Sekeren apapun namanya, partikel tuhan takkan menjawab doa kita |
Mungkin
kalian pernah mendengar tentang partikel tuhan atau “god particle”.
Ketika ditemukan pada 2012, partikel ini langsung mengundang
perhatian publik. Bukan hanya karena penemuannya merupakan bukti
kemajuan sains yang tak bisa dibendung, namun juga karena namanya
yang sensasional. Partikel ini oleh ilmuwan sesungguhnya dinamai
“boson Higgs” sesuai dengan nama fisikawan peraih Nobel bernama
Peter Higgs yang semenjak 1964 sudah meramalkan keberadaan partikel
itu.
Namun
pada 1993, seorang fisikawan lain bernama Leon Lederman (yang juga
peraih Nobel) menjulukinya dengan nama lain, yakni “god particle”.
Kala itu sebenarnya ia ingin menamainya “goddamn particle” karena
begitu susahnya partikel itu ditemukan. Namun editornya menyarankan
nama sensasional lain, yakni “god particle”. Alasannya, karena
partikel itu begitu purba dan sudah ada semenjak masa Penciptaan (Big
Bang). Tugasnya-pun teramat “kudus”, yakni memberikan massa
kepada partikel-partikel lainnya. Tanpa massa, tentu hukum-hukum
fisika yang ada di semesta ini takkan berlaku dan takkan ada apapun
yang mampu tercipta.
Pada
awalnya, nama itu dirasa terlalu berlebihan untuk disematkan pada
sebutir partikel yang tak kasat mata. Pasalnya, walaupun penemuan
partikel boson Higgs memang amatlah penting, namun keberadaannya tak
menjawab pertanyaan apapun mengenai Tuhan dan asal-usul alam semesta.
Namun mungkin pendapat itu justru keliru. Semakin diselidiki, ilmuwan
semakin menyadari bahwa partikel tuhan itu mungkin memang memiliki
kekuatan seperti Tuhan, bisa melenyapkan seluruh alam semesta menurut
kehendaknya, atau bahkan menciptakan alam semesta baru.
Bagaimana
caranya?
Salah satu detail rumit dari Large Hadron Collider milik CERN yang berkontribusi menemukan partikel tuhan yang ilusif |
Ilmuwan
fisika pertama kali mengkonfirmasi keberadaan partikel tuhan ketika
mereka berhasil “menciptakannya” melalui alat bernama Large
Hadron Collider, yakni akselerator partikel raksasa sepanjang 27
kilometer di bawah Prancis-Swiss. Menggunakan mesin terbesar di dunia
tersebut, para ilmuwan menemukannya dan segera mengukur besar
energinya. Mereka menemukan nilai sebesar 126 GeV (Giga electron
Volt). Angka tersebut konon sempat membuat Stephen Hawkings kala itu
menjadi cemas, bahkan menyatakan bahwa partikel tuhan bisa
menyebabkan kepunahan seantero jagad raya. Mengapa? Ia berpendapat
bahwa energi di atas 100 GeV bisa menandakan bahwa alam semesta kita
ini berada dalam kondisi meta-stabil.
Apa itu
maksudnya?
Ada dua
kondisi alam semesta ini, yakni stabil dan tidak stabil. Tentu saja
jika alam semesta kita tidak stabil, maka jelas alam semesta sudah
musnah sejak dulu-dulu. Maka sah-sah saja jika kita menduga alam
semesta kita kini dalam kondisi stabil.
Namun
ternyata tidak. Penemuan partikel tuhan dan angka yang menyertainya
justru membuktikan bahwa ternyata kita berada dalam posisi
“meta-stabil” atau artinya hampir stabil, namun belum benar-benar
stabil. Kondisi meta-stabil ini disebut sebagai “false vacuum”
(gue menerjemahkannya sebagai “jagad palsu”), sementara kondisi
semesta yang benar-benar stabil disebut “true vacuum” (jagad
asli).
Jadi alam semesta ini "palsu"? |
Berarti
jagad raya kita ini palsu dong? Hmmm ... nggak begitu. Kondisi kita
yang “meta-stabil” sesungguhnya sudah memungkinkan alam semesta
kita ini berjalan. Hukum-hukum fisika yang berjalan pada kondisi
“jagad palsu” ini cukup untuk menciptakan bintang-bintang
tercipta, memunculkan galaksi, bahkan memungkinkan terjadinya
kehidupan.
Anggap
saja kondisi kita sekarang yang “jagad palsu” dibandingkan dengan
kondisi “jagad asli” adalah seperti ini.
Anggap
aja semesta ini diumpamakan sebagai seorang pria bernama Budi. Budi
ini gemar ngeblog (kayak gue) dan karena dia suka menulis, akhirnya
dia bekerja kantoran di sebuah penerbitan. Gaji yang didapatnya sudah
lumayan, ia bisa menghidupi istri dan kedua anaknya. Ia menganggap
bahwa kehidupannya ini ideal, ia digaji untuk melakukan hal yang ia
nikmati. Namun semua berubah ketika negara api coronavirus
menyerang. Pemerintah memerintah semua kantor tutup, termasuk
perusahaannya. Akibatnya, tak ada yang mengoperasikan mesin
percetakan sehingga merekapun tak bisa mencetak satu bukupun. Tak ada
penghasilan, maka Budi-pun menjadi pengangguran.
Namun
kemudian ia menyadari bahwa ini bukanlah akhir segalanya. Karena
maraknya “work from home” ternyata ia sadar bahwa ia bisa
mendapat penghasilan dari rumah. Ia bisa menyumbang tulisan ke
berbagai media online dan menulis dari rumah. Bahkan ia bisa menulis
topik-topik yang ia sukai dengan penghasilan yang lumayan. Ia sudah
begitu menikmati pekerjaan “freelance” ini hingga ketika wabah
usai dan penerbitan tempatnya bekerja dulu buka lagi dan memintanya
kembali, ia tak mau. Ia sudah merasakan betapa enaknya kerja dari
rumah. Ia nggak perlu bangun pagi dan nggak perlu pula berkendara
menikmati macet untuk pergi ke kantor. Ia juga bisa lebih banyak
menghabiskan waktu bersama istri dan anaknya.
Anggap
saja, semesta yang “false vacuum” adalah kehidupan Budi saat
bekerja di penerbitan dan semesta yang “true vacuum” adalah Budi
yang bekerja dari rumah sebagai freelancer. Kehidupan Budi di “false
vacuum” sebenarnya sudah baik (“meta-stabil” tadi), tapi ia
lalu menemukan kondisi yang bahkan lebih ideal, yakni “true
vacuum”.
Nah,
bagaimana jika alam semesta memutuskan untuk meninggalkan kondisi
“false vacuum” untuk menjadi “true vacuum”?
Tentu
alam semesta yang sebegini luas nggak bisa serta-merta bergeser
begitu saja? Udah mager istilahnya. Namun jika dikaitkan dengan
partikel tuhan, hal ini menjadi mungkin.
Konsep
“jagad asli” dan “jagad palsu” digambarkan oleh para
fisikawan seperti grafik di atas ini. Kondisi partikel boson Higgs
(AKA partikel tuhan tadi) ada di lengkungan “false” atau “jagad
palsu”. Partikel tuhan berserta seluruh alam semesta udah begitu
nyaman di sini, sehingga tak terpikir bagi mereka untuk pergi ke
kondisi lain. Bahkan jikapun mau, kalian lihat ada “barrier”
alias penghalang di sana. Partikel tuhan-pun nggak akan bisa kan
melewatinya?
Kecuali
jika partikel punya kemampuan menembus dinding yang ... apa itu
namanya, “quantum tunneling”?
MASIH
INGAT YANG INI???
Yap,
sebagai sebuah partikel, boson Higgs tentu saja memiliki kemampuan
“quantum tunneling” yakni bisa menembus “barrier” untuk pergi
ke sisi sebaliknya. Kita hanya butuh satu saja ... satu partikel
tuhan di alam semesta ini, nggak harus di Bumi, namun bisa saja satu
partikel tuhan yang entah ada di galaksi Andromeda, atau tengah
mengorbit di sebuah lubang hitam di luar sana, ada tengah
melayang-layang di sisi lain alam semesta miliaran tahun cahaya dari
sini. Jika satu partikel tuhan itu memutuskan untuk menembus ke
“jagad asli” menggunakan kemampuan “quantum tunneling”-nya,
maka kitapun habis.
H
A
B
I
S
!
Apa yang
akan terjadi memangnya? Satu partikel tersebut akan membentuk
gelembung, dimana segalanya di dalam gelembung berjalan sesuai “jagad
asli”. Apa itu artinya? Kita takkan tahu. Yang jelas, semua hukum
fisika di sana akan jauh berbeda dengan hukum fisika kita sekarang.
Hukum
fisika yang berjalan di “jagad palsu” kita contohnya:
- rumus relativitas: E= mc2
- nilai π = 3,14
- Kecepatan cahaya: c = 299.792.458 m/s
- Konstanta Planck = 6,626x10-34 m2.kg/s
- Massa elektron: e = 9,109x10-31 kg
- Hukum Ohm: V = I*R
- Hukum gravitasi Newton: Fg = G*(m1*m2)/r2
- Hukum Termodinamika I, II, dan III
Semua
yang sudah kita apalin sejak SMA, semua bisa kita buang jauh-jauh.
Segalanya di gelembung “jagad asli” itu akan menerapkan hukum
fisika yang jauh berbeda. Tak hanya itu, kita jelas takkan mampu
beradaptasi di hukum fisika yang jauh berbeda itu. Mungkin di sana
takkan ada gravitasi atau gravitasinya jauh lebih berat, mungkin di
sana takkan ada oksigen, mungkin di sana takkan ada elektron atau
proton sehingga atom kitapun tak bisa tersusun.
Intinya
kita akan musnah di dalam gelembung itu.
Celakanya
gelembung itu, yang awalnya hanya seukuran satu partikel tuhan, akan
terus melebar dan melebar dengan kecepatan cahaya, menelan semua yang
ada di dekatnya. Jika ada planet dan bintang di dekatnya, maka planet
dan bintang itu akan tertelan oleh gelembung itu. Lalu gelembung
“jagad asli” itu akan menelan seantero galaksi, kemudian melebar
menelan galaksi-galaksi yang ada di dekatnya. Begitu terus, hingga
suatu saat seluruh jagad raya kita akan digantikan oleh “jagad
asli” tersebut.
Jika
gelembung “true vacuum” itu benar terjadi, maka takkan ada
satupun yang melarikan diri. Nggak hanya kita, bahkan seluruh
peradaban alien di luar sana pasti akan pontang-panting. Semua
menjadi serbasalah. Jika kita belum bisa mencapai kecepatan cahaya,
maka kita sudah pasti akan kalah cepat dan tertelan. Jika kita bisa
mencapai kecepatan cahaya, mungkin kita bisa mengulur waktu. Namun
hal juga itu akan percuma sebab gelembung itu pada akhirnya akan
menelan seluruh jagad raya. Jika kita bisa bergerak lebih
cepat dari cahaya, bukannya kabur, namun kita malah memutar balik
waktu (kembali ke masa lalu).
Hanya perlu satu gelembung ini saja untuk melenyapkan alam semesta |
Peristiwa
ini oleh para ilmuwan dinamakan sebagai “Big Slurp” yang
merupakan skenario kiamat jagad keempat setelah Big Freeze, Big Rip,
dan Big Crunch. Namun seperti teori Big Crunch, masih ada harapan
sebenarnya untuk kehidupan. Kita sudah jelas akan musnah, namun di
dalam gelembung itu, akan tercipta semesta baru, semesta yang lebih
“sempurna” ketimbang semesta kita sekarang. Dan di dalam jagad
anyar tersebut, mungkin akan muncul pula kehidupan yang jauh lebih
ideal. Mungkin makhluk baru yang tercipta di jagad “sempurna” itu
akan jauh lebih bahagia ketimbang kita?
Jelas,
jika prediksi para ilmuwan ini benar, maka nama partikel tuhan memang
sangatlah cocok disematkan pada partikel boson Higgs tersebut. Tak
hanya ia seperti Tuhan, mampu memusnahkan seluruh jagad raya apabila
ia mau, namun ia juga bisa menciptakannya kembali.
Lalu
kapan hal itu akan terjadi? Tak ada seorangpun yang tahu. Namun
bagaimana jika kita berpikir begini: bagaimana jika di suatu tempat
sana, nun jauh di bagian lain alam semesta, gelembung “jagad asli”
sejatinya sudah terbentuk dan terus mengembang tanpa sepengetahuan
kita? Bayangkan kita melihat jagad raya perlahan-lahan lenyap dan
musnah melalui teleskop dan gelembung itu tengah menuju ke planet
kita.
Apa yang
akan kita lakukan di sisa waktu kita itu?
SUMBER:
WIKIPEDIA, LIVE SCIENCE, YOUTUBE (Joe Scott)
Jadi inget plot cerita series TV nya DC : crisis on infinite earth
ReplyDeleteTau partikel tuhan dari angel and demon nya da vinci
ReplyDeleteExactly
DeleteSekeren apapun namanya, partikel tuhan' g akan menjawab doa kita
ReplyDelete*Oke lanjut mencari kebenaran
Berdo'a kepada Tuhannya njir, jangan partikelnya.
Delete