This meme become relatable if you read this post |
Kembali ke pertanyaan gue di ending
episode yang lalu, apakah bintang memiliki kesadaran? Mungkin kalian
berpikir, kok pertanyaannya aneh begini? Kan jelas bintang itu benda
mati, jadi pastinya tidak memiliki kesadaran. Jika kita mengaitkannya
ke Mekanika Kuantum yang aneh-pun, dimana elektron bisa memiliki
kesadaran, itu kan hanya berlaku pada partikel? Bintang kan memiliki
massa yang amat besar (nggak hanya lebih besar ketimbang kucing
Schrodinger, namun juga lebih besar dari Bumi) sehingga panjang
gelombang de Broglie-nya kecil. Berarti hukum yang berlaku di
Mekanika Kuantum nggak berlaku pada bintang?
Nah, untuk menjawab mengapa pertanyaan
apakah bintang memiliki kesadaran bisa sampai muncul di benak para
fisikawan, gue akan memperkenalkan dulu kalian pada sebuah cabang
ilmu Fisika yang dinamakan Astrofisika (Astrophysics). Astrofisika
adalah cabang ilmu Fisika (atau lebih tepatnya cabang dari Astronomi)
yang mempelajari tentang bintang. Astrologi sendiri berasal dari kata
“aster” yang berarti bintang dan “logos” yang berarti ilmu.
Salah satu pertanyaan paling mendalam
yang dihadapi oleh setiap ahli astrofisika adalah tentang ada
tidaknya partikel yang disebut sebagai “dark matter”. Namanya
aja udah serem ya, apa itu dark matter dan apa kaitannya dengan
kesadaran?
Simaklah artikel berikut ini untuk
lebih jelasnya.
ASTROFISIKA
DAN TEKA-TEKI GALAKSI
Apa persamaan Raisa dan galaksi? Mereka sama-sama ngasi teka-teki hehehe |
Semenjak awal abad ke-20, fisikawan
yang mempelajari tentang galaksi dihadapkan pada sebuah pertanyaan
rumit. Pertanyaan itu berkaitan dengan galaksi yang berbentuk spiral,
termasuk di antaranya galaksi kita sendiri, Bima Sakti, dan tetangga
kita, Andromeda. Galaksi tersusun atas jutaan bintang, kita sendiri
tahu itu. Namun bintang-bintang dalam sebuah galaksi tersusun tak
merata. Ada banyak bintang-bintang yang berjejal-jejal di sekitar
inti galaksi, sementara semakin ke tepi, jumlah bintang akan semakin
sedikit dan sedikit.
Tentu hal itu bisa dipahami karena
inti galaksi (yang berupa lubang hitam raksasa atau “blazar”)
memiliki gaya gravitasi yang luar biasa besar. Gaya gravitasi itu
menarik banyak bintang untuk mendekat di sekitarnya, sehingga
kebanyakan bintang di galaksi tersebut berada di pusatnya. Sementara
di pinggir galaksi, gaya gravitasinya lebih lemah (karena jaraknya
lebih jauh dari pusat galaksi), sehingga bintangnya lebih sedikit.
Sifat gravitasi ini bisa dilihat
melalui rumus Hukum Newton berikut ini (balik belajar ke pelajaran
fisika SMA lagi nggak apa-apa yah).
Fg adalah gaya gravitasi, “G”
adalah tetapan gravitasi, “M” dan “m” adalah massa, dan “r”
adalah jarak. Sekarang mari kita kupas satu demi satu apa artinya.
Dari rumus itu kita bisa melihat bahwa
Fg (gaya gravitasi) sebanding massa (m), namun berbanding terbalik
dengan jarak (r). Ini artinya, semakin besar massa suatu benda, maka
semakin besar gaya gravitasinya. Sedangkan semakin kecil jarak suatu
benda dengan pusat gravitasi tersebut, maka gaya gravitasi yang
dirasakan akan semakin lemah. Hal ini menjelaskan paragraf di atas
yang gue jelasin tadi, bahwa bintang di dekat pusat galaksi akan
berjejal karena tertarik oleh gaya gravitasi kuat, sedangkan bintang
di tepi galaksi akan lebih jarang karena gaya gravitasinya lebih
lemah.
Nah sekarang kita tiba di variasi lain
rumus Newton di atas.nilai Gx(M/r2) sesungguhnya dalah
rumus mencari “percepatan” atau disimbolkan dengan “a”
(acceleration). Jadi rumus gravitasi Newton bisa ditulis:
Di sini terlihat bahwa Fg (gaya
gravitasi) sebanding dengan “a” (percepatan). Artinya masih sama,
semakin besar gaya gravitasi, maka percepatan suatu benda yang
mengitari pusat gravitasi itu akan cepat. Sebaliknya berlaku, semakin
kecil gaya gravitasi yang dirasakan, maka percepatan suatu benda
mengelilinginya akan semakin lambat.
Nah menggunakan rumus baru ini, kita
bisa menyimpulkan bahwa bintang yang terletak di dekat pusat galaksi
akan bergerak lebih cepat, sedangkan bintang yang ada di tepi galaksi
akan bergerak lebih lambat. Ya kan?
SALAH!
Para ilmuwan menemukan hasil
mengejutkan yang tak sesuai dengan prediksi mereka tersebut. Ketika
menghitung laju kecepatan revolusi bintang antara yang ada di dekat
pusat galaksi dengan yang jauh dari pusat galaksi, mereka menemukan
hasil mengejutkan seperti yang digambarkan oleh grafik ini.
Kecepatan keduanya sama. Baik bintang
yang mengorbit dekat pusat galaksi dengan bintang yang mengorbit jauh
di tepi galaksi, semuanya memiliki kecepatan yang hampir serupa.
Hal ini tentu melanggar hukum
Gravitasi Newton di atas dan membuat para ilmuwan pusing tujuh
keliling. Pasti ada yang menyebabkan ketidaksesuaian teori dengan
prakteknya di atas, namun apa?
MISTERI
DARK MATTER
Galaksi seperti ini konon memiliki "dark matter" yang mempengaruhi gaya gravitasi dan laju bintang-bintang di dalamnya. Namun benarkah teori itu? |
Pada 1980, seorang srikandi di bidang
astrofisika bernama Vera Rubin merasa memiliki jawabannya. Ia menduga
ada partikel-partikel misterius di bagian terluar galaksi yang
memiliki gaya gravitasi sendiri, sehingga bintang yang ada di sana
bergerak lebih cepat. Vera menyebut partikel-partikel misterius itu
sebagai “dark matter”. Kata “dark” atau “gelap” di sana
menyiratkan kemisteriusan partikel itu, sebab partikel tersebut tak
bisa dilihat dan diamati. Partikel itu hanya sejauh sebuah partikel
hipotetis karena memang belum ditemukan kala itu.
Dan hingga kini, kita masih belum
menemukan apa itu dark matter. Bahkan mesin canggih sekelas Large
Hadron Collider yang berhasil menemukan partikel tuhan sekalipun tak
bisa mendeteksi keberadaan dark matter. Tak heran, akibatnya ada
beberapa fisikawan yang mulai meragukan keberadaan materi ini,
sementara banyak pula yang masih meyakininya.
Kita umpamakan kasus dark matter dan
galaksi di atas adalah seperti ini. Bayangkan lu masih single tapi
udah bisa beli rumah sendiri. Bukannya lu tajir atau gimana, tapi
rumahnya dijual murah banget men, cuma 1 juta. Buset murah amat! Lu
udah mencium ada yang nggak beres nih tapi karena lu kepengen punya
rumah, akhirnya lu memberli rumah itu.
Rumah itu kelihatan nyaman dan enak
ditinggali. Ukurannya pun lumayan. Lu masih heran dengan harga
super-murah rumah itu, tapi lu nggak banyak pikir dan memindahkan
semua barang-barang lu ke rumah itu. Tapi akhirnya setelah seminggu
tinggal di sana, akhirnya lu tahu kenapa rumah itu murah banget. Tiap
kali lu pergi kerja, ketika pulang lu menemukan benda-benda di dalam
rumah berpindah tempat. Semisal buku-buku yang lu susun di atas rak
tiba-tiba berubah susunannya. Begitu pula dengan sabun dan
perlengkapan mandi lainnya di kamar mandi berubah letaknya. Baju-baju
yang lu lipat rapi di dalam lemari juga berubah tempatnya. Sama pula
alat-alat dapur yang lu simpan di dapur juga berganti letak.
Lu berpikir, ada apa ini? Kok
benda-benda di rumah gue bergerak sendiri? Pasti ada hantunya nih?
"Mas, sepertinya ada penampakan di sebelah sana!" |
Akhirnya lu memanggil paranormal top,
mulai dari Roy Kiyoshi ampe Lorraine dan Ed Warren lu undang buat
memecahkan misteri itu. Namun tetap saja, lu nggak bisa memecahkan
misteri itu. Sama sekali nggak ada bukti keberadaan hantu di rumah
itu. Bahkan ketika lu pasang kamera CCTV di rumah, malah hasilnya
buram dan lu nggak bisa mengamati apapun. Lu pasang juga alat-alat
canggih yang katanya bisa mendeteksi hantu, tapi nggak ada hasilnya
juga. Nah dengan begitu, apa lu masih yakin bahwa rumah lu berhantu
walaupun sama sekali tidak ada buktinya?
Misalkan kamar itu adalah galaksi,
benda-benda yang berpindah sendiri adalah bintang yang kecepatannya
nggak sesuai dengan Hukum Newton, dan “hantu” yang lu anggap
bertanggung jawab adalah dark matter. Bagaimana kalian akan
menyikapinya?
Dilema tersebut membuat seorang
fisikawan yang cukup berani akhirnya memutar otak dan mengungkapkan
teorinya yang “out of the box”, bahkan terkesan metafisis.
Bagaimana jika bintang di bagian tepi galaksi bergerak lebih cepat
karena mereka memang mau bergerak lebih cepat.
Dengan kata lain, mereka memiliki
kesadaran.
TEORI
“PANPSYCHISM” NAN KONTROVERSIAL
Pernahkah terbersit di benakmu bahwa bintang-bintang yang bertebaran di langit sesungguhnya memiliki kesadaran seperti kita? |
Teori tersebut dikemukakan oleh Greg
Matloff, seorang profesor fisika dari New York City College of
Technology yang juga pernah bekerja untuk NASA, jadi jelas teori itu
bukan muncul dari fisikawan amatir yang abal-abal. Greg bahkan dengan
serius mempublikasikan teorinya itu di “Journal of Conciousness
Exploration and Research”. Greg sendiri sebenarnya terinspirasi
oleh seorang penulis fiksi ilmiah bernama Olaf Stapledon yang pernah
ia temui di ajang British Interplanetary Society. Olaf pernah
menuliskan di salah satu novelnya bahwa bintang-bintang di alam
semesta ini ditakdirkan “menari” dalam sebuah “cosmic ballet”
mengelilingi galaksi.
Namun tentu ilmuwan sekelas Mr.
Matloff tak hanya mendasarkan teorinya pada sebuah novel fiksi
semata. Ia juga merinci penelitian yang pernah dilakukan oleh seorang
ilmuwan Uni Soviet bernama Pavel Parenago. Pavel menyebutkan bahwa
bahwa bintang yang berada dalam kategori “bintang dingin”
(contohnya adalah Matahari kita) bergerak lebih cepat ketimbang
bintang yang berada dalam kategori “bintang panas”. Hal ini
lagi-lagi seolah melanggar hukum alam. Bukannya bintang yang lebih
panas harusnya bergerak lebih cepat karena memiliki lebih banyak
energi?
Mr. Matloff berpendapat bahwa ini
terjadi karena bintang mampu mengontrol kecepatannya sendiri
berdasarkan kehendaknya. Mau cepat, mau lambat, itu semua sesuai
dengan keinginannya. Dengan kata lain, bintang tersebut memiliki
kesadaran.
Namun muncul pertanyaan lain,
bagaimana bintang bisa memiliki kesadaran? Mr. Matloff memiliki ide
yang bahkan jauh lebih gila, yakni bintang mendapatkan kesadarannya
dari alam semesta. Dengan kata lain, seluruh alam semesta ini, tak
hanya bintang, memiliki kesadaran.
Teori ini disebut dengan
“Panpsychism”, berasal dari kata “pan” yang artinya seluruh,
“psyche” yang berarti “jiwa”, dan akhiran “-ism”
menandakan “paham”. Panpsychism yakni paham bahwa seluruh alam
semesta sesungguhnya memiliki jiwa.
Mungkin lu bertanya, Bang kali aja
Abang Mister itu orgil Bang gara-gara terlalu pintar? Emang ada Bang
ilmuwan-ilmuwan lain yang mendukung pendapatnya itu?
Apakah benar seisi semesta ini sesungguhnya sadar? |
Pada
2006, seorang fisikawan Jerman bernama Bernard Haisch juga
berpendapat bahwa alam semesta ini sesungguhnya memiliki kesadaran
yang disebut “proto-conciousness”, bahkan ia mencoba menjelaskan
mekanismenya. Sebelumnya, pada 1948, seorang fisikawan Belanda
bernama Hendrik Casimir menemukan apa yang disebut sebagai “Casimir
effect” dimana ternyata di dalam kondisi ruang angkasa yang vakum
(tak ada apapun di sana, bahkan partikel sekalipun) masih ada gaya
atau energi misterius yang disebut “quantum vacuum”. Mr. Haisch
menduga bahwa “proto-conciousness” dari alam semesta tersebut
“meresap masuk” ke dalam bintang menggunakan media “quantum
vacuum” tersebut.
Bayangkan aja lu punya sebuah kertas
tisu dan di lantai ada air yang bercampur dengan pewarna merah. Jika
lu lap lantai itu dengan tisu, maka tisu itu akan berubah merah.
Kenapa? Karena tentu pewarna merah itu masuk ke tisu menggunakan air
sebagai medianya, karena tisu menyerap air. Begitulah penjelasan
mudahnya.
Tak hanya itu, seorang dokter ahli
neuroscience bernama Christof Koch dari Allen Institute for Brain
Science sudah lama mempelajari tentang kesadaran pada otak manusia.
Ia-pun sepertinya sepaham dengan ide “Panpshychism” yang
digelontorkan Greg Matkoff, segila apapun kedengarannya.
Oke. Kita tak perlu memperdebatkan
apakah alam semesta memiliki kesadaran apa tidak, toh kita akan sulit
membuktikannya. Coba aja kalian ngobrol ama Matahari, kalo dijawab ya
syukur, kalo nggak dijawab mungkin dia introvert. Jangankan kita
mencoba menjawab pertanyaan apakah alam semesta sadar atau tidak,
menjawab pertanyaan yang paling sederhana mengapa manusia memiliki
kesadaran saja kita belum mampu.
Apakah dengan menjawab pertanyaan
tersebut, kita akan mendapat pencerahan?
Akhirnya sampai pada postingan ini. Keren Bang, namun jelas itu tidak akan mungkin terjadi. Kesadaran adalah hasil dari kerja biologis yang hanya mungkin muncul dari struktur yang ada di tubuh makhluk hidup, bukan benda mati. Ilmu biologi, zoologi dan ekologi termasuk fisika juga bertumpu pada hal ini. Terus menulis bang. Keren! Kapan-kapan kita discuss ya.
ReplyDeletesaya tidak sependapat dengan teori ini, sebab kalau bulan bisa ngomong pasti dia gak akan bohong
ReplyDeleteauto nyambung lirik lagu
Delete