Makam Peneleh di Surabaya mungkin bisa disamakan dengan Taman Prasasti di Jakarta, isinya kuburan Belanda dengan batu nisan yang artistik. Sayang pas gue ke sana, gue harus menelan pil pahit kekecewaan soalnya nggak bisa masuk. Tapi ternyata wilayah Peneleh menyimpan sejarah lebih dalam dari sekedar makam Belandanya. Gue sempat terhibur laranya *lebay* dengan menemukan jejak sejarah tokoh yang selalu gue kagumi, Soekarno, di Peneleh ini. Simak yuk ceritanya.
Peneleh terdapat di sepanjang Kalimas *which is very long btw dan nggak bisa dijadiin ancer-ancer* Jadi gue mulai perjalanannya dari Tugu Pahlawan aja ya. Gue sehabis menunaikan misa di Gereja Kepanjen memang sudah merencanakan untuk jalan-jalan ke Peneleh bermodal kenekadan. Kenapa nekad? Soalnya gue baca di internet kalo kita sekarang nggak bisa sembarangan masuk ke dalam Makam Peneleh soalnya udah diambil alih pengurusannya oleh Dinas Pertamanan dan gue sendiri nggak berhasil mendapatkan info tentang bagaimana mendapatkan izin untuk masuk ke sana. Karena itu, gue nekad aja ke sana, siapa tau gue bisa ngobrol langsung ama yang jaga makam alias juru kuncinya *siap-siap duit buat nyuap juga aslinya wkwkwk*
Jalanan di Minggu pagi itu masih lengang dan gue menemukan rumah tua unik ini. Kubahnya terbuat dari genteng lho.
Ada juga jalan yang namanya menarik perhatian gue ini. Emang yang namanya hubungan cinta memang membutuhkan Kepatian ya guys?
Ekspresi readers: “KEPASTIAN BANG! KEPASTIAN!!!”
Gue tertarik masuk ke pasar ini soalnya gue melihat ada bangunan tuanya, dan memang benar.
Gue heran ... masih ada yang percaya bullshit ini?
Akhirnya ketemu juga sungainya. Tinggal melintasi jembatan ini dan tibalah kita di kawasan Peneleh.
Jika ingin mencari Makam Peneleh, tinggal belok aja di gang Hotel Bali.
Ada banyak rumah tua di sana. dan masjid sederhana yang cukup impresif bagi gue karena ada lengkung tapal kuda-nya yang bercorak banget gaya Moorish.
Sayangnya pas tiba di sana, gerbangnya digembok. Pas gue nanya abang tukang becak yang mangkal di sana, katanya yang jaga lagi keluar dan balik jam 11 siang. Tapi pas aku tanya ama yang jaga puskesmas di samping makam, katanya juru kuncinya mudik. Waduuuh yang bener yang mana sih?
Sebenarnya gue ngeliat ada anak-anak lagi maen di dalam. Gue jadi bingung, gimana cara mereka masuk ya? Masa iya mereka nyusup ke celah jeruji pagar? Badan mereka emang kecil tapi nggak segitunya juga kali, loe kira Catwoman. Karena tak ada jalan buat gue masuk ke Peneleh akhirnya gue mutusin buat jalan-jalan sendiri kek orang ilang. Pas gue muter ke gang belakang makam ada sih tangga yang disenderin gitu, kayaknya buat masuk orang-orang yang nyari rumput di dalem, tapi gue males ah melanggar hukum gitu *padahal niat awalnya tadi lebih melanggar hukum, yakni nyuap yang jaga wkwkwk*
Di jalan gue coba searching di google dan tahulah gue kalo di Peneleh ternyata ada situs bersejarah lainnya. Dua malah, yakni Masjid Peneleh dan kediaman pahlawan nasional, HOS Cokroaminoto.
Gue ke rumah HOS Cokroaminoto dulu soalnya lebih deket. Beliau merupakan pendiri Syariat Islam dan rumah beliau ini dulu dipakai sebagai kos-kosan. Nah, salah satu pemuda yang ngekos di sini adalah Ir. Soekarno yang kemudian menjadi proklamator kita. Mungkin dari beliau-lah presiden pertama kita mendapatkan inspirasi untuk memerdekakan bangsa kita.
Uniknya, di plakat gue membaca kalau murid HOS Cokroaminoto tak hanya Ir. Soekarno saja, melainkan juga Muso dan Kartosoewiryo. Sayangnya, kedua tokoh tersebut kemudian berjuang memerdekakan Indonesia dengan paham yang bertentangan dengan Pancasila; Muso dengan paham komunisnya (PKI) dan Kartosoewiryo dengan paham Islam radikalnya (DI/TII).
Ini rumah kost tersebut. Suasana di dalam terasa damai. Di dekatnya ada bangunan yang dikenal sebagai Toko Buku Peneleh. Oya dengar-dengar rumah bersejarah ini dulu hampir dihancurkan oleh Soeharto lho yang ingin menghapus semua kenangan tentang Soekarno dari bangsa ini. Untung banyak pihak berusaha melindungi rumah ini sehingga kita sekarang masih bisa mengecap warisan sejarahnya.
Untuk ke Masjid Peneleh yang juga merupakan bangunan bersejarah, kalian tinggal masuk ke gapura ini. Dari jalan juga udah keliatan kok menara masjidnya yang menjulang tinggi.
Bentuknya cukup unik dan terasa banget aura kekunaannya.
Bicara tentang sejarah, masjid bernama lengkap Masjid Jami Peneleh ini dibangun oleh Sunan Ampel pada tahun 1421 dan dikenal sebagai masjid tertua di Surabaya. Bentuknya yang sekarang yang agak bergaya Eropa merupakan hasil renovasinya sekitar tahun 1800. Konon kata "Peneleh" sendiri artinya "Yang Terpilih". Mungkin karena lokasi strategis wilayah ini yang dekat dengan sungai yang kala itu menjadi sarana transportasi penting, makanya Sunan Ampel membangun masjid ini di sini.
Nah, sekian cerita gue tentang wilayah Peneleh di Surabaya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Walaupun gue nggak sempat jalan-jalan ke dalam makam tua Belanda, tapi cukuplah dengan adanya bangunan-bangunan tua di sekitarnya menyegarkan ingatan kita tentang sejarah panjang yang dilalui bapak pendiri bangsa kita. Oya, jika ada di antara readers yang tahu bagaimana cara masuk ke Makam Peneleh, mohon diinfokan dong. Thanks for reading :D
No comments:
Post a Comment