Tuesday, September 3, 2019

INILAH TIGA SUTRADARA DAN FILM TERBURUK DALAM SEJARAH PERFILMAN HOLLYWOOD



Kita tahu bahwa Hollywood adalah gudangnya film-film berkualitas. Akan tetapi ada pula rumah-rumah produksi di sana yang menghasilkan film dengan kualitas yang pas-pasan. Film-film itu sering disebut dengan di istilah “B-Movie”. Akan tetapi kehadiran film B-Movie ini juga bisa menjadi hiburan tersendiri. Ada pepatah yang menyebutkan “It's so bad, it's good”. Biasanya justru akting pas-pasan atau naskah maupun dialog yang enggak masuk akal dari film itu bisa mengundang gelak tawa, meskipun film itu sebenarnya bukan komedi. Nggak heran ada beberapa channel YouTube seperti “Cine-Crib” atau “I Hate Everything” yang isinya menertawakan segala ketidaklogisan ataupun kekonyolan dalam film tersebut.

Jika kalian tertarik ingin menikmati, eh maaf, menertawakan film-film tersebut, maka gue bisa berikan tiga sutradara dan aktor yang disebut-sebut sebagai “The (Un)Holy Trinity of Bad Movie”. Mereka adalah James Nguyen, Tommy Wiseau, dan Neil Breen. Kualitas film buatan mereka terkenal amat buruk sehingga membuat para penontonnya merasa “cringe” (sebelum gue menonton YouTube, gue sama sekali nggak tahu apa itu artinya “cringe”, gue pikir itu nama makanan khas di Indonesia alias cringe tempe).

Pasti kalian bertanya-tanya, emang seburuk apa sih film-film mereka? Nah berikut ini akan gue bahas kiprah mereka berbeda bertiga. Siapa tahu mereka akanmenginspirasi kalian dan menjadi idola baru kalian. Silakan disimak!




1. BIRDEMIC: SHOCK AND TERROR

Directed by: James Nguyen


Famous Quote: "I like sales. It fits my personality"

Birdemic: Shock and Terror” merupakan film besutan sutradara Amerika berdarah Vietnam bernama James Nguyen. Film ini konon terinspirasi oleh oleh film bergenre psychological thriller legendaris berjudul “Birds” yang diarahkan oleh sutradara kawakan Alfred Hitchcock. Film yang penuh dengan pesan moral menjaga lingkungan dari global warming ini menceritakan sepasang kekasih yang menghadapi kiamat ekologis yang dipicu oleh burung-burung monster. Burung-burung mutan itu terus mengamuk dan memakan banyak korban manusia demi membalas dendam atas kerusakan lingkungan. Burung-burung tersebut tak hanya menyerang manusia, namun juga meledakkan pom bensin dan tempat-tempat lain yang menghasilkan bahan bakar fosil melalui kekuatan super mereka.

Kedengarannya keren ya Tapi sumpah begitu melihat film ini yang ada kalian bakal ngakak bukannya deg-degan ataupun seram (walaupun film ini harusnya psychological thriller). Alasannya karena sutradara film ini memiliki kemampuan pas-pasan. Ditambah kualitas akting para pemerannya juga amat kaku dan “laughable”, selain itu plotnya juga lambat dan membosankan. Belum lagi special effect-nya ... huuuuh. Sebagai gambaran tentang film ini gue akan kasih lihat salah satu cuplikan adegan paling terkenal dari film ini yakni “Hanger Scene”.







Kalian boleh ketawa sepuasnya, please go ahead. Yap, itulah para burung-burung monster yang harus mereka hadapi sepanjang film berlangsung. Special effect-nya emang bikin kita sebagai orang Indonesia, bangga. Lho kok bisa? Soalnya at least sinetron Indosiar special effect-nya lebih bagusan ketimbang film Hollywood ini, jadi sekali-kali bisa lah kita ngalahin film produksi luar negeri. Dan jangan salah lho, walaupun penampilannya kurang meyakinkan, tapi burung-burung ini amat mengerikan sebab tai-nya saja bisa meledakkan apapun yang di-crotinya. Ampuh kan?

Walaupun bikin ngakak dan kualitasnya pun bikin geleng-geleng kepala, film ini justru jadi viral dan terkenal. Tentu saja film ini akan mengecewakan apabila kalian mengharapkan film horor yang menegangkan. Tapi jangan khawatir, film ini masih sesuai kok dengan judulnya “Shock and Terror” karena begitu melihatnya kalian pasti akan “shock” melihat akting para pemerannya yang seperti enggak niat main film ini.


Saking terkenalnya, film inipun dibuat sekuelnya, yakni “Birdemic: Resurrection” dimana selain menghadapi burung-burung monster dengan CGI asal-asalan, mereka harus menghadapi manusia purba yang bangkit dari kubur ... hmm, ok. Gue aja nggak kepikiran lho bisa bikin jalan cerita penuh “twist” kayak gitu. Tetapi sayang walaupun dibikin semirip mungkin kayak pendahulunya (alias masih “cringe-able”), tetap saja film sekuelnya itu tak mampu meraih status legendaris seperti film pertamanya.


2. THE ROOM

Directed by: Tommy Wiseau


FAMOUS QUOTE: "You're tearing me apart, Lisaaaaa!!!"

Beranjak ke film kedua yang masih “cringe-worthy”, gue akan memperkenalkan kalian kepada seorang sosok sineas visioner bernama Tommy Wiseau. Tentu saja karena gue membahas film-film B-movie, maka sudah jelas sutradara ini punya bakat terpendam untuk membuat kita semua “cringe”.

Film yang dibesut oleh Tommy Wiseau ini berjudul “The Room” dan bergenre “romantic-tragedy drama”, yah mirip-mirip lah sama film “Titanic” besutan James Cameron. Film “The Room” ini mengisahkan sosok yang diperankan oleh Tommy Wiseau sendiri sebagai pria yang dikhianati oleh orang-orang terdekatnya, termasuk kekasih serta sahabatnya sendiri, serta problematika keluarga yang dihadapinya, termasuk saat orang terdekatnya didiagnosis mengidap sakit kanker bahkan ada yang terjerumus ke dunia narkotika.

Melihat sinopsisnya mungkin cukup meyakinkan ya. Akan tetapi bukannya meraih nominasi Oscar seperti film “Titanic”, film ini malah merasakan nasib serupa seperti kapal Titanic beneran, yakni karam di lautan dingin dari ejekan para kritikus film yang dibuat ngakak abis-abisan oleh kualitas filmnya. Bagaimana tidak, walaupun secara sinematografi dan editing film ini jauh lebih “smooth” dan “profesional” ketimbang “Birdemic” serta akting tokoh-tokoh pembantunya sudah cukup meyakinkan, justru akting Tommy sendiri sebagai bintang utama yang malah membuat “cringe” para penontonnya. Aktingnya terlihat dibuat-buat (bahkan ketawanya aja keliatan nggak ikhlas), dialognya pun terkesan tidak masuk akal. Sebagai contoh, ada adegan dimana karakter Tommy ini sedang ngopi bareng di kafe bareng sahabatnya sambil ngobrol casual dan suddenly out of nowhere, dengan sangat random Tommy ini nanya, “How's your sex life?” pada sahabatnya ini (dan dijawab pula dengan sama casual-nya).

Mungkin seandainya Tommy hanya bermain di belakang layar dan nggak ikut berperan dalam film ini, mungkin film ini masih bisa lah diluncurkan “direct to DVD” dan mungkin dapat skor “lumayan” dari kritikus film. Tiap adegannya udah cukup meyakinkan kok sebagai film drama, apalagi gue akuin endingnya cukup mengena sebagai film yang mengekploitasi tragedi. Tapi mungkin Tommy mungkin udah kebelet ingin dikenal sebagai aktor serba bisa ya? Mungkin Tommy berhasrat ingin menjadi the next Leonardo DiCaprio dengan memerankan tokoh utama dalam filmnya sendiri. Tapi yang ada justru keberadaannya dalam film ini justru mengacaukan segalanya. Sebagai contoh betapa buruknya film ini silakan saja lihat saja cuplikan dari YouTube berikut ini

Uniknya, buku yang ditulis sebagai memoir tentang film “The Room” ini justru laris manis dan menjadi best seller. Dalam bukunya itu, sang aktor yang memerankan tokoh sahabat dalam film ini bercerita tentang pengalamannya berperan dalam film terburuk sepanjang masa ini. Bahkan kelak buku itu kemudian diangkat ke dalam layar lebar menjadi film berjudul “The Disaster Artist” dan dibintangi oleh James Franco. Malahan film tersebut yang meraih nominasi Oscar sebagai “Best Picture”. Well, paling nggak masih ada kan hikmah dari pembuatan film ini?


Nah setelah membahas dua film ini, kita akan beranjak ke sang “Godfather-nya” bad movie, yakni tak lain dan tak bukan adalah ...


3. ANYTHING MADE BY NEIL BREEN (OH, GOD)


FAMOUS QUOTE: "I Cannot believe you committed suicide! I Cannot believe you committed suicide!  How could you have done this? How could've you committed suicide?"

Neil Breen adalah seorang adalah seorang pengacara asal Las Vegas yang cukup sukses dengan usahanya. Buktinya ia berhasil mengumpulkan pundi-pundi uang untuk mewujudkan impiannya sebagai seorang sutradara pembuat film serta aktor Hollywood. Well, mengejar mimpi sih boleh-boleh saja akan tetapi tetap harus realistis dengan kemampuannya. Selama karirnya Neil Breen sudah menelurkan 4 film antara lain

1. “Double Down” (sebuah film bertema spionase tentang mata-mata yang juga berprofesi sebagai hacker yang dikejar-kejar pembunuh bayaran dan berusaha membalas dendam setelah kekasihnya dibunuh) 
2. "I Am Here ... Now” (tentang sosok manusia berkekuatan supranatural yang terjebak dalam intrik dunia geng dan kekerasan di Los Angeles), 
3. “Fateful Findings” (tentang seorang pria paruh baya biasa yang berupaya mematahkan konspirasi global dan menyelamatkan dunia dengan kemampuan hacking-nya, namun terjebak dalam cinta segitiga) 
4. “Twisted Pairs” (tentang dua saudara kembar yang terpisah dan memilih jalan masing-masing, salah satunya masih memegang teguh hati nuraninya dan harus melawan organisasi yang mengancam dunia melalui penelitian rekayasa genetikanya) 
5. “Pass Thru” (tentang sosok artificial intelligence yang turun ke bumi untuk memusnahkan umat manusia, bisakah dia dihentikan?)

Wow, dari sinopsisnya, film-filmnya kedengaran keren ya? Kalian semua pasti langsung tahu bahwa banyak banget konsep sci-fi hingga action thriller di film-filmnya (belum lagi ada unsur romance). Will he be the next George Lucas atau Russo Brothers?

Gue nggak mau terlalu banyak basa-basi membahas sosok ini sebaiknya kalian lihat sendiri saja buktinya melalui trailer di bawah ini, yakni dari salah satu filmnya yang berjudul “Twisted Pairs”


Reaksi readers yang pernah liat B-movie: “Hmmmm .... ok?” 
Reaksi readers yang belum pernah liat B-movie: “WTF did I just see???”

Dan kalian yang ingin mengetahui kualitas aktingnya yang “cringe” dapat melihatnya dalam adegan terkenal berikut ini. Adegan ini diambil dari filmnya “Faithful Findings” dimana di adegan ini dia menemukan sahabatnya bunuh diri.


Dialog legendaris dalam film ini nggak hanya “I cannot believe you commited suicide” (yang kayaknya cocok juga dipake di ending “The Room”) tapi juga “I can't help you out of this one, Jim”. DUDE, HE'S ALREADY F*CKING DEAD! Selain kualitas aktingnya “mumpuni”, kelihatan film ini juga punya naskah yang absurd.

Sekarang dalam mengerti kan kenapa Neil Breen disebut sebagai pakarnya film jelek. Karena walaupun gue akui dia memiliki visi, tapi sepertinya dia nggak bisa mewujudkannya dalam bahasa sinematik yang indah maupun mantap. Emang banyak sih sutradara yang otodidak dan nggak punya titel sebagai lulusan akademi perfilman, tapi ternyata bisa kok mencapai kualitas film yang bagus melalui pengalaman. Tetapi sepertinya Neil Breen ini nggak berkaca ataupun belajar dari pengalamannya sendiri. Melihat film-filmnya, tidak bisa dipungkiri dia seperti tidak mau melihat kenyataan bahwa dia memang nggak berbakat menjadi sineas. Mungkin bisa sebagai produser, tapi jika dia punya duit, bukannya dia bisa meng-hire orang-orang yang lebih berdedikasi di bidangnya supaya filmnya makin bagus?

Jika kita mendalami film-film karya Neil Breen ini, kita akan sadar bahwa film-filmnya memiliki kata tema yang sama atau bahkan mungkin memiliki kesamaan adegan-adegan seperti:
  1. Neil Breen selalu memerankan tokoh utama nama yang memiliki nilai moral yang tinggi
  2. Hampir semua filmnya berkisah dirinya memiliki kekuatan supranatural dan menjadi sosok yang mampu menyelamatkan dunia
  3. Selalu ada tokoh-tokoh cewek yang seksi yang anehnya selalu mau berpacaran dengannya dengan walaupun umurnya 2 kali lebih tua dari mereka
  4. Tokoh-tokoh cewek ini sepertinya ini memiliki tren fashion terbaru yakni “braless” karena mereka semua nggak pernah memakai bra
  5. Penampilannya selalu melibatkan laptop-laptop yang dianiaya. Dalam beberapa filmnya dia memang berperan sebagai seorang hacker, tapi ia sendiri tidak tahu seperti apa pekerjaan hacker itu karena dia membayangkan hacker melancarkan aksinya dengan menggunakan tiga laptop sekaligus yang semuanya dalam keadaan layarnya mati
Selain akting, hampir semua aspek dalam filmnya ini amat berkualitas B-ajah, bisa dilihat dari visual efeknya yang merupakan unsur paling kocak dari filmnya. Ya iyalah, yang lain pake software canggih bernilai jutaan dollar, dia malah pake Photoshop yang jelas terlihat dalam setiap adegannya. Walaupun tidak punya kemampuanpun, setidaknya dia bisa belajar bukan sehingga film-filmnya semakin lama akan semakin bagus? Tetapi tidak seperti itu kenyataan yang kita hadapi. Bahkan karena semua filmnya selalu memiliki tema yang sama, yaitu ia berperan sebagai seorang Dewa atau Pahlawan, ada pula yang menyebut Neil Breen. memiliki kelainan narsistik dan megalomania.

Ada pula satu keprihatinan gue tentang para so-called director yang juga merangkap sebagai pembuat naskah dan aktor utama ini. Sudah suatu hal yang lumrah jika mereka merangkap tugas seperti ini, bisa dipastikan akan ada “abuse of power”, semisal adanya adegan “bed scene” dimana sang aktor utama akan “ena ena” dengan sang aktris utama. Apakah “multitasking” tanpa melihat kredibiltas aktingnya ini sebenarnya bertujuan agar bisa melakukan menggerayangi para aktris cantik ini?

Walaupun gue membuat postingan ini, bukan berarti gue nggak menghargai karya-karya mereka lho. Susah kok bikin film itu, butuh kerja sama dari orang banyak dan bakalan banyak tantangan dan hambatan selama pembuatan film. Gue pernah melihat sebuah dokumentasi dari YouTuber sekaligus “mantan” sineas bernama Austin McConnell yang membuat pengakuan “trenyuh” dan inspiratif tentang struggle-nya dalam membuat film. Different with these people, gue rasa Austin adalah seorang film-maker berbakat dan berdedikasi, bisa terlihat dari kualitas video-videonya yang semakin meningkat. Dia juga mau belajar dari pengalamannya bahkan membagikannya dengan para viewers-nya.

Gue rasa memang ada sih sisi-sisi positif yang bisa kita ambil dari para worst-moviemaker ini, yakni usaha dan kemauan mereka untuk menggapai mimpi mereka serta visi untuk memperbaiki masyarakat melalui film mereka (James Nguyen ingin meningkat rasa cinta lingkungan dan Neil Breen ingin memberantas korupsi). Tapi gue harap deh ke depannya mereka semakin memperhatikan kualitas film mereka, bukan malah bangga dengan kejelekan film mereka, bahkan mengeksploitasinya demi meraup keuntungan. Karena nggak dapat dipungkiri, keburukan film itu justru bisa menjadi sisi marketing yang handal dalam hal menyebarluaskan film tersebut, tentu lewat viralnya di social media.

Sebagai penutup, silakan nikmati salah satu adegan dalam film B-movie ini (gue nggak tahu judulnya apa tapi cukuplah buat kalian sebagai hiburan malam ini).


(sumber)

5 comments:

  1. coba nonton the house of the dead bang yang taun 2003. so bad that it is so good.

    request kasus don paramo bang dave hehe

    ReplyDelete
  2. Gw masih ingat banget scene legendary-nya The Room yang pada bagian:
    "Oh, hi Mark.". Sumpah, ngakak bener.

    ReplyDelete
  3. Gua udah liat cuplikan video di atas dan sumpah bener-bener bikin ngakak, astaga kagak niat amat bikin film(sepertinya sengaja) :v

    ReplyDelete
  4. udah nonton the disaster artist, dan emang waktu penayangan itu awalnya penonton semuanya kayak ¨what the..¨ tapi lama lama mereka kayak nikmatin aja keanehan itu.¨
    terus Tommy ini siapa sih? kan di the disaster artist itu temennya ambil duit, tapi kata tellernya rekening Tommy itu rekening tak berujung. penasaran akutuh :(

    ReplyDelete