Friday, September 13, 2019

INJUSTICE LEAGUE PART 1: KORBAN-KORBAN SALAH TANGKAP YANG MENDERITA GARA-GARA KEGAGALAN HUKUM


Pada 2005 di Inggris terjadi kasus yang cukup mengguncang kala itu. Seorang bocah berusia 2 tahun ditemukan tewas di rumahnya dengan luka parah di kepalanya. Menurut penyelidikan, sang babysitter yang saat itu menjaganya malah menyiksa balita itu dengan cara menghantamkan kepalanya ke dinding berkali-kali. Sang babysitter akhirnya dihukum seumur hidup. Apa reaksi kalian ketika mendengarnya? Apakah kalian akan bersorak karena keadilan telah ditegakkan, ataukah kalian justru marah dan menuntut sang pelaku dihukum mati? Apakah kalian akan menjadi tipe netizen yang berteriak-teriak dan mengutuknya di media sosial?


Bagaimana jika setelah tiga tahun sang babysitter itu dipenjara, baru diketahui bahwa sang anak sebenarnya menderita epilepsi dan kematiannya disebabkan karena kejang-kejang?

Kasus itu bukanlah rekaan gue atau cerita novel fiksi. Kasus itu benar-benar terjadi pada seorang wanita bernama Suzanne Holdsworth. Gara-gara kegagalan sistem hukum pada saat itu, Suzanne yang sama sekali tak bersalah menjalani hukuman penjara atas kejahatan yang sama sekali tak ia lakukan.

Yang mengerikan, kasus salah tangkap seperti ini amat sering terjadi. Di Amerika Serikat saja diperkirakan bahwa 5% dari seluruh narapidana yang dikurung di sana atau sekitar 120.000 orang sebenarnya tak bersalah. Angka yang sangat mencengangkan! Di Indonesia sendiri juga kalian pasti pernah mendengar tentang empat anak pengamen yang dipenjara atas kejahatan yang tidak mereka lakukan dan menuntut ganti rugi.

Gue sendiri sebenarnya ingin membuat top ten kasus ini, tapi karena melihat banyaknya sumber dan banyaknya korban kesalahan sistem peradilan ini, gue terpaksa melebarkannya menjadi 20 kasus dan membagi postingan ini jadi dua bagian. Berikut ini kisah-kisah ketidakadilan yang diterima oleh orang-orang yang tidak bersalah.

1. Lindy Chamberlain-Creighton


Bayangkan jika kalian adalah seorang ibu yang baru saja kehilangan anak kalian untuk selama-lamanya. Dalam kondisi masih dirundung kesedihan, kalian malah dituduh membunuh bayi kalian sendiri, bahkan dipenjara. Itulah yang dialami wanita asal Australia. Pada 1980, ia mengaku seekor dingo (sejenis anjing liar yang endemik di Australia) menculik anaknya yang masih berumur 9 bulan bernama Azaria. Namun bukannya mendapat simpati publik, ibu ini justru dituduh membunuh anaknya sendiri oleh media.

Hoax di media menyebar dan menuduh Lindy sebagai anggota sekte sesat dan sengaja mengorbankan anaknya dalam ritual pemujaan setan. Apalagi lokasi menghilangnya Azaria berada di Uluru, sebuah lokasi yang dianggap magis baik oleh kaum Aborigin. Pengadilan rupanya setuju dan menjatuhi ibu malang itu hukuman seumur hidup dalam penjara.

Enam tahun berikutnya, seorang turis Inggris terjatuh dan tewas di area dekat dimana bayi Lindy menghilang. Pada saat pencarian korban itulah, tim SAR menemukan sisa-sisa jaket yang pernah dikenakan Azaria ketika ia lenyap di dekat sebuah sarang dingo. Bukti tak terbantahkan itu membenarkan klaim Lindy selama ini dan otomatis membebaskannya dari semua tuduhan. Kasus ini membuat malu publik dan pemerintah Australia kala itu sehingga ia diganjar dengan uang kompensasi sebesar 1,3 juta AUD (12,5 M IDR). Kisah hidupnya juga diabadikan dalam film “Evil Angels” yang mendapatkan nominasi Oscar.

2. Tomasz Komenda



Pada 1996 di Polandia, seorang gadis berusia 15 tahun secara brutal diperkosa dan dibunuh. Seorang pemuda berusia 21 tahun bernama Tomasz Komenda ditangkap dan disiksa supaya mengaku. Iapun dijatuhi 25 tahun hukuman penjara. Naasnya, di dalam penjara dia disiksa oleh para narapidana dan sipir hingga ia mencoba bunuh diri selama tiga kali. Beruntung, keadilan masih mau sudi hinggap kepadanya. Pada 2018, bukti baru muncul yang membuktikan ia tak bersalah dan iapun dibebaskan, namun dengan luka batin yang tentu terus mengakar dalam dirinya seumur hidup.

3. Sam Sheppard



Kasus yang menimpa pria ini merupakan bukti bahwa ketidakadilan tetap bisa menghancurkan kehidupan seseorang, walaupun dia sudah dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan. Sam adalah seorang dokter ahli bedah dengan kehidupan sempurna. Namun semua itu berubah ketika istrinya ditemukan tewas pada 1953. Ia langsung ditetapkan sebagai tersangka utama dan dihukum seumur hidup. Selama di dalam penjara, ia terus mengalami tragedi bertubi-tubi. Ibunya tewas bunuh diri, kemudian disusul ayahnya yang meninggal karena kanker 11 hari kemudian.

Pengadilan diulang pada 1966 karena ditemukan bukti baru muncul bahwa sang pembunuh bertangan kidal, sementara Sam tidak. Sam akhirnya dibebaskan, namun kehidupannya telanjur hancur. Ia mencoba kembali menjadi dokter bedah, namun selama bertahun-tahun di balik jeruji besi, ia kehilangan kemampuannya hingga tanpa sengaja membunuh pasien yang dioperasinya. Ia akhirnya kecanduan minuman beralkohol dan meninggal karena penyakit liver pada 1970. Barulah pada tahun 2000 diketahui bahwa pria bernama Richard Eberling, yang kala itu dipenjara karena pembunuhan wanita lain, adalah pelaku sesungguhnya.

Kisah hidup Sam yang tragis ini kemudian diabadikan menjadi inspirasi serial televisi “The Fugitive” yang diangkat menjadi film layar lebar pada 1993 dengan judul yang sama dan dibintangi oleh Harrison Ford.

4. Kristine Bunch dan Julie Rea Harper



Kasus paling menyesakkan bagi gue adalah ketika seorang ibu dituduh membunuh anaknya sendiri, seperti yang dialami dua wanita dalam dua kasus yang berbeda ini. Kristine Bunch dituduh membakar anaknya sendiri yang berusia 3 tahun di dalam mobil. Berdasarkan kesaksian beberapa ahli, antara lain dua penyidik dan seorang ahli forensik, disimpulkan bahwa di TKP ditemukan akseleran (bahan bakar yang dapat mempercepat menyebarnya api) sehingga disimpulkan bahwa kebakaran tersebut disengaja. Sang ibu kemudian dihukum seumur hidup.

Bertahun-tahun kemudian, para pengacara menemukan bukti baru, bahwa dalam laporan polisi awal, sama sekali tidak ditemukan cairan akseleran itu di TKP. Ternyata, ketiga ahli tersebut sengaja berkonspirasi, karena keberhasilan mereka mendakwa akan berujung memberikan mereka promosi atau naik jabatan. Kristine kemudian dibebaskan.

Setelah dia mendekam selama 17 tahun.

Kisah sama dialami oleh Julie Rea Harper. Pada 1997, anak berumur 10 tahun bernama Joel ditikam oleh pembunuh misterius di kamarnya. Sang ibu yang mendengar teriakan anaknya langsung terbangun dan melawan sang pembunuh. Sayang, sang pembunuh kabur dan justru sang ibu, yakni Julie Rea Harper, dituduh sebagai pembunuh anaknya sendiri. Alasannya karena Julie kala itu sedang terlibat perebutan hak asuh anaknya dengan mantan suaminya. Iapun dijatuhi hukuman 65 tahun penjara.

Beruntung, pada 2004, seorang pembunuh berantai bernama Tommy Lynn Sells terangkap dan mengaku atas pembunuhan itu. Tak hanya itu, tragisnya setelah penyelidikan kembali dibuka,terbukti bahwa dakwaan Julie kala itu didasarkan pada kesaksian palsu dan pemalsuan barang bukti. Bahkan pengadilan dan polisi kala itu mengindahkan laporan forensik yang menyebutkan luka-luka di tubuh Julie didapat saat melawan sang pelaku, bukan karena ia melukai dirinya sendiri seperti dugaan penyelidik.

5. Sally Clark




Sama seperti para orang tua yang bernasib naas seperti di atas, Sally Clark juga dituduh menghabisi dua buah hatinya yang masih kecil, Christopher dan Harry. Sally dijatuhi hukuman seumur hidup dan tragisnya, dakwaan itu dijatuhkan karena kesalahan diagnosis dua orang dokter ahli yang bersaksi saat persidangan. Yang terjadi sebenarnya, kedua anak tersebut meninggal karena sebab alami yakni karena infeksi bakteri. Ketika terbongkar, dua dokter tersebut kehilangan izin prakteknya dan Sally pun dibebaskan. Namun sayang, kehidupannya sudah telanjur hancur. Selepas dari penjara, Sally menjadi alkoholik dan akhirnya meninggal dunia karena kecanduannya.

6. Craig Coley




Ketika seorang wanita bernama Rhonda Wicht dan putranya yang baru berusia 4 tahun ditemukan tak bernyawa karena dibunuh, langsung saja pihak berwajib menangkap Craig Coley. Kala itu adalah ia mantan Rhonda, bahkan masih memegang kunci apartemen mereka. Ia kemudian dijatuhi hukuman seumur hidup. Ayah Craig, yang juga pensiunan polisi, berusaha keras membuktikan anaknya tak bersalah, namun tidak berhasil hingga ajal menjemputnya.

Barulah ketika seorang detektif bernama Michael Bender merasa curiga akan kasus itu dan menyelidikinya kembali, akhirnya ditemukan bukti-bukti bahwa pelaku pembunuhan itu adalah pembunuh berantai bernama Golden State Killer. Serial killer itu terus beraksi setelah Craig tertangkap, jadi jelas bukan pria itu pelakunya. Identitas Golden State Killer hingga kini tak pernah terungkap. Pada 2017, Gubernur California akhirnya membebaskan Craig dari segala tuduhan.

Namun kala itu pria tak berdosa itu sudah telanjur mendekam di penjara selama 39 tahun.

7. Glen Woodall




Pada tahun 1987, dua gadis dirampok, diperkosa, dan diculik oleh pria misterius yang memakai topeng ski bak film-film horor. Glen, yang kebetulan memiliki fisik yang “mirip” dengan pria bertopeng itupun dtangkap dan dijatuhi pasal berlapis hingga dijatuhi dua kali hukuman seumur hidup. Beruntung lima tahun kemudian, berkat kecanggihan teknologi, tes DNA membuktikan bahwa ia sama sekali tak bersalah, dan iapun dibebaskan.

Namun itu bukanlah akhir cerita.

Penyelidikan lebih jauh membuktikan bahwa penangkapan Glen ternyata berdasar pada kesalahan yang dilakukan oleh teknis lab bernama Fred Zain. Celakanya, Fred ternyata tidak kompeten dalam pekerjaannya dan sering melakukan kekeliruan. Akibat perbuatannya, 134 orang yang tak bersalah dijebloskan ke dalam penjara atas kejahatan yang tak mereka lakukan.

8. Timothy Evans




Salah satu kasus paling tragis di list ini, Timothy adalah seorang bapak asal Inggris yang dituduh membunuh putrinya sendiri pada 1949. Pada tahun 1950, iapun dihukum gantung, walaupun sama sekali tak bersalah. Penyelidikan yang dilakukan 15 tahun kemudian membuktikan bahwa pelaku sesungguhnya adalah seorang pembunuh berantai bernama John Reginald Halliday Christie. Yang tragis, John sendiri adalah saksi kunci yang memberatkan Timothy saat itu hingga ia dihukum gantung. Peristiwa ini kemudian mendorong Inggris untuk menghapus hukuman mati di negaranya.

9. Michael Lloyd Self




Pada 1971, dua orang gadis ditemukan tak bernyawa di sebuah pantai di Texas. Seorang pria lokal bernama Michael Lloyd Self ditetapkan sebagai pelakunya setelah ia menulis surat pengakuan (yang konon ditulisnya dibawah todongan pistol polisi). Iapun dijatuhi hukuman seumur hidup.

Pada 1976, dua polisi korup yang menangkap Michael ditangkap karena perampokan bank dan dihukum penjara. Namun itu belum menjadi peringatan merah bagi pengadilan bahwa sesuatu yang tidak beres sedang terjadi. Seorang pembunuh berantai bernama Edward Howard Bell akhirnya mengakui bahwa ia-lah yang membunuh kedua gadis itu. Namun sayang, Michael sudah keburu meninggal dalam penjara akibat kanker dan tak pernah menghirup udara bebas yang seharusnya menjadi hak-nya.

10. Atefeh Sahaaleh
Kisah tragis ini tak hanya didasari oleh sistem penegak keadilan yang korup, namun juga prejudice tak adil terhadap wanita dan kungkungan adat yang ketat. Kasus ini terjadi di Iran ada 2004 dimana seorang gadis berusia 16 tahun bernama Atefeh Sahaaleh dituduh melakukan perzinahan dengan lelaki yang lebih tua, yakni Ali Darabi yang kala itu berusia 51 tahun dan sudah menikah.

Padahal kenyataannya, Atefeh mengaku diperkosa selama 3 tahun oleh pria bejat itu. Keadilan sepertinya menutup mata baginya, sebab di penjara justru Atefah disiksa supaya mengaku bahwa ia berzinah, kemudian dihukum mati. Sedangkan Ali, pria yang memperkosanya selama bertahun-tahun hanya dihukum 95 kali cambukan.


1 comment: