Bayangkan jika suatu saat kita bisa memanipulasi dan memindahkan Matahari |
Oke,
anggap aja kita udah berhasil menciptakan Jupiter Brain dan ia
meramalkan bahwa seantero Tata Surya kita ini akan musnah akibat
ledakan hypernova yang berjarak amat dekat dengan kita, namun
peristiwa itu baru akan terjadi 1 juta tahun yang akan datang. Apa
yang akan kita lakukan? Jika teknologi kita udah sebegitu maju
(minimal Type II dalam Skala Kardhasev, berarti sudah bisa membuat
Bola Dyson) maka amat memungkinkan bagi kita untuk mengevakuasi tak
hanya seisi Bumi, namun seluruh isi Tata Surya kita. Caranya, dengan
memindahkan Matahari dan segenap isi Tata Surya-pun, mulai dari
Merkurius hingga Pluto akan mengikutinya.
Alat
yang memanipulasi bintang, termasuk memanen energi bahkan
memindahkannya, disebut sebagai “stellar engine” atau “mesin
perbintangan”. Keberadaan mereka akan amat berguna apabila kita
menghadapi kondisi darurat, semisal sebuah bencana kosmis apokaliptik
yang bisa memusnahkan seantero Tatat Surya kita.
Ada tiga
kelas mesin perbintangan yang dipsotulatkan oleh para fisikawan
visioner, yakni Class A, Class B, dan Class C. Namun ingat, syarat
utama untuk menciptakan mesin perbintangan ini adalah kita sudah
mencapai paling tidak Peradaban Type II dalam Skala Kardhasev.
STELLAR
ENGINE CLASS A – SHKADOV THRUSTER
Ilustrasi sebuah Shkadov Thruster yang menaungi Matahari |
Stellar
engine paling sederhana (walaupun bikinnya minta ampun susahnya
dengan teknologi sekarang) adalah Class A yang disebut sebagai
“Shkadov Thruster” yang diusulkan oleh Dr. Leonard Shkadov pada
1987. Mesin ini akan terdiri atas layar raksasa yang terbuat dari
cermin, ukurannya minimal dua kali ukuran matahari. Layar ini harus
menutupi satu sisi dari Matahari. Lalu bagaimana kerjanya?
Ilustrasi cara kerja stellar engine class A |
Matahari senantiasa mengeluarkan energi, kita semua tahu itu. Ketika energi di salah satu sisinya menabrak layar cermin tadi, maka energi tersebut akan dipantulkan dan dapat diubah menjadi gaya dorong yang akan mendorong Matahari ke arah layar tersebut. Cara kerjanya hampir mirip kapal layar yang menggunakan kain lebar sebagai layar untuk menangkap energi angin sehingga kapalpun dapat bergerak.
Kita
tinggal “menyetir” layar raksasa ini sehingga Matahari-pun
bergerak ke arah yang kita mau. Ketika Matahari bergerak, maka gaya
gravitasinya akan menarik planet-planet di seantero Tata Surya
(termasuk Bumi) untuk mengikutinya. Salah satu penerapan lain Shkadov
Thruster ini adalah untuk “menyingkirkan” Matahari dan
'mengundang” bintang lain ke Tata Surya kita bila Matahari terlalu
tua.
Bayangkan, jika kita bisa memindahkan Matahari, maka kitapun dapat mengendalikan planet-planet di Tata Surya karena mereaka akan tunduk ke gaya gravitasi Matahari |
Katakanlah
4,5 miliar tahun yang akan datang, kita tahu bahwa Matahari akan
berubah menjadi Red Giant (Raksasa Merah) yang akan menelan kita
semua dan memusnahkan Bumi berserta isinya. Oleh karena itu, sekitar
satu miliar tahun sebelum hal itu terjadi, kita terlebih dahulu
“memindahkan” Matahari ke tempat lain, mungkin ke dekat sebuah
bintang yang akan menjadi Matahari baru kita. Kemudian sesampainya di
sana, kita menggunakan layar kedua untuk memindahkan bintang itu ke
posisi Matahari lama dan “menyingkirkan” Matahari lama sejauh
mungkin dengan layar pertama. Maka alhasil, kita akan memiliki
bintang baru yang akan mengayomi kita lebih lama, mungkin 4,5 miliar
tahun lagi.
Ide
gila? Memang, tapi bermanfaat kan? Sayangnya, Shkadov Thruster ini
memiliki kelemahan. Dengan mengandalkan daya dorongnya saja, Matahari
hanya akan bergerak dengan kecepatan 20 meter/detik. Dalam satu juta
tahun, kita baru mencapai jarak 0,03 tahun cahaya. Itu ... pelan?
Sebagai catatan aja, pesawat terbang mampu bergerak selama 250
meter/detik. Tapi ya mau gimana lagi, kan Matahari ukurannya gede?
Kalo kita menghadapi event apokaliptik seperti hypernova tadi,
mungkin keburu kiamat kita (kecuali kita tahunya jauh-jauh hari).
Kita jelas membutuhkan mesin perbintangan yang lebih cepat.
Untuk
alasan itulah kita perlu menilik kelas stellar engine berikutnya.
STELLAR
ENGINE CLASS B: DYSON SPHERE
Ilustrasi sebuah peradaban tingkat II yang tengah memanen energi bintangnya menggunakan Bola Dyson |
Ok, kalian pasti sudah nggak asing lagi ama “Bola Dyson” ini. Ide tentang “Bola Dyson” dipoposalkan oleh fisikawan bernama Freeman Dyson pada 1960. Jika kalian belum tahu, silakan baca artikel berikut ini. Dengan menciptakan “bola” di sekitar Matahari untuk menyerap cahayanya, kita akan mampu memanen energi. Tapi tentu saja, sifat Bola Dyson tidaklah propulsif atau bisa digunakan untuk berpindah tepat. Untuk melakukannya kita harus menggunakan mesin perbintangan kelas A yang digabung dengan kelas B untuk membentuk:
STELLAR
ENGINE CLASS C: CAPLAN THRUSTER
Alkisah,
sebuah channel YouTube yang membahas sains dengan jutaan subscribers
bernama “Kurzgesagt”
meminta bantuan seorang fisikawan dari Illinois State University, AS
bernama Matthew Caplan untuk menyusun ide sebuah “stellar engine”
yang bisa memindahkan Matahari lebih efisien ketimbang Shkadiv
Thruster. Ia-pun menciptakan “Caplan Thruster” dengan
mengombinasikan ide dari Skhadov Thruster dan energi yang didapat
dari Bola Dyson. Namun kini alih-alih menggunakan Caplan Thruster
yang dirasanya terlalu “kuno”, ia menggunakan konsep mesin yang
dinamakan “Bussard Ramjet”.
Intinya
begini, Caplan Thruster bisa menyerap energi dari Matahari. Namun
sebagai tambahan energi, ia juga mendapat suntikan energi dari Bola
Dyson yang menyedot energi Matahari. Kemudian Caplan Thruster akan
“mendorong” Matahari menggunakan energinya sendiri. Laju mesin
perbintangan ini jauh lebih cepat, yakni 200 km/detik. Dalam satu
juta tahun, kita sudah mencapai jarak 10 parsec. Selamet deh!
Keberadaan
stellar engine untuk “memanipulasi” bintang ini membuat gue
berpikir. Jika kita bisa memindahkan seisi Tata Surya, bisakah suatu
saat kelak nanti ada suatu peradaban tingkat tinggi (mungkin Type
III) bisa memindahkan seisi galaksi ? Karena kita tahu bahwa inti
sebuah galaksi adalah lubang hitam superbesar (disebut “Blazar”
jika kalian sudah membaca postingan terdahulu gue tentang Bencana Kosmis), maka mungkin peradaban itu sudah mengetahui cara untuk
memanipulasi lubang hitam dan “menggeretnya”. Dengan demikian,
seluruh isi galaksi akan bergerak mengikutinya.
Ide-ide
gila itu memang menarik untuk terus dieksplorasi. Namun ada suatu
pemikiran (yang jsutru lebih ganjil lagi), apa bintang-bintang itu
“mau” dipindahkan secara paksa oleh kita? Apakah perbuatan kita
“merekayasa” Tata Surya hingga galaksi sehingga berbeda dengan
kehendak Sang Pencipta akan mendatangkan kemurkaan mereka? Bagaimana
bila bintang-bintang itu merasa “marah” karena perbuatan kita itu
akan melanggar takdirnya dengan alam semesta?
Mengapa
gue berpikir demikian? Karena di episode berikutnya, gue akan
membahas sebuah teori menarik yang menggugah jiwa.
Bagaimana
jika bintang, bahkan seluruh alam semesta, sesungguhnya memiliki
kesadaran?
SUMBER:
WIKIPEDIA
Ketika kita membicarakan makhluk mati alias benda punya kesadaran, kita akan menafikan syarat-syarat makhluk hidup, setidaknya makhluk hidup pada umumnya. Oke, Bang Dave, gua meluncur ke postingan selanjutnya.
ReplyDelete