Kita tahu bahwa Hollywood adalah
gudangnya film-film berkualitas. Akan tetapi ada pula rumah-rumah
produksi di sana yang menghasilkan film dengan kualitas yang
pas-pasan. Film-film itu sering disebut dengan di istilah “B-Movie”.
Akan tetapi kehadiran film B-Movie ini juga bisa menjadi hiburan
tersendiri. Ada pepatah yang menyebutkan “It's so bad, it's good”.
Biasanya justru akting pas-pasan atau naskah maupun dialog yang
enggak masuk akal dari film itu bisa mengundang gelak tawa, meskipun
film itu sebenarnya bukan komedi. Nggak heran ada beberapa channel
YouTube seperti “Cine-Crib” atau “I Hate Everything” yang
isinya menertawakan segala ketidaklogisan ataupun kekonyolan dalam
film tersebut.
Jika kalian tertarik ingin
menikmati, eh maaf, menertawakan film-film tersebut, maka gue bisa
berikan tiga sutradara dan aktor yang disebut-sebut sebagai “The
(Un)Holy Trinity of Bad Movie”. Mereka adalah James Nguyen, Tommy
Wiseau, dan Neil Breen. Kualitas film buatan mereka terkenal amat
buruk sehingga membuat para penontonnya merasa “cringe” (sebelum
gue menonton YouTube, gue sama sekali nggak tahu apa itu artinya
“cringe”, gue pikir itu nama makanan khas di Indonesia alias
cringe tempe).
Pasti kalian bertanya-tanya, emang
seburuk apa sih film-film mereka? Nah berikut ini akan gue bahas
kiprah mereka berbeda bertiga. Siapa tahu mereka akanmenginspirasi
kalian dan menjadi idola baru kalian. Silakan disimak!
1.
BIRDEMIC: SHOCK AND TERROR
Directed
by: James Nguyen
Famous Quote: "I like sales. It fits my personality"
“Birdemic: Shock and Terror” merupakan film besutan sutradara Amerika berdarah Vietnam bernama
James Nguyen. Film ini konon terinspirasi oleh oleh film bergenre
psychological thriller legendaris berjudul “Birds” yang diarahkan
oleh sutradara kawakan Alfred Hitchcock. Film yang penuh dengan pesan
moral menjaga lingkungan dari global warming ini menceritakan
sepasang kekasih yang menghadapi kiamat ekologis yang dipicu oleh
burung-burung monster. Burung-burung mutan itu terus mengamuk dan
memakan banyak korban manusia demi membalas dendam atas kerusakan
lingkungan. Burung-burung tersebut tak hanya menyerang manusia, namun
juga meledakkan pom bensin dan tempat-tempat lain yang menghasilkan
bahan bakar fosil melalui kekuatan super mereka.
Kedengarannya keren ya Tapi sumpah
begitu melihat film ini yang ada kalian bakal ngakak bukannya
deg-degan ataupun seram (walaupun film ini harusnya psychological
thriller). Alasannya karena sutradara film ini memiliki kemampuan
pas-pasan. Ditambah kualitas akting para pemerannya juga amat kaku
dan “laughable”, selain itu plotnya juga lambat dan membosankan.
Belum lagi special effect-nya ... huuuuh. Sebagai gambaran tentang
film ini gue akan kasih lihat salah satu cuplikan adegan paling
terkenal dari film ini yakni “Hanger Scene”.
Kalian boleh ketawa sepuasnya,
please go ahead. Yap, itulah para burung-burung monster yang harus
mereka hadapi sepanjang film berlangsung. Special effect-nya emang
bikin kita sebagai orang Indonesia, bangga. Lho kok bisa? Soalnya at
least sinetron Indosiar special effect-nya lebih bagusan ketimbang
film Hollywood ini, jadi sekali-kali bisa lah kita ngalahin film
produksi luar negeri. Dan jangan salah lho, walaupun penampilannya
kurang meyakinkan, tapi burung-burung ini amat mengerikan sebab
tai-nya saja bisa meledakkan apapun yang di-crotinya. Ampuh kan?
Walaupun bikin ngakak dan
kualitasnya pun bikin geleng-geleng kepala, film ini justru jadi
viral dan terkenal. Tentu saja film ini akan mengecewakan apabila
kalian mengharapkan film horor yang menegangkan. Tapi jangan
khawatir, film ini masih sesuai kok dengan judulnya “Shock and
Terror” karena begitu melihatnya kalian pasti akan “shock”
melihat akting para pemerannya yang seperti enggak niat main
film ini.
Saking terkenalnya, film inipun
dibuat sekuelnya, yakni “Birdemic: Resurrection” dimana selain
menghadapi burung-burung monster dengan CGI asal-asalan, mereka harus
menghadapi manusia purba yang bangkit dari kubur ... hmm, ok. Gue aja
nggak kepikiran lho bisa bikin jalan cerita penuh “twist” kayak
gitu. Tetapi sayang walaupun dibikin semirip mungkin kayak
pendahulunya (alias masih “cringe-able”), tetap saja film
sekuelnya itu tak mampu meraih status legendaris seperti film
pertamanya.
2. THE ROOM
Directed by: Tommy Wiseau
FAMOUS QUOTE: "You're tearing me apart, Lisaaaaa!!!"
Beranjak ke film kedua yang masih
“cringe-worthy”, gue akan memperkenalkan kalian kepada seorang
sosok sineas visioner bernama Tommy Wiseau. Tentu saja karena gue
membahas film-film B-movie, maka sudah jelas sutradara ini punya
bakat terpendam untuk membuat kita semua “cringe”.
Film yang dibesut oleh Tommy Wiseau
ini berjudul “The Room” dan bergenre “romantic-tragedy drama”,
yah mirip-mirip lah sama film “Titanic” besutan James Cameron.
Film “The Room” ini mengisahkan sosok yang diperankan oleh Tommy
Wiseau sendiri sebagai pria yang dikhianati oleh orang-orang
terdekatnya, termasuk kekasih serta sahabatnya sendiri, serta
problematika keluarga yang dihadapinya, termasuk saat orang
terdekatnya didiagnosis mengidap sakit kanker bahkan ada yang
terjerumus ke dunia narkotika.
Melihat sinopsisnya mungkin cukup
meyakinkan ya. Akan tetapi bukannya meraih nominasi Oscar seperti
film “Titanic”, film ini malah merasakan nasib serupa seperti
kapal Titanic beneran, yakni karam di lautan dingin dari ejekan para
kritikus film yang dibuat ngakak abis-abisan oleh kualitas filmnya.
Bagaimana tidak, walaupun secara sinematografi dan editing film ini
jauh lebih “smooth” dan “profesional” ketimbang “Birdemic”
serta akting tokoh-tokoh pembantunya sudah cukup meyakinkan, justru
akting Tommy sendiri sebagai bintang utama yang malah membuat
“cringe” para penontonnya. Aktingnya terlihat dibuat-buat (bahkan
ketawanya aja keliatan nggak ikhlas), dialognya pun terkesan tidak
masuk akal. Sebagai contoh, ada adegan dimana karakter Tommy ini
sedang ngopi bareng di kafe bareng sahabatnya sambil ngobrol casual
dan suddenly out of nowhere, dengan sangat random Tommy ini nanya,
“How's your sex life?” pada sahabatnya ini (dan dijawab pula
dengan sama casual-nya).
Mungkin seandainya Tommy hanya
bermain di belakang layar dan nggak ikut berperan dalam film ini,
mungkin film ini masih bisa lah diluncurkan “direct to DVD” dan
mungkin dapat skor “lumayan” dari kritikus film. Tiap adegannya
udah cukup meyakinkan kok sebagai film drama, apalagi gue akuin
endingnya cukup mengena sebagai film yang mengekploitasi tragedi.
Tapi mungkin Tommy mungkin udah kebelet ingin dikenal sebagai aktor
serba bisa ya? Mungkin Tommy berhasrat ingin menjadi the next
Leonardo DiCaprio dengan memerankan tokoh utama dalam filmnya
sendiri. Tapi yang ada justru keberadaannya dalam film ini justru
mengacaukan segalanya. Sebagai contoh betapa buruknya film ini
silakan saja lihat saja cuplikan dari YouTube berikut ini
Uniknya, buku yang ditulis sebagai
memoir tentang film “The Room” ini justru laris manis dan menjadi
best seller. Dalam bukunya itu, sang aktor yang memerankan tokoh
sahabat dalam film ini bercerita tentang pengalamannya berperan dalam
film terburuk sepanjang masa ini. Bahkan kelak buku itu kemudian
diangkat ke dalam layar lebar menjadi film berjudul “The Disaster
Artist” dan dibintangi oleh James Franco. Malahan film tersebut
yang meraih nominasi Oscar sebagai “Best Picture”. Well, paling
nggak masih ada kan hikmah dari pembuatan film ini?
Nah setelah membahas dua film ini,
kita akan beranjak ke sang “Godfather-nya” bad movie, yakni tak
lain dan tak bukan adalah ...
3. ANYTHING MADE BY NEIL
BREEN (OH, GOD)
FAMOUS QUOTE: "I Cannot believe you committed suicide! I Cannot believe you committed suicide! How could you have done this? How could've you committed suicide?"
Neil Breen adalah seorang adalah
seorang pengacara asal Las Vegas yang cukup sukses dengan usahanya.
Buktinya ia berhasil mengumpulkan pundi-pundi uang untuk mewujudkan
impiannya sebagai seorang sutradara pembuat film serta aktor
Hollywood. Well, mengejar mimpi sih boleh-boleh saja akan tetapi
tetap harus realistis dengan kemampuannya. Selama karirnya Neil Breen
sudah menelurkan 4 film antara lain
1. “Double Down” (sebuah film bertema spionase tentang mata-mata yang juga berprofesi sebagai hacker yang dikejar-kejar pembunuh bayaran dan berusaha membalas dendam setelah kekasihnya dibunuh)
2. "I Am Here ... Now” (tentang sosok manusia berkekuatan supranatural yang terjebak dalam intrik dunia geng dan kekerasan di Los Angeles),
3. “Fateful Findings” (tentang seorang pria paruh baya biasa yang berupaya mematahkan konspirasi global dan menyelamatkan dunia dengan kemampuan hacking-nya, namun terjebak dalam cinta segitiga)
4. “Twisted Pairs” (tentang dua saudara kembar yang terpisah dan memilih jalan masing-masing, salah satunya masih memegang teguh hati nuraninya dan harus melawan organisasi yang mengancam dunia melalui penelitian rekayasa genetikanya)
5. “Pass Thru” (tentang sosok artificial intelligence yang turun ke bumi untuk memusnahkan umat manusia, bisakah dia dihentikan?)
Wow, dari sinopsisnya, film-filmnya
kedengaran keren ya? Kalian semua pasti langsung tahu bahwa banyak
banget konsep sci-fi hingga action thriller di film-filmnya (belum
lagi ada unsur romance). Will he be the next George Lucas atau Russo
Brothers?
Gue nggak mau terlalu banyak
basa-basi membahas sosok ini sebaiknya kalian lihat sendiri saja
buktinya melalui trailer di bawah ini, yakni dari salah satu filmnya
yang berjudul “Twisted Pairs”
Reaksi readers yang pernah liat B-movie: “Hmmmm .... ok?”
Reaksi readers yang belum pernah liat B-movie: “WTF did I just see???”
Dan kalian yang ingin mengetahui
kualitas aktingnya yang “cringe” dapat melihatnya dalam adegan
terkenal berikut ini. Adegan ini diambil dari filmnya “Faithful
Findings” dimana di adegan ini dia menemukan sahabatnya bunuh diri.
Dialog legendaris dalam film ini
nggak hanya “I cannot believe you commited suicide” (yang
kayaknya cocok juga dipake di ending “The Room”) tapi juga “I
can't help you out of this one, Jim”. DUDE, HE'S ALREADY F*CKING DEAD! Selain kualitas aktingnya “mumpuni”, kelihatan film ini
juga punya naskah yang absurd.
Sekarang dalam mengerti kan kenapa
Neil Breen disebut sebagai pakarnya film jelek. Karena walaupun gue
akui dia memiliki visi, tapi sepertinya dia nggak bisa mewujudkannya
dalam bahasa sinematik yang indah maupun mantap. Emang banyak sih
sutradara yang otodidak dan nggak punya titel sebagai lulusan akademi
perfilman, tapi ternyata bisa kok mencapai kualitas film yang bagus
melalui pengalaman. Tetapi sepertinya Neil Breen ini nggak berkaca
ataupun belajar dari pengalamannya sendiri. Melihat film-filmnya,
tidak bisa dipungkiri dia seperti tidak mau melihat kenyataan bahwa
dia memang nggak berbakat menjadi sineas. Mungkin bisa sebagai
produser, tapi jika dia punya duit, bukannya dia bisa meng-hire
orang-orang yang lebih berdedikasi di bidangnya supaya filmnya makin
bagus?
Jika kita mendalami film-film karya
Neil Breen ini, kita akan sadar bahwa film-filmnya memiliki kata
tema yang sama atau bahkan mungkin memiliki kesamaan adegan-adegan
seperti:
- Neil Breen selalu memerankan tokoh utama nama yang memiliki nilai moral yang tinggi
- Hampir semua filmnya berkisah dirinya memiliki kekuatan supranatural dan menjadi sosok yang mampu menyelamatkan dunia
- Selalu ada tokoh-tokoh cewek yang seksi yang anehnya selalu mau berpacaran dengannya dengan walaupun umurnya 2 kali lebih tua dari mereka
- Tokoh-tokoh cewek ini sepertinya ini memiliki tren fashion terbaru yakni “braless” karena mereka semua nggak pernah memakai bra
- Penampilannya selalu melibatkan laptop-laptop yang dianiaya. Dalam beberapa filmnya dia memang berperan sebagai seorang hacker, tapi ia sendiri tidak tahu seperti apa pekerjaan hacker itu karena dia membayangkan hacker melancarkan aksinya dengan menggunakan tiga laptop sekaligus yang semuanya dalam keadaan layarnya mati
Selain akting, hampir semua aspek
dalam filmnya ini amat berkualitas B-ajah, bisa dilihat dari visual
efeknya yang merupakan unsur paling kocak dari filmnya. Ya iyalah,
yang lain pake software canggih bernilai jutaan dollar, dia malah
pake Photoshop yang jelas terlihat dalam setiap adegannya. Walaupun
tidak punya kemampuanpun, setidaknya dia bisa belajar bukan sehingga
film-filmnya semakin lama akan semakin bagus? Tetapi tidak seperti
itu kenyataan yang kita hadapi. Bahkan karena semua filmnya selalu
memiliki tema yang sama, yaitu ia berperan sebagai seorang Dewa atau
Pahlawan, ada pula yang menyebut Neil Breen. memiliki kelainan
narsistik dan megalomania.
Ada pula satu keprihatinan gue
tentang para so-called director yang juga merangkap sebagai pembuat
naskah dan aktor utama ini. Sudah suatu hal yang lumrah jika mereka
merangkap tugas seperti ini, bisa dipastikan akan ada “abuse of
power”, semisal adanya adegan “bed scene” dimana sang aktor
utama akan “ena ena” dengan sang aktris utama. Apakah
“multitasking” tanpa melihat kredibiltas aktingnya ini sebenarnya
bertujuan agar bisa melakukan menggerayangi para aktris cantik ini?
Walaupun gue membuat postingan ini,
bukan berarti gue nggak menghargai karya-karya mereka lho. Susah kok
bikin film itu, butuh kerja sama dari orang banyak dan bakalan banyak
tantangan dan hambatan selama pembuatan film. Gue pernah melihat
sebuah dokumentasi dari YouTuber sekaligus “mantan” sineas
bernama Austin McConnell yang membuat pengakuan “trenyuh” dan
inspiratif tentang struggle-nya dalam membuat film. Different with
these people, gue rasa Austin adalah seorang film-maker berbakat dan
berdedikasi, bisa terlihat dari kualitas video-videonya yang semakin
meningkat. Dia juga mau belajar dari pengalamannya bahkan
membagikannya dengan para viewers-nya.
Gue rasa memang ada sih sisi-sisi
positif yang bisa kita ambil dari para worst-moviemaker ini, yakni
usaha dan kemauan mereka untuk menggapai mimpi mereka serta visi
untuk memperbaiki masyarakat melalui film mereka (James Nguyen ingin
meningkat rasa cinta lingkungan dan Neil Breen ingin memberantas
korupsi). Tapi gue harap deh ke depannya mereka semakin memperhatikan
kualitas film mereka, bukan malah bangga dengan kejelekan film
mereka, bahkan mengeksploitasinya demi meraup keuntungan. Karena
nggak dapat dipungkiri, keburukan film itu justru bisa menjadi sisi
marketing yang handal dalam hal menyebarluaskan film tersebut, tentu
lewat viralnya di social media.
Sebagai penutup, silakan nikmati
salah satu adegan dalam film B-movie ini (gue nggak tahu judulnya apa
tapi cukuplah buat kalian sebagai hiburan malam ini).
(sumber)
coba nonton the house of the dead bang yang taun 2003. so bad that it is so good.
ReplyDeleterequest kasus don paramo bang dave hehe
Gw masih ingat banget scene legendary-nya The Room yang pada bagian:
ReplyDelete"Oh, hi Mark.". Sumpah, ngakak bener.
Gua udah liat cuplikan video di atas dan sumpah bener-bener bikin ngakak, astaga kagak niat amat bikin film(sepertinya sengaja) :v
ReplyDeleteudah nonton the disaster artist, dan emang waktu penayangan itu awalnya penonton semuanya kayak ¨what the..¨ tapi lama lama mereka kayak nikmatin aja keanehan itu.¨
ReplyDeleteterus Tommy ini siapa sih? kan di the disaster artist itu temennya ambil duit, tapi kata tellernya rekening Tommy itu rekening tak berujung. penasaran akutuh :(
Reuni Z ga termasuk nih?
ReplyDelete