Dua bulan
kemarin gue mereview season terbaru “American Horror Story” (AHS), yakni “1984” dengan pujian selangit. Memang gue akui
pengalaman menonton AHS 1984 hingga episode keempat merupakan salah
satu pengalaman terbaik yang pernah gue dapatkan dari serial horor. Terutama di episode keempat dimana banyak plot twist
yang membuat gue menganga dan jalan ceritanya tiap episode juga nggak
bisa diduga dengan pengkhianatan beberapa cast yang semula gue pikir
baik tapi eh ternyata jahat.
Akan tetapi sayang, episode berikutnya
hingga ke season finale di episode ke-9 ternyata (plot twist juga!)
jauh dari harapan gue. Episode-episode berikutnya justru malah terasa
sebagai antiklimaks terhadap serial yang sebenarnya sudah diawali
dengan baik ini. Alhasil, gue kecewa berat.
Buat
kalian yang belum tahun, season terbaru AHS ini merupakan homage bagi
film-film slasher ala 80-an. Bersetting di era 80-an, serial ini
menceritakan sekelompok anak muda yang harus berhadapan dengan
(sekelompok) pembunuh berantai gila yang meneror kamp musim panas
mereka. Serial ini memang nggak malu-malu membuat kita bernostalgia
pada film-film slasher yang melegenda, semacam
“Halloween” hingga “Friday The 13th”. Banyak sekali konsep
yang dipinjam dari film-film tersebut, mulai dari pembunuh yang
melarikan diri dari rumah sakit jiwa hingga kabin di tepi danau yang
dihantui psikopat. Belum lagi ada sedikit sisi supranatural hingga
plot twist-plot twist ala “Game of Thrones” yang juga diracik ke
dalam cerita sebagai bumbu pemanis.
Berpotensi
emang, namun kenyataannya episode-episode berikutnya setelah episode
keempat justru berantakan menurut gue. Serial ini dibagi menjadi dua
bagian, dimana di tengah-tengah, yakni episode keenam, dirancang
sebagai sekuel episode sebelumnya (meniru gaya film-film slasher
80-an yang biasanya emang punya sekuel hingga berjilid-jilid). Ada
begitu banyak tokoh di serial ini yang setelah bagian kedua, nggak
tau mau diapain. Tokoh-tokoh baru diperkenalkan, tapi mereka sama
sekali nggak punya peranan penting dan gue sendiri nggak paham apa
gunanya mereka di situ. Plot twist yang gue tunggu-tunggu pun nggak
kunjung datang karena jalan ceritanya datar-datar aja, klimaksnya
juga sangat membosankan. Endingnya pun terlalu happy ending menurut
gue, which is dalam bahasa film horor biasanya malah mengecewakan.
Namun
nggak bisa gue pungkiri, tetap ada sih unsur-unsur yang bagus di
serial ini (walaupun nggak sebanyak episode-episode sebelumnya yang
pernah gue bahas). Penampilan Billie Lourd sebagai Montana bagi gue
tetap memukau. Bahkan menurut gue dia satu-satunya aktris yang
bersinar di film ini, bahkan ngalah-ngalahin pesona Emma Roberts
sebagai sang bintang utama. Gue juga suka banget ama plot tentang
sosok hantu wanita bergaun putih yang gue rasa epic banget (sayang
nggak diperkenalkan semenjak awal) yang menurut gue lebih menarik
ketimbang pembunuh berantai lain seperti Mr Jingles dan Richard
Ramirez. Pemerannya, Lily Rabe juga amat cantik dan aktingnya pas
banget untuk memerankan sosok ini.
Seperti
gue singgung, jalan cerita AHS 1984 dari episode kelima hingga
pamungkasnya memang nggak memiliki plot twist yang mind-blowing.
Namun letak plot twist terbesar serial ini justru tidak terletak pada
alur cerita maupun naskahnya, melainkan pada identitas salah satu
pemerannya.
Setelah gue membaca beberapa artikel, gue jadi tahu bahwa salah
satu aktris pemeran serial ini, yakni Angelica Ross (yang berperan
sebagai Suster Rita) ternyata adalah ...
Get
ready ...
Ternyata dia ....
Yup
guys, ternyata dia adalah cowok.
JRENG
JRENG JRENG!!!
Angelica ternyata adalah aktris transgender yang
mengubah jenis kelaminnya dari laki-laki menjadi perempuan. Gue sama
sekali nggak nyangka, sebab dari episode pertama gue mengira dia
adalah cewek tulen. Bahkan awalnya gue mengira Donna ini diperanin
Angela Basset, soalnya suara dan penampilannya sangat mirip. Well,
that's the jawdropping plot twist that I've been waiting for LOL.
Either
way, setelah skor 5 CD berdarah yang gue berikan di episode-episode
awal serial ini, kali ini gue cuman ngasi skor 2,5 CD berdarah buat
episode-episode berikutnya, bener-bener cuman membuang-buang waktu
gue aja.
Fakta ini juga makin membuat gue NGGAK tertarik untuk
melirik season-season AHS lain. Tapi tetap saja AHS 1984 ini
nggak membuat gue kecewa-kecewa amat, sebab berkat serial ini gue
mengenal ada aktris sekaliber Bille Lourd yang mulai sekarang jadi
salah satu idola gue. She's the best thing in this goddamn series.
Gue juga emg lebih suka perannya Billie di season ini sih dibanding peran dia di season sebelumnya.
ReplyDelete