Thursday, June 11, 2020

STELLAR ENGINES: MESIN-MESIN PERBINTANGAN BERSKALA EPIC UNTUK MENG-EVAKUASI SEANTERO TATA SURYA

Bayangkan jika suatu saat kita bisa memanipulasi dan memindahkan Matahari

Oke, anggap aja kita udah berhasil menciptakan Jupiter Brain dan ia meramalkan bahwa seantero Tata Surya kita ini akan musnah akibat ledakan hypernova yang berjarak amat dekat dengan kita, namun peristiwa itu baru akan terjadi 1 juta tahun yang akan datang. Apa yang akan kita lakukan? Jika teknologi kita udah sebegitu maju (minimal Type II dalam Skala Kardhasev, berarti sudah bisa membuat Bola Dyson) maka amat memungkinkan bagi kita untuk mengevakuasi tak hanya seisi Bumi, namun seluruh isi Tata Surya kita. Caranya, dengan memindahkan Matahari dan segenap isi Tata Surya-pun, mulai dari Merkurius hingga Pluto akan mengikutinya.

Alat yang memanipulasi bintang, termasuk memanen energi bahkan memindahkannya, disebut sebagai “stellar engine” atau “mesin perbintangan”. Keberadaan mereka akan amat berguna apabila kita menghadapi kondisi darurat, semisal sebuah bencana kosmis apokaliptik yang bisa memusnahkan seantero Tatat Surya kita.

Ada tiga kelas mesin perbintangan yang dipsotulatkan oleh para fisikawan visioner, yakni Class A, Class B, dan Class C. Namun ingat, syarat utama untuk menciptakan mesin perbintangan ini adalah kita sudah mencapai paling tidak Peradaban Type II dalam Skala Kardhasev.

So here we go!

STELLAR ENGINE CLASS A – SHKADOV THRUSTER

Ilustrasi sebuah Shkadov Thruster yang menaungi Matahari 

Stellar engine paling sederhana (walaupun bikinnya minta ampun susahnya dengan teknologi sekarang) adalah Class A yang disebut sebagai “Shkadov Thruster” yang diusulkan oleh Dr. Leonard Shkadov pada 1987. Mesin ini akan terdiri atas layar raksasa yang terbuat dari cermin, ukurannya minimal dua kali ukuran matahari. Layar ini harus menutupi satu sisi dari Matahari. Lalu bagaimana kerjanya?

Ilustrasi cara kerja stellar engine class A

Matahari senantiasa mengeluarkan energi, kita semua tahu itu. Ketika energi di salah satu sisinya menabrak layar cermin tadi, maka energi tersebut akan dipantulkan dan dapat diubah menjadi gaya dorong yang akan mendorong Matahari ke arah layar tersebut. Cara kerjanya hampir mirip kapal layar yang menggunakan kain lebar sebagai layar untuk menangkap energi angin sehingga kapalpun dapat bergerak.

Kita tinggal “menyetir” layar raksasa ini sehingga Matahari-pun bergerak ke arah yang kita mau. Ketika Matahari bergerak, maka gaya gravitasinya akan menarik planet-planet di seantero Tata Surya (termasuk Bumi) untuk mengikutinya. Salah satu penerapan lain Shkadov Thruster ini adalah untuk “menyingkirkan” Matahari dan 'mengundang” bintang lain ke Tata Surya kita bila Matahari terlalu tua.

Bayangkan, jika kita bisa memindahkan Matahari, maka kitapun dapat mengendalikan planet-planet di Tata Surya karena mereaka akan tunduk ke gaya gravitasi Matahari


Katakanlah 4,5 miliar tahun yang akan datang, kita tahu bahwa Matahari akan berubah menjadi Red Giant (Raksasa Merah) yang akan menelan kita semua dan memusnahkan Bumi berserta isinya. Oleh karena itu, sekitar satu miliar tahun sebelum hal itu terjadi, kita terlebih dahulu “memindahkan” Matahari ke tempat lain, mungkin ke dekat sebuah bintang yang akan menjadi Matahari baru kita. Kemudian sesampainya di sana, kita menggunakan layar kedua untuk memindahkan bintang itu ke posisi Matahari lama dan “menyingkirkan” Matahari lama sejauh mungkin dengan layar pertama. Maka alhasil, kita akan memiliki bintang baru yang akan mengayomi kita lebih lama, mungkin 4,5 miliar tahun lagi.

Ide gila? Memang, tapi bermanfaat kan? Sayangnya, Shkadov Thruster ini memiliki kelemahan. Dengan mengandalkan daya dorongnya saja, Matahari hanya akan bergerak dengan kecepatan 20 meter/detik. Dalam satu juta tahun, kita baru mencapai jarak 0,03 tahun cahaya. Itu ... pelan? Sebagai catatan aja, pesawat terbang mampu bergerak selama 250 meter/detik. Tapi ya mau gimana lagi, kan Matahari ukurannya gede? Kalo kita menghadapi event apokaliptik seperti hypernova tadi, mungkin keburu kiamat kita (kecuali kita tahunya jauh-jauh hari). Kita jelas membutuhkan mesin perbintangan yang lebih cepat.

Untuk alasan itulah kita perlu menilik kelas stellar engine berikutnya.


STELLAR ENGINE CLASS B: DYSON SPHERE

Ilustrasi sebuah peradaban tingkat II yang tengah memanen energi bintangnya menggunakan Bola Dyson

Ok, kalian pasti sudah nggak asing lagi ama “Bola Dyson” ini. Ide tentang “Bola Dyson” dipoposalkan oleh fisikawan bernama Freeman Dyson pada 1960. Jika kalian belum tahu, silakan baca artikel berikut ini. Dengan menciptakan “bola” di sekitar Matahari untuk menyerap cahayanya, kita akan mampu memanen energi. Tapi tentu saja, sifat Bola Dyson tidaklah propulsif atau bisa digunakan untuk berpindah tepat. Untuk melakukannya kita harus menggunakan mesin perbintangan kelas A yang digabung dengan kelas B untuk membentuk:


STELLAR ENGINE CLASS C: CAPLAN THRUSTER

Alkisah, sebuah channel YouTube yang membahas sains dengan jutaan subscribers bernama “Kurzgesagt” meminta bantuan seorang fisikawan dari Illinois State University, AS bernama Matthew Caplan untuk menyusun ide sebuah “stellar engine” yang bisa memindahkan Matahari lebih efisien ketimbang Shkadiv Thruster. Ia-pun menciptakan “Caplan Thruster” dengan mengombinasikan ide dari Skhadov Thruster dan energi yang didapat dari Bola Dyson. Namun kini alih-alih menggunakan Caplan Thruster yang dirasanya terlalu “kuno”, ia menggunakan konsep mesin yang dinamakan “Bussard Ramjet”.


Intinya begini, Caplan Thruster bisa menyerap energi dari Matahari. Namun sebagai tambahan energi, ia juga mendapat suntikan energi dari Bola Dyson yang menyedot energi Matahari. Kemudian Caplan Thruster akan “mendorong” Matahari menggunakan energinya sendiri. Laju mesin perbintangan ini jauh lebih cepat, yakni 200 km/detik. Dalam satu juta tahun, kita sudah mencapai jarak 10 parsec. Selamet deh!

Keberadaan stellar engine untuk “memanipulasi” bintang ini membuat gue berpikir. Jika kita bisa memindahkan seisi Tata Surya, bisakah suatu saat kelak nanti ada suatu peradaban tingkat tinggi (mungkin Type III) bisa memindahkan seisi galaksi ? Karena kita tahu bahwa inti sebuah galaksi adalah lubang hitam superbesar (disebut “Blazar” jika kalian sudah membaca postingan terdahulu gue tentang Bencana Kosmis), maka mungkin peradaban itu sudah mengetahui cara untuk memanipulasi lubang hitam dan “menggeretnya”. Dengan demikian, seluruh isi galaksi akan bergerak mengikutinya.

Ide-ide gila itu memang menarik untuk terus dieksplorasi. Namun ada suatu pemikiran (yang jsutru lebih ganjil lagi), apa bintang-bintang itu “mau” dipindahkan secara paksa oleh kita? Apakah perbuatan kita “merekayasa” Tata Surya hingga galaksi sehingga berbeda dengan kehendak Sang Pencipta akan mendatangkan kemurkaan mereka? Bagaimana bila bintang-bintang itu merasa “marah” karena perbuatan kita itu akan melanggar takdirnya dengan alam semesta?

Mengapa gue berpikir demikian? Karena di episode berikutnya, gue akan membahas sebuah teori menarik yang menggugah jiwa.

Bagaimana jika bintang, bahkan seluruh alam semesta, sesungguhnya memiliki kesadaran?

SUMBER: WIKIPEDIA



1 comment:

  1. Ketika kita membicarakan makhluk mati alias benda punya kesadaran, kita akan menafikan syarat-syarat makhluk hidup, setidaknya makhluk hidup pada umumnya. Oke, Bang Dave, gua meluncur ke postingan selanjutnya.

    ReplyDelete