Bagaimana jika kita sebenarnya hidup dalam sebuah simulasi komputer yang rumit? |
Selamat
datang di “Existential Crisis” Series. Dalam empat artikel ke
depan, gue akan membicarakan tentang teknologi Artificial
Intelligence atau “AI” (sebagai pengantar, baca bagian Prolog
yang terdapat di artikel tentang Test Turing). Jika di episode
prolog terdahulu, kalian sudah membaca tentang potensi AI yang dapat
meniru manusia. Jika kalian pikir keberadaan AI di masa depan itu
mengancam hidup kita, maka AI-AI di episode berikutnya akan jauh
lebih ganas, yakni bisa menjadi “Tuhan” yang mampu menentukan
takdir kita.
Di
episode pertama ini gue akan membahas tentang “Simulasi Theory”
atau “Teori Simulasi” atau dalam bahasa lebih kerennya, gue lebih
suka menyebutnya sebagai “The Matrix Theory”. Tentu alasannya
jelas, karena Teori Simulasi ini diperkenalkan kepada khalayak ramai
lewat trilogi film “Matrix” yang mengangkat nama aktor kenamaan
Keanu Reeves. Kalian bisa menyebutnya sebagai salah satu Teori
Konspirasi jika kalian mau. Namun Teori Simulasi ini jelas bukan lagi
konspirasi yang melibatkan organisasi-organisasi misterius buatan
manusia, semisal Illuminati, Freemason, atau New World Order. Namun
lebih jauh lagi, teori konspirasi ini melibatkan entitas misterius
yang kekuatannya (atau kecerdasannya) menyerupai “Tuhan”.
Teori
Simulasi menyebutkan bahwa kehidupan yang tengah kita jalani ini
tidaklah nyata. Kehidupan kita sesungguhnya adalah simulasi komputer
yang dijalankan oleh entitas maha-canggih yang bagi kita terasa
nyata. Karena kita hanyalah “virtual reality” yang dijalankan di
sebuah komputer, maka jika sang pemain menghendaki, ia bisa mencabut
realitas kita kapan saja.
Mulai
dari episode ini gue akan menjelaskan mengapa mungkin kita memang
berada dalam sebuah simulasi. Dan seperti judulnya, tiap episode di
“Existential Crisis” akan membuat kalian mempertanyakan
eksistensi kalian dan realitas dunia ini, sebuah horor ala
Lovecraftian yang nyata dan mungkin saja terjadi.
PERINGATAN:
JIKA KALIAN SAMPAI DI EDISI TERAKHIR “EXISTENTIAL CRISIS”
BERJUDUL “ROKO'S BASILISK” JANGAN BACA ARTIKEL TERSEBUT! GUE
PERINGATKAN, JANGAN BACA ARTIKEL TERAKHIR!
Bisakah kita menjamin kehidupan kita benar-benar nyata? |
Teori
Simulasi pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf dari Oxford
University bernama Nick Bolstrom. Di paper ilmiahnya berjudul “Are
You Living In A Simulation?” ia berpendapat bahwa suatu saat di
masa depan, manusia akan memiliki peradaban super-maju sehingga
manusia (human) akan mencapai titik yang disebut sebagai “post-human”
(“setelah” manusia). Nah, karena teknologi super-mumpuni dari
manusia “post-human” ini, mereka akan bisa menciptakan sebuah
komputer adidaya yang bisa menjalankan simulasi dari “nenek moyang”
(ancestor) mereka.
Yakni
kita.
Menurut
teori tersebut, kehidupan kita saat ini hanyalah simulasi yang
dijalankan oleh entitas super-cerdas tersebut dalam komputer
maha-canggih mereka. Berarti, semua yang kita alami, lihat, sentuh,
cicipi, semuanya tidaklah nyata. Semuanya bak “mimpi”. Jadi
bayangkan saja kita tak lebih dari sebatas tokoh-tokoh yang ada di
game-game online seperti Sims, PUBG, Mobile Legends, hingga Minecraft
yang tak sadar bahwa mereka sebenarnya ada dalam sebuah simulasi
berupa permainan.
Uniknya,
Nick bukanlah orang pertama yang mengemukakan teori itu. Bahkan,
sejak permulaan peradaban manusia, filsuf-filsuf dari zaman kuno
sudah memprediksi teori tersebut. Filsuf Yunani Plato dengan kisah
“Allegory in the Cave” pada 375 SM hingga filsuf Prancis Rene
Descartes dengan konsep “Evil Demon” pada tahun1641 menyatakan
bahwa kehidupan kita saat ini mungkin hanyalah “ilusi”. Bahkan
agama Hindu yang sudah berumur 4 ribu tahun juga mempercayai konsep
“maya” yang mempercayai bahwa realita ini hanyalah ilusi (kita
sekarang menggunakan istilah “dunia maya” untuk menggambarkan
internet dan “virtual reality”).
Namun
justru pendapat yang paling “menyentuh” mengenai Teori Simulasi
ini dinyatakan oleh Zhuangzi, seorang filsuf Tiongkok yang hidup pada
era Plato melalui anekdot “Butterfly Dream”.
Apakah kehidupan kita hanya sebatas mimpi, seperti penghayatan Zuangzhi? |
“Aku, Zuangzi, bermimpi bahwa aku adalah seekor kupu-kupu yang terbang ke sana kemari, sadar dan bahagia.
Namun kemudian aku terbangun.
Kini, aku tak tahu apakah aku adalah seorang pria yang bermimpi menjadi kupu-kupu ataukah sesungguhnya aku adalah kupu-kupu yang bermimpi menjadi seorang pria?”
Dalem
banget ya (nangis).
Ketika
kita sadar bahwa kita hidup dalam simulasi, maka konon kitapun akan
mendapat “pencerahan”. Bahkan pencerahan itu akan sama seperti
yang dialami Copernicus ketika ia menyadari bahwa Bumi sesungguhnya
berputar (berevolusi) mengeliling Matahari, padahal sebelumnya,
masyarakat dunia pada masa itu tahunya bahwa matahari berputar
mengelilingi Bumi. Di masa modern ini, Teori Simulasi diamini oleh
tokoh futuris seperti Elon Musk.
Tapi
jika kita berani berasumsi bahwa hidup kita hanyalah simulasi, kita
harus punya buktinya dong, jangan cuman omdo! Ternyata bukti-bukti
bahwa hidup kita hanyalah sebuah simulasi komputer sebenarnya ada di
depan mata kita, hanya saja kita belum menyadarinya. Seorang YouTuber
bernama Joe Scott dengan cantik merangkumnya dalam videonya
tentang Teori Simulasi, namun di sini gue akan merangkumnya untuk
kalian.
Bukti-bukti
tersebut adalah:
1.
KITA SUDAH MELAKUKANNYA
Yap,
buat kalian pecinta game pasti sudah tak asing lagi dengan konsep
simulasi. Setiap hari kita melakukan simulasi di komputer kita ketika
memainkan game online. Para pendukung Teori Simulasi berpendapat,
jangan-jangan hidup kita semua adalah “avatar” atau salah satu
tokoh yang dimainkan dalam MMORPG (Massive Multiplayer Online
Roleplaying Game) seperti SIMS?
2.
FERMI PARADOX
Di
episode sebelumnya, kita sudah belajar apa itu Fermi Paradox.
Intinya, Fermi Paraodx menyatakan bahwa di alam semesta ini (atau di
galaksi kita ini saja) harusnya ada ribuan, bahkan jutaan peradaban
alien. Namun dimanakah mereka? Mengapa seakan-akan hanya kita yang
hidup di alam semesta ini?
Uniknya,
Teori Simulasi bisa menjawab pertanyaan itu. Kenapa nggak ada
kehidupan alien (yang menurut “logika” dari Drake Equation
harusnya melimpah) di jagad raya? Jawabannya karena kehidupan kita
memang tak diprogram untuk itu. Coba bayangkan, di SIMS yang berkutat
tentang kehidupan di sebuah kota, perlukah menciptakan alien? Tidak
bukan?
Pendapat
ini seolah konsisten dengan “Anthropic Principle”, sebuah prinsip
dalam kosmologi yang menyatakan bahwa alam semesta ini dirancang
untuk kehidupan (pengamat). Jika pengamat tersebut tidak ada, maka
alam semesta sesungguhnya tidak ada. Dan kita-lah pengamat itu.
3.
2020
Well,
nggak bisa dipungkiri tahun 2020 merupakan tahun yang aneh. Begitu
banyak bencana dan masalah datang silih berganti. Atau mungkinkah ini
kehendak sang pemrogram kita? Bayangin, jika kita bikin game, tentu
kita akan memasukkan “tantangan-tantangan” agar permainannya
makin seru kan? Semisal game “Grand Theft Auto” tentang
kriminalitas, “Fallout” tentang survival di tengah dunia
post-apokaliptik, “Resident Evil” tentang zombie, dan lain-lain.
Bahkan isu virus Corona yang melanda dunia ini sekilas mirip dengan
game “Plague Inc”. Hal-hal “aneh” yang kurang masuk akal juga
kerap terjadi, mungkin sebagai “tantangan” tambahan, semisal
terpilihnya Donald Trump jadi presiden AS, Brexit di Inggris, hingga
dikotomi masyarakat Indonesia menjadi cebong dan kampret. It's all
part of the game.
4.
GLITCH IN THE MATRIX
Pernah
kan kalian bermain game atau berselancar di internet, tapi tiba-tiba
terjadi “glitch” semisal browser kalian tiba-tiba berhenti atau
karakter game kalian berubah aneh? Apakah kalian juga pernah
mengalami suatu kejadian yang aneh dan tak bisa dijelaskan dengan
logika, bahkan bisa dikategorikan sebuah peristiwa supranatural?
Bagaimana jika peristiwa “supranatural” itu sesungguhnya adalah
“glitch” di simulasi kehidupan kita?
Ada
banyak contoh tentang “glitch in the matrix” ini. Tinggal
masukkan saja kata-kata itu di kolom pencarian Google dan kalian akan
dapat banyak sekali hasilnya, mulai dari artikel hingga foto.
Beberapa kisah tentang “glitch in the matrix” yang dialami
orang-orang ini sekilas seperti cerita horor.
Salah satu kisahnya adalah seorang pemuda yang bermimpi tentang sebuah van putih yang parkir di depan rumahnya pada malam hari. Orang-orang bertopeng keluar dari van itu lalu masuk ke dalam rumahnya dan membunuh kakaknya. Pemuda itupun bangun karena mimpi buruk itu dan begitu menyalakan lampu dan membuka jendela, ia melihat sebuah van putih, sama seperti di mimpinya, parkir di depan rumah. Hanya kali ini, karena sang pemuda itu menyalakan lampu kamarnya dan menengok melalui jendela, van putih itu langsung meluncur pergi.
Cerita
lain adalah seorang pria yang bekerja di sebuah restoran cepat saji
yang menyajikan steak barbeque.
Suatu malam ia harus kerja lembur dan begitu pulang, kakak perempuan heran begitu melihatnya. “Aneh sekali”, kata gadis itu, “karena aku baru saja berbicara denganmu selama 15 menit di kamarmu.”. Namun pemuda itu menjawab, “Aku barusan pulang kerja dan nggak ada di rumah seharian. Liat aja seragamku masih banyak nodanya dan bau steak sama saos barbeque.”. Gadis itupun langsung panik, lalu siapa yang ia ajak bicara di kamar adiknya tadi?
Apakah peristiwa-peristiwa supranatural yang mungkin pernah kita alami sebenarnya merupakan "glitch" dalam simulasi kita? |
Cerita
lain yang kali ini dialami keluarga gue adalah tentang ayah dan
pakdhe gue.
Suatu hari, ayah gue bermimpi tentang pakdhe gue (yang saat itu tinggal di Jakarta, sedangkan bokap dan keluarga gue tinggal di Solo). Ayah gue segera pergi ke Jakarta karena ayah gue kepengen banget ketemu pakdhe gue itu, seolah-olah itu adalah kesempatan terakhir mereka. Setelah ayah gue balik dari Jakarta, pakdhe gue kemudian meninggal karena sakit.
Apakah
kisah-kisah yang tak bisa dijelaskan oleh logika itu, seperti satu
orang di dua tempat bersamaan atau mimpi yang meramalkan masa depan,
hingga yang paling simpel: sebuah “deja vu” adalah bentuk
“kesalahan” atau “glitch” dalam simulasi kita?
5. MATEMATIKA DAN TEORI FISIKA
Galileo
pernah berpendapat “Matematika adalah bahasa Tuhan dalam
menciptakan dunia ini”. Namun kalian yang jago komputer pasti tahu
bahwa matematika erat kaitannya dengan pemrogaman. Pernahkah kalian
berpikir mengapa semua hukum fisika yang mengatur dunia kita, mulai
dari atom hingga gerakan benda langit, semuanya bisa dihitung secara
matematis? Bahkan, ketika mendalami Mekanika Kuantum, kita menyadari
bahwa alam semesta kita dan semua aspeknya tersusun atas satuan
terkecil yang disebut satuan Planck. Jika diandaikan, bilangan Planck
menjadi “pixel” di dunia kita, seolah kita hidup di layar
komputer.
6.
SUPERSTRING THEORY
Di
antara semuanya, mungkin inilah bukti paling meyakinkan bahwa
kehidupan kita mungkin diprogram oleh komputer. Seorang fisikawan
asal MIT (universitas terbaik di dunia saat ini, di atas Stanford,
Harvard, dan Oxford University) bernama James Gates menemukan sesuatu
yang menggelitik nalar kita ketika tengah meneliti tentang
Superstring Theory. Ia menemukan sebuah kode pemrograman tertanam
dalam persamaan matematika yang tengah ia pelajari. Kode tersebut
merupakan “error correcting code” dan ini membuat fisikawan yang
paling skeptis sekalipun mempertimbangkan teori bahwa hidup kita
adalah sebuah simulasi.
Namun
jika kita memang berada dalam sebuah simulasi komputer, pertanyaannya
sekarang adalah siapa dan apa yang tengah menjalankan kehidupan kita.
Jawabannya
mungkin akan sangat menakutkan.
SUMBER:
WIKIPEDIA, YOUTUBE (Joe Scott)
BERSAMBUNG
KE ARTIKEL “JUPITER BRAIN”
Kalau kita (manusia) memang benar hanya simulasi, apakah entitas tsb memprogramkan kita untuk membicarakannya? Topik ginian memang seru kalo dibahas lebih lanjut��
ReplyDelete*Ngomong-ngomong Plague Inc. gue pernah main itu dari awal 2020, tapi gue uninst gara-gara mirip banget sama realita sekarang hehe
Bang David gimana si? Udah tau orang indo, kalo dibilangin "jangan baca", pasti bakalan dibaca😅
ReplyDeleteAing tambah penasaran nih,😅
Seketika teringat lagu dream of butterfly ost persona
ReplyDeletePaling suka gua Teori kaya gini👍👍
ReplyDeleteBang Dave solo nya mana bang? Aku di jebres ini hehe, meetup boleh dong
ReplyDeleteLanjuttttt
ReplyDelete