Bayangkan kita membangun sebuah komputer sebesar planet Jupiter, planet terbesar di tata surya kita |
Seri
kedua “Existential Crisis” kali ini akan membicarakan sebuah
komputer raksasa yang kemungkinan menjalankan simulasi hidup kita,
jika kalian percaya pada Teori Simulasi atau Matrix Theory yang gue
paparkan di artikel sebelumnya. Vlog milik Kyle Hill (seorang
vlogger yang menawarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fisika
paling menggelitik dalam bentuk humor yang menghibur) mencetuskan
tentang “Jupiter Brain”, yakni super-komputer raksasa seukuran
planet Jupiter. Mungkinkah kita membangunnya? Dan jika sudah, untuk
apa?
Welcome
to another episode of Existential Crisis.
PERINGATAN:
DUA EPISODE LAGI SEBELUM KALIAN SAMPAI DI EDISI TERAKHIR “EXISTENTIAL
CRISIS” BERJUDUL “ROKO'S BASILISK” JANGAN BACA ARTIKEL
TERSEBUT! GUE PERINGATKAN, JANGAN BACA ARTIKEL TERAKHIR!
Jika
kita sebelumnya membahas tentang Matrix Theory, maka pertanyaannya
adalah, siapa atau apa yang sebegitu canggihnya bisa menjalankan
simulasi, tak hanya kehidupan kita, namun kehidupan seluruh manusia
di dunia ini? Jawabannya mungkin terletak di sebuah ide gila untuk
membangun sebuah komputer raksasa seukuran planet Jupiter. Pada tahun
1999,seorang ahli “computational neuroscience” (makanan apa lagi
itu) bernama Anders Sandberg mengemukakan ide tersebut.
Ia
berpendapat bahwa dengan teknologi dan keingintahuan kita sekarang,
maka manusia tentu ingin menciptakan sebuah komputer sempurna (“the
perfect computer”). Komputer ini tentu akan sangat bermanfaat bagi
kita untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kini tak kita miliki
jawabannya. Anggap saja begini, ketika kita memiliki sebuah
kalkulator, tentu alat tersebut amat berguna buat kita, terutama pas
ulangan matematika, untuk menjawab soal yang tak bisa kita hitung
sendiri, semisal berapa 736246327:3363. Lalu lu kerja jadi ahli
meteorologi semisal dan lu ingin memperkirakan, apa akan badai
menyerang pulau Jawa. Maka lu menjalankan simulasi cuaca di komputer
lu dengan memperhitungkan berbagai faktor seperti kecepatan angin,
kelembapan udara, dan lain-lain.
Bayangkan sebuah super-komputer di masa depan yang mampu memprediksi bencana seperti meletusnya Gunung Sinabung ini sebelum terjadi |
Bayangkan
hal yang lebih berat lagi, semisal lu suatu saat bisa membuat sebuah
super-komputer yang bisa meramalkan kapan terjadinya gempa atau kapan
gunung berapi akan meletus. Tentu hal itu akan amat berguna dan bisa
menyelamatkan banyak nyawa. Tapi bagaimana caranya membangun komputer
sempurna tersebut? Trend teknologi saat ini cenderung ke arah
“smaller is better”. Kita lebih berambisi, bahkan berlomba-lomba,
membangun komputer sekecil mungkin, dengan alasan kepraktisan. Namun
bagaimana jika itu adalah arah yang keliru?
Anders
(ahli neuro apa tadi) berpendapat jika kita membuat komputer menjadi
makin kecil dan makin kecil, maka kita akan terbentur oleh hukum
fisika. Membuat komputer yang sempurna berarti kita harus
meningkatkan kemampuan “processing”, kecepatannya, hingga
menampung lebih banyak memori. Jika kita semakin menyusutkan ukuran
komputer, yang ada kita justru semakin “terbatas”. Hal ini karena
dalam fisika, ada ukuran terkecil yang disebut unit Planck length
(1,6x10-35 meter), dimana mustahil bagi kita membangun
sesuatu lebih kecil dari itu (karena tak ada sesuatupun di alam
semesta ini yang lebih kecil ketimbang Planck length). Maka
jawabannya, kita harus membangun komputer menjadi semakin besar dan
besar.
Bahkan
seukuran planet Jupiter.
Ilustrasi sebuah super-komputer berukuran planet |
Hmmm ...
tapi kalopun kita bisa membangun komputer seukuran Jupiter (kita
sebut dengan nama “Jupiter Brain”) gimana cara kita membuatnya?
Sapa yang mau dibayar melayang-layang di luar angkasa bikin komputer
segede gaban begini? Well, di masa depan mungkin kita bisa menemukan
“self-replicating nano-machine” atau robot berukuran mini yang
bisa memperbanyak dirinya sendiri. Tapi khan ... ukurannya segede
Jupiter? Mana bisa? Jupiter aja 300x lebih gede ketimbang Bumi?
Jika
kita sudah bisa menciptakan satu robot “self-replicating
nano-machine”, itupun sudah cukup.
Kalian
mungkin masih ingat dengan anekdot “beras dan papan catur”. Jika
di kotak pertama papan catur kita taruh 1 butir beras; lalu di kotak
kedua 2 kalinya, yakni 2 butir beras, lalu di kotak ketiga 4 butir
beras, kotak keempat 8 butir beras, kotak kelima 16 butir
beras, maka di kotak terakhir (kotak ke-64) akan terdapat 9
ribu triliun butir beras. Sekarang ganti analogi butir beras itu
dengan satu robot nano yang namanya panjang tadi. Jika dalam satu
hari robot nano itu bisa memproduksi satu dirinya dalam satu hari,
maka di hari ke-2 akan ada 2 robot, hari ke-3 ada 4 robot, hari ke-4
ada 8 robot dan seterusnya, bayangkan betapa banyak robot yang
dihasilkan dalam setahun, 2 tahun, .5 tahun, 10 tahun! Bayangkan
ukurannya ketika robot-robot itu bergabung menjadi sebuah komputer
raksasa!
Perhitungan matematis dalam anekdot "beras dan papan catur" ternyata bermanfaat dalam pembuatan sebuah super-komputer sebesar Jupiter |
Satu
masalah terselesaikan. Namun muncul masalah lain, yakni energinya.
Mau dicolokin dimana coba? Stop kontaknya segede apa? Kyle Hill dalam
vlog-nya berpendapat bahwa super-komputer ini bisa disetrum dengan
energi nuklir. Tapi sesungguhnya ada sumber energi lain yang lebih
masuk akal yang nanti akan gue jelaskan ketika kita tiba di
pembahasan tentang Mathrioska Brain.
Eng in
eng ... Jupiter Brain akhirnya selesai dan siap digunakan! Tapi kini
setelah kita berhasil menciptakan Jupiter Brain, pertanyaannya
bukanlah untuk apa komputer hyper-intelligent itu kita gunakan, namun
apa yang ia bisa lakukan!
Oke,
untuk membayangkan kemampuan sesungguhnya Jupiter Brain, kita perlu
mendalami dulu apa yang manusia bisa lakukan. Otak manusia jelas
merupakan bagian tubuh kita yang paling rumit sekaligus didesain
paling canggih. Mata kita memiliki resolusi 576 MP (jauh lebih besar
dari kamera apapun, bahkan bikinan Oppo) dan semuanya itu diproses di
otak. Secara singkat, seluruh sinapsis (persambungan sel saraf di
otak) mampu memproses 1016-1017 operasi/detik.
Sedangkan super-komputer semacam Jupiter Brain diharapkan akan bisa
memproses 1042 operasi/detik. Seberapa signifikannya itu?
Well ...
Satu komputer seukuran laptop ini saja sudah kita anggap sedemikian canggih hingga bisa membantu kehidupan kita. Bayangkan apa yang bisa dilakukan oleh komputer seukuran planet. |
Oke,
kita bayangkan seluruh manusia di Bumi ini. Ada sekitar 7,5 miliar
manusia yang saat ini hidup di Bumi. Bagaimana sejak permulaan zaman?
Ada berapa banyak manusia yang pernah hidup di dunia ini?
Diperkirakan ada 107 miliar manusia yang pernah dan sedang hidup di
dunia ini (kita bulatin aja jadi 100 miliar deh biar nggak ribet).
Anggap saja lifespan atau rentang umur mereka rata-rata 50 tahun.
Dengan perhitungan itu, kita bisa memperkirakan bahwa semenjak
manusia ada hingga saat ini, sudah terjadi 1036 operasi
dalam otak manusia, baik yang sudah mati hingga yang masih hidup saat
ini.
Semua
yang pernah kita pikirkan dan akan kita pikirkan, digabung dengan
semua pikiran dari semua orang yang tinggal di Bumi ini saat ini,
ditambah pikiran semua orang yang pernah hidup di dunia ini dan kini
sudah mati, di keseluruhan 5 benua selama ratusan ribu tahun, semua
pikiran tersebut, baik yang dikatakan maupun tidak, adalah 1036
operasi, jauh lebih kecil dari kemampuan Jupiter Brain untuk bekerja
selama sedetik.
Jadi
bisa kalian bayangkan, Jupiter Brain akan mampu mensimulasikan
kehidupan dari semua orang yang pernah tercipta di dunia ini hanya
dalam waktu kurang dari satu detik.
Bayangkan
jika ia diberi semenit saja, ia mampu melakukan simulasi tak hanya
kehidupan semua orang yang pernah terjadi, namun juga semua
kemungkinannya apabila seseorang melakukan sesuatu yang di dalam
kehidupannya tak pernah ia lakukan. Bayangkan, ia mampu
mensimulasikan semua kehidupan di dunia paralel yang bisa ada,
semuanya hanya dalam hitungan menit.
Lalu
bagaimana jika ia kita beri satu jam? Satu hari?
Maka
sangatlah mungkin, jika kehidupan kita saat ini adalah simulasi
seperti bunyi Matrix Theory, Jupiter Brain ini-lah yang sedang
menjalankan simulasi tersebut.
Keberadaan
Jupiter Brain di masa depan jelas memiliki banyak manfaat bagi kita.
Jupiter Brain akan mampu “membaca” masa depan. Tak hanya ia bisa
memperingatkan kita akan bencana di Bumi, melainkan bencana dan
ancaman kosmis yang datang dari luar angkasa pun bisa ia perkirakan.
Ia akan tahu men-scan dan mendeteksi kehidupan di galaksi lain. Ia
bisa memperkirakan akan adanya serangan ras alien lain (jika ada)
terhadap Bumi. Ia akan punya solusi dari semua permasalahan yang kita
miliki.
Namun
pertanyaan yang paling menakutkan adalah, apakah realita kita saat
ini sebenarnya hanyalah simulasi di dalam benak Jupiter Brain.
Seperti kata Kyle Hill di akhir videonya, apakah saat ini kalian
sedang memikirkan Jupiter Brain? Ataukah Jupiter Brain sedang
memikirkan kalian, yang sedang memikirkan dirinya?
Keberadaan
Jupiter Brain seolah memang menantang eksistensi kita, namun jangan
khawatir. Masih ada super-komputer lain yang lebih canggih dengan
kemampuan lebih dahsyat ketimbang Mathrioska Brain.
Yakni
bagaimana jika kita mengubah seluruh tata surya kita menjadi sebuah
komputer?
SUMBER:
YOUTUBE (Kyle Hill)
BERSAMBUNG
KE ARTIKEL “MATHRIOSKA BRAIN”
Komen pertama setelah silent reading selama 5 tahun...wooooih abang memang pintar������������ dan dapat digunakan untuk berubah menjadi lebih besar untuk berubah menjadi lebih baik dari➡
ReplyDelete"Masih ada super-komputer lain yang lebih canggih dengan kemampuan lebih dahsyat ketimbang Mathrioska Brain."
ReplyDeleteUh... mungkin kamu mau menulis Jupiter Brain....