Friday, September 13, 2019

INJUSTICE LEAGUE PART 2: (LAGI!) KORBAN-KORBAN SALAH TANGKAP YANG MENDERITA GARA-GARA KEGAGALAN HUKUM


11. Ed Johnson


Pada tahun 1906, seorang pria berkulit hitam dituduh secara tidak adil memperkosa seorang gadis kulit putih bernama Nevada Taylor. Walaupun pada saat itu bukti-bukti menunjukkan hal sebaliknya dan Pengadilan Tinggi AS juga mengabulkan permintaan banding Ed, namun masyarakat yang mayoritas kulit putih sudah keburu marah. Sang sheriff kota itu yang tak setuju dengan keputusan Mahkamah Agung, menyeret Ed keluar dari penjaranya dan dengan bantuan penduduk kota yang marah, menggantungnya di alun-alun.


Atas kejahatannya, sang sheriff kemudian dijatuhi hukuman penjara tiga bulan dan penduduk yang main hakim sendiri tersebut masing-masing menerima dua bulan kurungan.

12. George Stinney



Salah satu bukti lain yang tak terbantahkan bahwa kaum kulit putih selalu memandang kaum kulit hitam dengan penuh prejudice adalah kasus yang teramat tragis ini. Pada tahun 1944, George yang baru berusia 15 tahun dituduh membunuh dua gadis kulit putih, masing-masing berumur 11 dan 8 tahun. Satu-satunya alasan adalah karena ada saksi yang menyatakan bahwa kedua anak ini berbicara dengan George sebelum mereka ditemukan tewas. Tak ada bukti lain yang menyatakan bocah itu sebagai pelakunya, namun tetap saja, George dihukum mati dengan kursi listrik.

Saksi mata mengatakan ia terus saja menangis pada saat eksekusi, bahkan mungkin tidak mati secara langsung karena ukuran penutup kepala (yang secara teknis seharusnya meringankan penderitaan selama eksekusi) terlalu besar untuknya. Saksi mata juga mengatakan ia meregang nyawa selama sembilan menit penuh penderitaan dengan kepala gosong dan terus menangis dalam kondisi masih hidup karena hukuman itu memang tidak dirancang untuk anak sekecil dia.

Tak hanya itu, orang tua George yang terus menuntut keadilan dan bersikeras anaknya tidak bersalah malah diusir oleh warga, bahkan diancam anak-anaknya yang lain akan dibunuh apabila tidak pergi. Barulah pada 2014, seorang hakim menyatakan bahwa George tidak pernah mendapatkan proses pengadilan yang adil dan dianggap tidak bersalah.

13. Grover Thompson


Lagi-lagi ketidakadilan menimpa ras kulit hitam, Grover Thompson dituduh menghabisi nyawa tetangganya, wanita berusia 72 tahun bernama Ida White pada 1981. Ia dijatuhi hukuman selama 40 tahun. Barulah ketika seorang pembunuh berantai bernama Timothy Krajcir tertangkap, ia mengaku sebagai pembunuh yang sebenarnya. Sayang, Grover sudah keburu menghembuskan napas terakhirnya di penjara pada tahun 1996 tanpa pernah mendapatkan keadilan.

14. Juan Rivera


Juan Rivera dituduh membunuh dan memperkosa anak di bawah umur bernama Holly. Bukti-bukti yang ditemukan pun memberatkannya. Apalagi identitasnya sebagai pria imigran dengan ras Latino membuatnya menghadapi prasangka tidak adil. Hal ini semakin diperparah dengan kenyataan bahwa Juan mengalami kelainan mental dan tidak stabil sehingga ia akhirnya mengakui kejahatan itu kepada pihak berwajib.

Barulah ketika tim pembelanya menemukan hal-hal yang janggal, kasus itu dibuka kembali. Penyelidikan lebih lanjut ternyata membongkar hal memuakkan, bahwa barang-barang bukti yang selama ini memberatkan Juan ternyata sengaja dipalsukan dan diletakkan di TKP oleh para polisi. Juan akhirnya dibebaskan dari segala tuduhan setelah 20 tahun menghabiskan hidupnya dalam penjara. Karena kasusnya murni karena kesalahan pihak berwajib, pemerintah Amerika Serikat memberikan kompensasi sebesar 20 juta dollar.

15. Clarence Brandley


Lagi-lagi kasus ini menjadi bukti bahwa prejudice tak adil bahwa pria berkulit hitam selalu bertindak kriminal selalu memakan korban tak berdosa. Pada 1980, ketika seorang remaja berkulit putih berusia 16 tahun dibunuh di sebuah sekolah, langsung saja Clarence Brandley, seorang tukang bersih-bersih berkulit hitam, menjadi tersangka utama. Walaupun Clarence terus bersikukuh bahwa ia tak bersalah, polisi tetap menahannya dan pengadilan menjatuhinya hukuman mati. Para polisi begitu yakin bahwa Clarence, karena ras-nya yang berbeda, adalah pelakunya, hingga mengindahkan bukti-bukti yang berkata sebaliknya, bahkan dengan sengaja menghancurkannya.

Baru pada tahun 1990, terbukti dua pria kulit putih bernama Gary Acreman dan James Dexter Robinson sebagai pelakunya. Clarence beruntung dia “hanya” menghabiskan waktu 9 tahun dalam penjara, tergolong ringan dibanding korban-korban lain di list ini yang telanjur dihukum mati atau menghabiskan puluhan tahun. Sayangnya, para polisi yang mempersekusi Clarence karena warna kulitnya, bahkan tega memanipulasi bukti, sama sekali tidak dihukum.

16. Govinda Prasad Mainali


Bukti bahwa rasisme bukan hanya monopoli dunia Barat saja, namun juga bukan konsep yang asing di Asia, kasus ini terjadi di Jepang pada 1997 ketika seorang wanita lokal ditemukan terbunuh di apartemennya. Langsung saja, tetangganya, seorang buruh migran bernama Govinda dituduh sebagai pelakunya. Saat diinterogasi, dia disiksa dengan cara dipukuli, ditendang, dan kepalanya dihantamkan ke dinding, bahkan tak diperbolehkan memiliki pengacara. Ia kemudian dihukum seumur hidup, namun berhasil naik banding dan akhirnya dibebaskan pada 2012.

17. Huugjilt


Di Mongolia pada tahun 1996, seorang pemuda bernama Huugjilt menemukan jasad seorang wanita korban perkosaan dan pembunuhan kepada polisi. Namun bukannya dihargai jasanya, polisi malah menuduhnya sebagai pelakunya. Iapun disiksa dengan keji agar mengaku dan dijatuhi hukuman mati. Ia dieksekusi sebulan kemudian. Pada saat kematiannya, Huuugjilt baru berusia 18 tahun.

Baru satu dekade kemudian, pada 2006 seorang pembunuh berantai bernama Zhao Zhihong mengakui pembunuhan tersebut, disertai 20 kasus lainnya yang serupa. Pemerintah yang segera menyadari bahwa selama ini mereka salah mengeksekusi orang langsung meminta maaf serta mengeluarkan surat eksonerasi yang menyatakan bahwa pemuda itu sama sekali tak bersalah. Orang tuanya kemudian membakar surat itu di atas makam Huugjilt.

Setelah diselidiki, aparat kepolisian sengaja memfitnah Huugjilt karena mereka memiliki kuota kasus yang harus mereka pecahkan dan demi memenuhi kuota tersebut, mereka tak segan menyiksa orang yang tak bersalah untuk mengakui kejahatan yang tak mereka lakukan. Pemerintah Mongolia juga memberikan uang ganti rugi kepada orang tua Huugjilt dan menghukum semua yang terlibat dalam kasus itu.

18. Thomas Cornell Jr.


Hukum pada abad ke-17 di Dunia Barat bisa dibilang konyol. Pada saat itu, masyarakat masih mempercayai hal-hal berbau supranatural sebagai kebenaran, contohnya adalah Witch's Hunt atau perburuan penyihir (baik di Amerika dan Eropa) yang menewaskan ribuan wanita tak bersalah. Salah satu kasus serupa karena “keprimitifan” cara berpikir ini menimpa seorang pria bernama Thomas Cornell Jr. di Rhode Island yang dituduh menghabisi ibunya sendiri pada 1673.

Naasnya, kesaksian yang memberatkan Thomas berasal dari tetangganya sendiri yang mengaku arwah ibu Thomas datang ke dalam mimpinya dan menunjuk anaknya sendiri sebagai pelakunya. Thomas-pun dihukum gantung hanya atas dasar pengakuan tolol itu. Hmmm ... pesan gue cuman satu ya, berkaca dari kasus ini, kalau kalian jadi tetangga, janganlah jadi tetangga yang usil dan GOBLOK!

19. William Jackson Marion


Pada 25 Maret 1887, pria malang ini digantung karena dituduh sebagai pembunuh sahabatnya sendiri yang bernama John Cameron. Alasannya, sahabatnya itu pergi bersama William dan tak pernah kembali. Selain itu, William juga membawa semua kuda John, ditambah lagi ada penemuan jasad yang sudah membusuk, tak jauh dari situ. Tentu dengan teknologi dua abad lalu, sulit untuk memastikan identitas jenazah itu. Walaupun William berusaha membela diri dengan mengatakan ia membeli semua kuda itu dari John, tetap tak ada yang mempercayainya.

Tragisnya, empat tahun setelah eksekusi itu, John Cameron muncul dalam keadaan sehat walafiat dan mengatakan bahwa selama ini ia kabur gara-gara ia menghamili seorang gadis. Ia juga menunjukkan sebuah kuitansi yang menunjukkan bukti pembayaran William untuk membeli kuda-kudanya.
Tragis.

20. Richard Alexander


Pria ini ditangkap pada 1996 karena kasus pemerkosaan di Negara Bagian Indiana, AS. Setelah menjalani 5 tahun dari 20 tahun masa hukumannya, seorang psikopat bernama Michael Murphy ditangkap dan mengaku atas kejahatan yang sebelumnya sudah didakwakan pada Richard. Penyelidikan kedua, kali ini menggunakan teknik tes DNA, membuktikan bahwa Richard tak bersalah. Michael kemudian ditangkap sebagai pemerkosa berantai yang disebut media sebagai “River Park Rapist”.

Namun setelah Richard bebas, kemudian diketahui bahwa sang River Park Rapist sebenarnya adalah dua orang. Nah lho, apa itu berarti …




4 comments:

  1. Tragis banget yg George Stinney, waktu liat reka ulang eksekusinya di yutub bikin nangis

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dia bukan korban injustice termuda. Ada kasus bocah kulit hitam 13 tahun (lupa siapa namanya) lagi main bawa sesuatu yang mirip pistol, ada orang yang ngeliat dan lapor polisi kalo dia lihat seseorang bersenjata api. Si pelapor bikang kalo cowok bersenjata itu kelihatannya masih remaja.
      Polisi dateng, tanpa babibu langsung tembak si anak.
      Tragisnya, dia ga langsung mati dan pas sekarat polisi nggak berbuat apa-apa untuk menolong, bahkan kakak perempuannya umur 15 tahun yang mau menghampori dan nolong adiknya ditahan sama 2 polisi kulit putih itu sampai adiknya akhirnya mati kehabisan darah.
      Lebih parahnya lagi setelah jenazahnya didekati, yang dia pegang itu pistol plastik mainan yang jelas-jelas ada stiker (lupa juga warnanya apa) yang melambangkan kalau itu pistol mainan.
      Polisi yang main asal tembak bahkan ga dipenjara atau dipecat, cuma dikasi sanksi ringan.

      Delete
  2. Kasus yang"Thomas Cornell Jr." parah banget nih tetangga(Murni tololnya), menurut gue si tetangga antara ada dendam sama si thomas atau emang dia beneran mimpi tentang ibu thomas!!!???

    Buat kasus yang"William Jackson Marion" komentar gue : "Excuse me, what the fu*k".

    ReplyDelete