Ada banyak sebenarnya candi di sekitaran Malang dan Surabaya, namun mungkin Candi Singosari inilah yang paling mudah dijangkau. Jika kalian naek bus dari arah Surabaya ke Malang *dan sebaliknya* kalian pasti ngelewatin Singosari ini. Letaknya juga cukup dekat dari Malang. Makanya, pas gue jalan-jalan ke Malang, gue mutusin juga mampir ke lokasi ini. Dan wisata sejarah ke Singosari ini cukup lengkap, karena kita bisa melihat 3 objek bersejarah, yakni Candi Singosari, arca Dwarapala, dan Petirtaan Ken Dedes.
Dari arah Surabaya – Malang, gue sarankan jika naek bus, turun aja di Pasar Singosari. Setelah itu tinggal naek jembatan penyeberangan dan kalian akan menemukan joglo ini. Sepertinya ini bangunan sanggar kesenian atau semacamnya.
Dari sana, tinggal berjalan balik arah *ke arah Surabaya* sekitar satu perempatan dan kalian akan menemukan gapura ini.
Easy to spot right? Dari sini tinggal berjalan beberapa puluh meter dan candi akan terlihat dari kejauhan.
Di sana gue menulis buku tamu dan memberikan uang masuk seikhlasnya untuk perawatan candi. Gue sih nyaranin di sekitaran angka 5 – 10 ribu, tapi silakan lebih kalo kalian dermawan *dan dermawati* Tapi jangan PHP ya guys, ngasih duit 100 ribu terus pas bapak penjaganya kaget dan sujud syukur masih ditambahin, “Kembalinya 98.500 ya Pak.” Minta ditabok tuh namanya.
Sebelum menikmati candinya, terlebih dulu gue menjepret arca-arca yang berjejer di sekitar candi tersebut. sayangnya banyak arca yang rusak, bahkan kehilangan kepalanya. Katanya sih dulu kalo ada yang jarah peninggalan sejarah kayak candi gini, kepala patungnya dipotong soalnya nilainya paling tinggi *dan juga berat kalo gotong patung utuhnya*
Sialnya kenapa pas sisi candi yang paling jelas dijepret kamera karena membelakangi matahari malah sisi yang ada tangganya ini? Tapi nggak apa-apa lah, justru bersyukur soalnya tangga itu menjadi bukti kalo candi ini masih dirawat *kecuali kalo yang naruh tangga itu anak tetangga yang mau ambil layangan*
Kejutan, di sini gue nemu pohon maja. Udah langka lho pohonnya. Maja tuh tanaman berbuah pahit dimana dari namanya terlahir nama kerajaan besar “Majapahit”. Tuh buahnya yang bulet dan menarik hati untuk dimakan *tapi sebaiknya jangan*
Sekilas foto candi ini. Salah satu yang gue perhatiin dari candi ini adalah miskinnya relief di sudut-sudut candi. Padahal gue dah jelajahin beberapa candi di Jawa Tengah dan sisi candi biasanya kaya akan relief. Nggak tau apa reliefnya ilang ataukah emang begitu desain asli candi di Jawa Timur?
Adanya stamp di batu ini menunjukkan usaha restorasi oleh Belanda pada masa pra—kemerdekaan RI.
Yang unik dari candi Jawa Timur tentunya kepala raksasa di atas pintu masuk.
Sayangnya gue banyak melihat relung-relung kosong di tiap sisi candi ini. Kenapa nggak patung yang tadi dipajang di luar candi dimasukin aja ke sini, toh malah melindungi arca dari kerusakan akibat cuaca kan?
Di dalam candi sudah nggak ada arca lagi, tapi masih ada payung dan sesajen, bukti bahwa candi ini masih dipakai beribadah bagi beberapa orang. Sesuatu yang harus kita hargai menurut gue, walau kepercayaannya mungkin bertentangan dengan keyakinan kita.
Di pintu masuk ada dua lubang ini, di atas ama di bawah. Gue nggak tahu apa fungsinya.
Kejutan, di salah satu relung di salah satu sisi candi ternyata masih ada patung ini. Dilihat dari wajahnya seperti bukan orang pribumi, India-kah?
Dari penampakan candi yang satu ini, keliatan banget kalo ujungnya sudah tumpul. Padahal dari bentuk asli candi di Jawa Timur, harusnya ujungnya runcing. Sayang, kenapa nggak direstorasi juga ya?
Gue juga nggak tahu apa maksud tumpukan batu ini? Candi juga? Huuuuh .... minim banget sih informasi di candi ini???
Setelah jalan-jalan yang singkat di Candi Singosari, gue lalu melanjutkan mencari arca Dwarapala. Di persimpangan, gue sempet nemuin petunjuk jalan ke Candi .... sekitar 5 km jaraknya. Selain jauh, gue juga nggak begitu tertaik mengunjunginya, karena itu sebenarnya bukan candi, melainkan stupa.
Arca dwarapala ada sepasang dan letaknya nggak begitu jauh dari Candi Singosari. Seperti biasa, arca dwarapala (atau raksasa penjaga) digunakan sebagai petenger atau penjaga pintu masuk menuju ke kerajaan. Ini salah satunya, gue suka banget ama lokasinya karena ketika difoto bisa berjejer ama Garuda Pancasila.
Gue ingat dulu pernah denger perbedaan dwarapala di Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah letak gadanya. Jika gada yang dipegang Dwarapala di kerajaan kuno di Jawa Tengah *masih bisa dilihat di keraton juga* itu menghadap ke atas, karena bertujuan untuk menghukum siapapun yang lancang masuk; namun gada dwarapala di Jawa Timur menghadap ke bawah, karena sifatnya lebih ke mengayomi dan menjaga kedamaian. Wooow ... baru kali ini gue bisa liat buktinya langsung.
Ini arca dwarapala satunya *dan lagi-lagi gue nggak ngerti apa fungsi tumpukan batu candi di sebelahnya, ada yang bisa bantu?*
Oya pada tau kan legenda tentang kerajaaan Singosari, ada Ken Arok ama Ken Dedes. Nah, nggak heran hampir semua yang ada di sini tuh memakai nama Ken Dedes. Jalannya aja Jalan Ken Dedes.
Nggak gitu keliatan, tapi ini Pemancingan Ken Dedes
Perumahannya juga Ken Dedes
Dan tebak apa nama warung ini? Yap, warung Ken Dedes juga.
Gue curiga jangan-jangan kuda ini namanya juga Ken Dedes
Gue kucek-kucek mata ... Hah, apa bener ini Pemandian Ken Dedes? *Namanya bener-bener nggak ketebak ya guys?*
Gue tertarik masuk ke sini soalnya gue denger-denger ada petirtaan dimana Ken Dedes dulu sering mandi di daerah sekitar sini. Apa ini tempatnya? Setelah membayar tiket masuk, gue langsung kecewa. Selain nggak menemukan Ken Dedes lagi mandi di sini *banyakan malah cowok EEEEWWWWW*
Ternyata ini cuman kolam renang biasa. Setelah nanya-nanya ama yang jaga tiket, ternyata gue salah lokasi. Ternyata yang nama “Petirtaan Ken Dedes” dan “Pemandian Ken Dedes” adalah dua tempat yang berbeda jauh. Pemandian Ken Dedes hanyalah kolam renang biasa. Nah, baru yang namanya Petirtaan Ken Dedes (atau dinamakan juga Petirtaan Watugede) itu tempat bersejarah yang ternyata lokasinya ada di dekat Stasiun Singosari. Sialnya, Stasiun Singosari ternyata nun jauh di dekat Pasar Singosari tadi, berarti gue harus balik jauh banget. Buseeeeet ...
Ini gue buatin peta deh biar kalian nggak bingung.
Nah kata ibunya ini, ancer-ancer Petirtaan Ken Dedes gampang kok. Dari Pasar tinggal jalan ampe ketemu rel kereta api, lalu belok kiri. Di sana tinggal jalan terus ampe ketemu pohon gede. Nah, di situ letak Petirtaan Ken Dedes-nya.
Sebelum menuntaskan perjalanan gue ke sana, gue mutusin makan dulu. Sedihnya gue dapet tempat makan pas di depan candi dan menunya apa coba.
Bakso Solo. Hiks ... udah susah-susah gue hijrah dari Solo tetep aja makannya yang Solo-Solo juga.
Dan saingan berat warung ini adalah ...
Akhirnya tiba juga di Petirtaan Watugede. Pas gue masuk, ternyata gue nggak ditarik biaya. Naaah ini baru terasa peninggalan masa lampaunya.
Mata air di petirtaan ini masih jalan sehingga emang dimanfaatin buat berenang. Asyik banget ya kayaknya, sayang gue nggak bisa renang dan nggak ada temen nyebur juga. Oya konon denger-denger petirtaan ini juga merupakan tempat pertama kalinya Ken Arok bertemu dengan Ken Dedes lho. Bisa nggak ya gue di sini seperti Ken Arok dan Ken Dedes alias bertemu jodoh gue? Tapi kok yang ada di sini cowok semua ya??? What the hell ...
Ada payung dan seperti biasa ada sesajen di sini. Kalo kalian jeli, kalian bisa lihat sumur di sini.
Di sekitaran petirtaan ini masih terlihat batu bata penyusunnya.
Oya, walaupun air di petirtaan ini udah nggak karuan gara-gara dipakai anak-anak mandi, ternyata air bagian ini masih tetap tenang lho. Sampai ada daun jatuh aja riaknya keliatan. Wah damai banget ya kayaknya.
Masih ada peninggalan purbakala yang masih bertahan di sini rupanya, walaupun lokasinya nggak dikelola resmi, yakni arca yang berfungsi ganda sebagai tempat keluarnya air ini.
Setelah puas muter-muter *plus kesasar* di Singosari, maka gue tinggal nunggu angkot menuju ke Malang. Gampang kok, dari persimpangan rel kereta tadi tinggal nyetop angkot yang ada huruf A-nya alias Arjosari. Hanya dengan makan beberapa waktu beberapa menit dan ongkos 3 ribu aja, gue akhirnya nyampe di Malang. Tinggal dilanjutin deh jalan-jalannya :D
No comments:
Post a Comment