Tuesday, November 3, 2015

JANE X: PLUTON CARNAGE – CHAPTER 1 (ORIGINAL SERIES)

 

1

Fan fiction by: Dave Cahyo

WARNING: UNTUK DAPAT MEMAHAMI CERITA INI, KALIAN HARUS TERLEBIH DAHULU MEMBACA SERI JEFF THE KILLER YANG MEMUAT TOKOH JANE THE KILLER, YAKNI “VOW OF REVENGE” DAN “TRIUMPH OF EVIL”

***

PROLOGUE

KAPAL RECONQUISTA menjatuhkan muatannya ke atmosfer Pluto, tepat ke gurun es yang berada di kedalaman Tombaugh Regio. Pesawat itu kemudian terbang menjauh, menuju ke Sabuk Kuiper untuk melanjutkan perjalanan ke koloni Zarmina.

“Pesawat telah menjatuhkan muatannya, Kapten. Misi selesai.”

Kapten Abram menatap Pluto dan bulannya Charon. “Sedang ada gerhana matahari,” pikir Abram. “Ini selalu pertanda buruk.” Bila matahari, planet, berserta bulannya berada pada satu garis lurus maka gaya gravitasinya akan diperkuat dan ....

“TEEET ... TEEEEET .... TEEEEEET!!!” suara alarm yang amat nyaring berdegung, disertai goncangan yang amat keras.

“Ada apa ini?”

“Ada pesawat ... ada pesawat luar angkasa yang tiba-tiba meluncur dan menabrak lambung kapal!”

Kekhawatiran Kapten Abram terbukti. Gaya gravitasi Pluto dan Charon yang berlipat berkat aliansinya dengan matahari menarik pesawat luar angkasa lain untuk menerjang kapal mereka.

“Nocturna! Nocturna!” seru Kapten Abram. Namun kapal sudah telanjur ditelan api.

“Ayah!” seru seorang gadis dari balik kobaran api, “Ayah!!!”

“Tunggu di sana, Nocturna!” seru Kapten Abram yang semakin khawatir dengan keselamatan putrinya, namun sedikit mencicipi rasa lega setelah mengetahui putrinya baik-baik saja.

“Kapal akan jatuh, Kapten! Kapal akan jatuh!!!” suara ko-pilotnya teredam dalam bunyi sirine yang lantang bertubi-tubi.

“Semuanya! Bersiaplah untuk hantaman!!!”

Sang kapten menatap ke arah jendela dan melihat mereka semakin jatuh ke lubuk Pluto, planet dimana tempat sang dewa kematian bersemayam.

***

 

KAPAL INDUK RENAISSANCE

LOKASI: ORBIT SATURNUS

Marco tengah menatap cincin Saturnus yang beraneka warna, tertimpa cahaya yang dipantulkan Saturnus. Namun semua keindahan itu tak menghibur hatinya. Ia tak bisa tenang sebelum mendengar kepastian kabar kekasihnya, Nocturna.

“Marco.” Panggil seorang pria dari belakangnya.

“Alaric! Bagaimana? Sudah ada komunikasi dari Kapal Reconquista?” tanya Marco dengan wajah cemas.

Pemuda itu menggeleng, “Maaf! Kami menduga pesawat itu telah menghantam permukaan Pluto. Sabuk radiasi yang ada di sana membuat mustahil bagi kita untuk mengirimkan ataupun mendapatkan sinyal radio dari pesawat mereka.”

“Namun masih ada harapan kan mereka masih hidup?”

“Memang masih ada, Marco. Reconquista adalah salah satu kapal terkuat yang pernah dibuat. Namun aku takut, dengan kondisi Pluto yang amat tak bersahabat bagi kehidupan, kita hanya punya sedikit waktu untuk menyelamatkan mereka.”

“Apa kau sudah mengirim tim penyelamat? Izinkan aku ikut bersama kalian!” pinta Marco.

“Tentu saja, Marco. Aku sendiri yang akan memimpin misi penyelamatan. Dan kau adalah anggota SAR Intergalaktik yang paling brilian. Tentu saja kau akan ikut!”

Dalam hati Marco merasa heran. Mengapa Alaric yang menjabat sebagai komandan Korps Trans-Galaktika harus memimpin misi ini sendiri. Bukannya Nocturna dan Kapal Reconquista tak penting. Namun kesigapan mereka dan keseriusan mereka dalam menangani krisis ini ... sepertinya agak terlalu berlebihan.

Apa karena Alaric masih mencintai Nocturna?

Namun Marco segera menghapus pikiran itu. Mungkin saja karena Alaric adalah sahabat dekatnya makanya ia memprioritaskan kasus ini di atas segalanya. Yah, mungkin saja.

“Kita akan segera berangkat, Marco.” ujar Alaric, “Persiapkanlah dirimu. Kita akan bertemu dengan anggota tim lain kurang dari sejam lagi.”

***

 

LEMBAH ANUBIS, PLUTO

Nocturna membuka matanya.

Pesawat dalam keadaan gelap gulita. Hanya nyala api akibat tabrakan dan percikan bunga api listrik dari kabel yang terkoyak yang membuatnya bisa melihat dalam kondisi segelap ini.

“Ayah?”

Nocturna berusaha bangun dan menggapai kursi pilot dan membaliknya. Gadis itu menjerit ketika ia melihat mayat dengan wajah hancur di kursi tersebut.

“Ayah! Ayah!!!”

Namun kemudian Nocturna sadar. Ini bukan ayahnya, melainkan ko-pilotnya.

Terdengar suara erangan dari arah lantai.

“Ayah?” Nocturna segera membangunkan ayahnya. Ia terbaring tertelungkup di lantai kapal dengan darah berceceran dimana-mana.

“Nocturna, kau selamat ...” erang ayahnya lirih.

“Ayah ... bertahanlah!” ujar Nocturna sambil menghapus air matanya, “Kita akan segera keluar dari sini.”

“Ja ... jangan ...” bisik ayahnya, “Ini Pluto. Kau bisa mati jika keluar dari kapal ini.”

“Namun kita harus mencari pertolongan!” ujar Nocturna.

“Nocturna ... ada yang harus kau ketahui ... tentang mendiang ibumu ...” tiba-tiba Kapten Abram tersedak darahnya sendiri.

“Sssst ... sssst ... Ayah, tenanglah! Bicaranya nanti saja.”

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki.

“Si ... siapa di situ?” jerit Nocturna. Ia yakin sekali hanya ada 3 orang di kapal itu: ia, ayahnya, dan sang kopliot.

Namun suara langkah kaki itu terdengar makin mendekat.

“Siapa di situ???”

 

TO BE CONTINUED

4 comments:

  1. Bang dave cerita buatanmu bener bener mancing mania mantap

    Stanley stoner

    ReplyDelete
  2. gyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
    bang dave cerbbuuuunnnggggmmmuuuu mmmmmeeeeemmmaaaanngg kkkkeeeeerrrreeeeennnnn!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!1

    ReplyDelete
  3. Bang ini cerita ya ??????

    Herp Suherp

    ReplyDelete
  4. wah, imajinasinya bener2 keren bgd yaa bang dave

    ulfa was here~

    ReplyDelete