-tiba suara tembakan menggema. Peluru-peluru tajam menembus tubuh
Fajar hingga iapun gugur berlumuran darah di pangkuan Shalsa.
“FAJAR!
TIDAAAAAAAAAK!!!” jerit Shalsa histeris.
Dengan geram, Sandi
menatap para penembaknya. Pria bertanduk kambing itu masih
mengacungkan pistol yang berasap ke arah mereka bertiga. Para anggota
geng mulai mengelilingi mereka. Rupanya mereka masih tak puas dan
mengejar mereka sampai ke sini.
“Ga … gawat!” jerit
Aulia, “Kita terjebak di sini …”
BERSAMBUNG
No comments:
Post a Comment