11.
Ed Johnson
Pada
tahun 1906, seorang pria berkulit hitam dituduh secara tidak adil
memperkosa seorang gadis kulit putih bernama Nevada Taylor. Walaupun
pada saat itu bukti-bukti menunjukkan hal sebaliknya dan Pengadilan
Tinggi AS juga mengabulkan permintaan banding Ed, namun masyarakat
yang mayoritas kulit putih sudah keburu marah. Sang sheriff kota itu
yang tak setuju dengan keputusan Mahkamah Agung, menyeret Ed keluar
dari penjaranya dan dengan bantuan penduduk kota yang marah,
menggantungnya di alun-alun.
Atas
kejahatannya, sang sheriff kemudian dijatuhi hukuman penjara tiga
bulan dan penduduk yang main hakim sendiri tersebut masing-masing
menerima dua bulan kurungan.
12.
George Stinney
Salah
satu bukti lain yang tak terbantahkan bahwa kaum kulit putih selalu
memandang kaum kulit hitam dengan penuh prejudice adalah kasus yang
teramat tragis ini. Pada tahun 1944, George yang baru berusia 15
tahun dituduh membunuh dua gadis kulit putih, masing-masing berumur
11 dan 8 tahun. Satu-satunya alasan adalah karena ada saksi yang
menyatakan bahwa kedua anak ini berbicara dengan George sebelum
mereka ditemukan tewas. Tak ada bukti lain yang menyatakan bocah itu
sebagai pelakunya, namun tetap saja, George dihukum mati dengan kursi
listrik.
Saksi
mata mengatakan ia terus saja menangis pada saat eksekusi, bahkan
mungkin tidak mati secara langsung karena ukuran penutup kepala (yang
secara teknis seharusnya meringankan penderitaan selama eksekusi)
terlalu besar untuknya. Saksi mata juga mengatakan ia meregang nyawa
selama sembilan menit penuh penderitaan dengan kepala gosong dan
terus menangis dalam kondisi masih hidup karena hukuman itu memang
tidak dirancang untuk anak sekecil dia.
Tak
hanya itu, orang tua George yang terus menuntut keadilan dan
bersikeras anaknya tidak bersalah malah diusir oleh warga, bahkan
diancam anak-anaknya yang lain akan dibunuh apabila tidak pergi.
Barulah pada 2014, seorang hakim menyatakan bahwa George tidak pernah
mendapatkan proses pengadilan yang adil dan dianggap tidak bersalah.
13.
Grover Thompson
Lagi-lagi
ketidakadilan menimpa ras kulit hitam, Grover Thompson dituduh
menghabisi nyawa tetangganya, wanita berusia 72 tahun bernama Ida
White pada 1981. Ia dijatuhi hukuman selama 40 tahun. Barulah ketika
seorang pembunuh berantai bernama Timothy Krajcir tertangkap, ia
mengaku sebagai pembunuh yang sebenarnya. Sayang, Grover sudah keburu
menghembuskan napas terakhirnya di penjara pada tahun 1996 tanpa
pernah mendapatkan keadilan.
14.
Juan Rivera
Juan
Rivera dituduh membunuh dan memperkosa anak di bawah umur bernama
Holly. Bukti-bukti yang ditemukan pun memberatkannya. Apalagi
identitasnya sebagai pria imigran dengan ras Latino membuatnya
menghadapi prasangka tidak adil. Hal ini semakin diperparah dengan
kenyataan bahwa Juan mengalami kelainan mental dan tidak stabil
sehingga ia akhirnya mengakui kejahatan itu kepada pihak berwajib.
Barulah
ketika tim pembelanya menemukan hal-hal yang janggal, kasus itu
dibuka kembali. Penyelidikan lebih lanjut ternyata membongkar hal
memuakkan, bahwa barang-barang bukti yang selama ini memberatkan Juan
ternyata sengaja dipalsukan dan diletakkan di TKP oleh para polisi.
Juan akhirnya dibebaskan dari segala tuduhan setelah 20 tahun
menghabiskan hidupnya dalam penjara. Karena kasusnya murni karena
kesalahan pihak berwajib, pemerintah Amerika Serikat memberikan
kompensasi sebesar 20 juta dollar.
15.
Clarence Brandley
Lagi-lagi
kasus ini menjadi bukti bahwa prejudice tak adil bahwa pria berkulit
hitam selalu bertindak kriminal selalu memakan korban tak berdosa.
Pada 1980, ketika seorang remaja berkulit putih berusia 16 tahun
dibunuh di sebuah sekolah, langsung saja Clarence Brandley, seorang
tukang bersih-bersih berkulit hitam, menjadi tersangka utama.
Walaupun Clarence terus bersikukuh bahwa ia tak bersalah, polisi
tetap menahannya dan pengadilan menjatuhinya hukuman mati. Para
polisi begitu yakin bahwa Clarence, karena ras-nya yang berbeda,
adalah pelakunya, hingga mengindahkan bukti-bukti yang berkata
sebaliknya, bahkan dengan sengaja menghancurkannya.
Baru
pada tahun 1990, terbukti dua pria kulit putih bernama Gary Acreman
dan James Dexter Robinson sebagai pelakunya. Clarence beruntung dia
“hanya” menghabiskan waktu 9 tahun dalam penjara, tergolong
ringan dibanding korban-korban lain di list ini yang telanjur dihukum
mati atau menghabiskan puluhan tahun. Sayangnya, para polisi yang
mempersekusi Clarence karena warna kulitnya, bahkan tega memanipulasi
bukti, sama sekali tidak dihukum.
16.
Govinda Prasad Mainali
Bukti
bahwa rasisme bukan hanya monopoli dunia Barat saja, namun juga bukan
konsep yang asing di Asia, kasus ini terjadi di Jepang pada 1997
ketika seorang wanita lokal ditemukan terbunuh di apartemennya.
Langsung saja, tetangganya, seorang buruh migran bernama Govinda
dituduh sebagai pelakunya. Saat diinterogasi, dia disiksa dengan cara
dipukuli, ditendang, dan kepalanya dihantamkan ke dinding, bahkan tak
diperbolehkan memiliki pengacara. Ia kemudian dihukum seumur hidup,
namun berhasil naik banding dan akhirnya dibebaskan pada 2012.
17.
Huugjilt
Di
Mongolia pada tahun 1996, seorang pemuda bernama Huugjilt menemukan
jasad seorang wanita korban perkosaan dan pembunuhan kepada polisi.
Namun bukannya dihargai jasanya, polisi malah menuduhnya sebagai
pelakunya. Iapun disiksa dengan keji agar mengaku dan dijatuhi
hukuman mati. Ia dieksekusi sebulan kemudian. Pada saat kematiannya,
Huuugjilt baru berusia 18 tahun.
Baru
satu dekade kemudian, pada 2006 seorang pembunuh berantai bernama
Zhao Zhihong mengakui pembunuhan tersebut, disertai 20 kasus lainnya
yang serupa. Pemerintah yang segera menyadari bahwa selama ini mereka
salah mengeksekusi orang langsung meminta maaf serta mengeluarkan
surat eksonerasi yang menyatakan bahwa pemuda itu sama sekali tak
bersalah. Orang tuanya kemudian membakar surat itu di atas makam
Huugjilt.
Setelah
diselidiki, aparat kepolisian sengaja memfitnah Huugjilt karena
mereka memiliki kuota kasus yang harus mereka pecahkan dan demi
memenuhi kuota tersebut, mereka tak segan menyiksa orang yang tak
bersalah untuk mengakui kejahatan yang tak mereka lakukan. Pemerintah
Mongolia juga memberikan uang ganti rugi kepada orang tua Huugjilt
dan menghukum semua yang terlibat dalam kasus itu.
18.
Thomas Cornell Jr.
Hukum
pada abad ke-17 di Dunia Barat bisa dibilang konyol. Pada saat itu,
masyarakat masih mempercayai hal-hal berbau supranatural sebagai
kebenaran, contohnya adalah Witch's Hunt atau perburuan penyihir
(baik di Amerika dan Eropa) yang menewaskan ribuan wanita tak
bersalah. Salah satu kasus serupa karena “keprimitifan” cara
berpikir ini menimpa seorang pria bernama Thomas Cornell Jr. di Rhode
Island yang dituduh menghabisi ibunya sendiri pada 1673.
Naasnya,
kesaksian yang memberatkan Thomas berasal dari tetangganya sendiri
yang mengaku arwah ibu Thomas datang ke dalam mimpinya dan menunjuk
anaknya sendiri sebagai pelakunya. Thomas-pun dihukum gantung hanya
atas dasar pengakuan tolol itu. Hmmm ... pesan gue cuman satu ya,
berkaca dari kasus ini, kalau kalian jadi tetangga, janganlah jadi
tetangga yang usil dan GOBLOK!
19.
William Jackson Marion
Pada 25
Maret 1887, pria malang ini digantung karena dituduh sebagai pembunuh
sahabatnya sendiri yang bernama John Cameron. Alasannya, sahabatnya
itu pergi bersama William dan tak pernah kembali. Selain itu, William
juga membawa semua kuda John, ditambah lagi ada penemuan jasad yang
sudah membusuk, tak jauh dari situ. Tentu dengan teknologi dua abad
lalu, sulit untuk memastikan identitas jenazah itu. Walaupun William
berusaha membela diri dengan mengatakan ia membeli semua kuda itu
dari John, tetap tak ada yang mempercayainya.
Tragisnya,
empat tahun setelah eksekusi itu, John Cameron muncul dalam keadaan
sehat walafiat dan mengatakan bahwa selama ini ia kabur gara-gara ia
menghamili seorang gadis. Ia juga menunjukkan sebuah kuitansi yang
menunjukkan bukti pembayaran William untuk membeli kuda-kudanya.
Tragis.
20.
Richard Alexander
Pria ini
ditangkap pada 1996 karena kasus pemerkosaan di Negara Bagian
Indiana, AS. Setelah menjalani 5 tahun dari 20 tahun masa hukumannya,
seorang psikopat bernama Michael Murphy ditangkap dan mengaku atas
kejahatan yang sebelumnya sudah didakwakan pada Richard. Penyelidikan
kedua, kali ini menggunakan teknik tes DNA, membuktikan bahwa Richard
tak bersalah. Michael kemudian ditangkap sebagai pemerkosa berantai
yang disebut media sebagai “River Park Rapist”.
Namun
setelah Richard bebas, kemudian diketahui bahwa sang River Park
Rapist sebenarnya adalah dua orang. Nah lho, apa itu berarti …
Tragis banget yg George Stinney, waktu liat reka ulang eksekusinya di yutub bikin nangis
ReplyDeleteDia bukan korban injustice termuda. Ada kasus bocah kulit hitam 13 tahun (lupa siapa namanya) lagi main bawa sesuatu yang mirip pistol, ada orang yang ngeliat dan lapor polisi kalo dia lihat seseorang bersenjata api. Si pelapor bikang kalo cowok bersenjata itu kelihatannya masih remaja.
DeletePolisi dateng, tanpa babibu langsung tembak si anak.
Tragisnya, dia ga langsung mati dan pas sekarat polisi nggak berbuat apa-apa untuk menolong, bahkan kakak perempuannya umur 15 tahun yang mau menghampori dan nolong adiknya ditahan sama 2 polisi kulit putih itu sampai adiknya akhirnya mati kehabisan darah.
Lebih parahnya lagi setelah jenazahnya didekati, yang dia pegang itu pistol plastik mainan yang jelas-jelas ada stiker (lupa juga warnanya apa) yang melambangkan kalau itu pistol mainan.
Polisi yang main asal tembak bahkan ga dipenjara atau dipecat, cuma dikasi sanksi ringan.
Miris :(
DeleteKasus yang"Thomas Cornell Jr." parah banget nih tetangga(Murni tololnya), menurut gue si tetangga antara ada dendam sama si thomas atau emang dia beneran mimpi tentang ibu thomas!!!???
ReplyDeleteBuat kasus yang"William Jackson Marion" komentar gue : "Excuse me, what the fu*k".