Apakah
kalian menikmati musim hujan? Mungkin ada yang suka sama hujan
(biasanya sih buat kalian yang romantis nih) atau ada juga yang benci banget ama
musim hujan (apalagi yang pake motor). Saat musim seperti ini memang
hujan bisa turun setiap hari, kadang dari pagi ampe sore. Namun jika
musim hujan selama 6 bulan saja sudah membuat kalian kesel, bagaimana
dengan hujan yang berlangsung selama 2 juta tahun???
Hah,
emangnya bisa Bang? Bisa, bahkan sudah pernah. Periode hujan selama 2
juta tahun itu terjadi pada zaman purba (kala manusia belum ada) dan
disebut dengan “Carnian Pluvial Event”, sekitar 230 juta tahun
lalu. Uniknya, peristiwa inilah yang menyebabkan dinosaurus merajai
masa berikutnya, yakni Era Jurassic.
Secara
geologis, Bumi ini semenjak terbentuk (sekitar 4,6 miliar tahun lalu)
hingga sekarang, dibagi menjadi beberapa zaman. Zaman pertama disebut
“Precambrian” (artinya “Sebelum Cambrian”) dimana pada
pertengahan masa ini (menurut Teori Evolusi), kehidupan mulai muncul.
Hal ini dibuktikan dengan munculnya fosil pertama berupa bakteri yang
berusia 3 miliar tahun. Masa kedua disebut “Palaeozoic”, dibagi
menjadi beberapa era, di antaranya yang paling terpenting adalah Masa
“Cambrian”, dimana kehidupan yang sederhana tiba-tiba “meledak”
menjadi begitu banyak jenis makhluk hidup yang amat rumit.
Makhluk-makhluk aneh penghuni era Palaeozoic |
Masa berikutnya disebut masa “Mesozoic”, dimana pada masa ini kehidupan di darat mulai berkembang dan muncul makhluk dari masa lalu yang paling terkenal, yakni dinosaurus. Masa terakhir adalah masa yang kita jalani sekarang, yakni “Cenozoic” yang dimulai dengan musnahnya dinosaurus dan kehidupan di darat didominasi oleh mamalia (termasuk kita).
Masa
Mesozoic yang kita bicarakan saat ini terbagi lagi menjadi 3 era,
yakni Triassic, Jurassic, dan Cretaceous. Pada masa Triassic inilah
terjadi peristiwa “Carnian Pluvial Event”. Pada awal masa
Triassic, Bumi tidaklah seperti yang kita kenal saat ini. Tidak ada 5
benua seperti sekarang. Semua benua dan daratan bergabung menjadi
satu superbenua mahaluas yang dinamakan “Pangaea” (berasal dari
kata “Pan” artinya “seluruh” dan “Gaia” yang merupakan
nama Dewi Bumi dalam mitologi Yunani. Lautanpun tidak terbagi menjadi
4 samudra seperti sekarang, namun hanya ada satu lautan tunggal yang
disebut Samudra Tethys (dinamai sesuai nama istri Dewa Poseidon).
Karena
hanya ada satu daratan yang superluas, angin dari lautan yang membawa
udara basah tak pernah bisa sampai ke dalam Superbenua Pangaea.
Akibatnya, iklim di superbenua itupun kering kerontang. Lanskapnya
didominasi oleh gurun yang panas dan didiami oleh hewan-hewan aneh,
salah satunya seperti Kannemeyeriiform dicynodonts dan
Hyperodapedon rhynchosaurs yang kedua-duanya merupakan
herbivora (silakan googling sendiri untuk melihat keanehan makhluk-makhluk itu). Sudah ada
pula jenis dinosaurus yang sudah hidup pada kala itu, namun masih
berukuran kecil, semisal Eoraptor.
Namun
tiba-tiba iklim yang panas pada masa Carnian digantikan seketika oleh
iklim basah dan lembap yang ditandai oleh hujan yang turun selama
bertahun-tahun. Masa itu disebut “Carnian Pluvial Event” atau
CPE. Apakah penyebabnya? Ternyata perubahan iklim purba tersebut
dipacu oleh meletusnya gunung-gunung berapi yang disebut “Wrangellia”
(sekarang Kanada dan Alaska) yang memicu pelepasan gas-gas rumah kaca
seperti CO2 dan SO2.
Bak
masa modern kita, gas-gas tersebut memicu terjadinya “global
warming” yang kemudian akan mempercepat siklus air, akibatnya hujan
akan turun secara terus-menerus. Jika itu belum cukup, di wilayah
yang kini menjadi bagian timur Benua Eropa, muncul barisan pegunungan
baru yang disebut “Cimmerian Orogen” yang menciptakan iklim
monsoon di Pangaea.
Makhluk-makhluk yang hidup di Pangaea harus beradaptasi menghadapi hujan yang turun selama dua juta tahun |
Namun
bagaimana kehidupan di Pangaea menyesuaikan diri dengan perubahan
iklim yang mendadak tersebut? Sayangnya, peristiwa CPE menyebabkan
kepunahan massal makhluk-makhluk penghuni Pangaea yang telanjur
beradaptasi dengan iklim kering. Tak hanya di darat, bahkan makhluk
penghuni lautpun banyak yang mengalami kepunahan. Lho kok bisa? Kan
cuma hujan doang, apa hubungannya? Ternyata “global warming”
purba itu juga memacu “acidifikasi” atau air laut berubah menjadi
asam, yang akhirnya memicu kepunahan massal para penghuni laut kala
itu.
Namun
peristiwa CPE ini justru merupakan kabar baik bagi para dinosaurus.
Dinosaurus merupakan hewan berdarah panas, artinya mereka bisa
mengatur suhu tubuhnya sendiri (disebut juga “homoiotermik).
Lawannya adalah “poikilotermik” atau hewan berdarah dingin. Hewan
berdarah panas bisa bertahan hidup lebih baik ketika menghadapi
perubahan suhu dari panas menjadi dingin akibat hujan yang turun
terus-menerus. Hujan yang turun terus menerus juga membuat tanaman
menjadi tumbuh subur dan muncullah hutan-hutan yang didominasi pohon
paku raksasa.
Tak
jelas bagaimana CPE berakhir, mungkin ada kaitannya dengan Benua
Pangea yang terbelah dua menjadi Gondwana (Amerika Selatan, Afrika,
Antartika, Australia, dan India) dan Laurasia (Eropa, Asia, dan
Amerika Utara). Tapi yang jelas hujan yang turun selama 2 juta tahun
itu, selain memusnahkan banyak kehidupan, juga menyebabkan jenis
kehidupan lain berjaya dan muncul sebagai pemenang.
Dinosaurus raksasa seperti Stegosaurus ini merajai Bumi setelah masa CPE berakhir berkat seleksi alam berupa hujan selama 2 juta tahun |
Akibat
peristiwa CPE ini, pada masa Jurassic (masa setelah Triassic
berakhir), duniapun dijajah oleh dinosaurus-dinosaurus raksasa.
Lautan dikuasai oleh Icthyosaurus (yang di Jurassic World itu loh)
dan Plesiosaurus (kalo pernah tahu monster Loch Ness, nah monster
Loch Ness ini diduga adalah Pleisosaurus). Sementara itu daratan
dikuasai oleh Stegosaurus dan Brachiosaurus. Predator terbesar kala
itu adalah Allosaurus.
Pastinya
ribet ya kalo kita tinggal di masa CPE tersebut, harus sedia payung
setiap hari, belum lagi banjirnya pasti bikin stress (tambah lagi masih dikejar-kejar dino). Tapi hal ini
juga menjadi pengingat bagi kita, bagaimana perubahan iklim bisa
memicu bencana yang mahadahsyat. Jika CPE di masa Triassic dipacu
oleh sebab-sebab alami, perubahan iklim yang terjadi sekarang justru
karena ulah manusia. Jadi, bersiap-siap saja, karena apa yang kita
tabur, pasti akan kita tuai.
2 juta tahun mah dari kakeknya lahir sampe keturunan ketujuh mati juga masih ujan 😂
ReplyDeleteOiya koreksi dikit yang di Jurassic World itu Mossasaurus, sama2 makhluk laut sih tapi bentuknya beda hehe
Eh bukan ya 😅 udah lama soalnya gw terakhir liat liat jurassic world
DeleteKira2, pawang hujan bisa hentiin tuh hujan apa kagak ya?
ReplyDeleteBang punteun, setau saya dinosaurus kan termasuk reptil, nah reptil bukannya poikiloterm?
ReplyDeleteIni masih jadi perdebatan sih, tapi ada yg menganggap dinosaurus itu peralihan antara reptil (berdarah dingin) ke burung (berdarah panas)
DeleteKalo penasaran coba tengok channel yutub pbs eons, biar lebih paham
Delete