Sunday, December 8, 2019

FYRE FESTIVAL PART 2: THE LEGENDARY SCAM



Hari yang telah ditunggu-tunggu pun datang. 27 April 2017, Fyre Festival yang bersejarah akan diselenggarakan. Sebelum gue sebutkan tadi, pihak panitia dibantu warga lokal telah berusaha mempersiapkan sebaik mungkin menyulap lapangan parkir di Roker Point menjadi pantai eksotis tempat pesta mewah siap dimulai.

Tak perlu menanti lama, bencana pertama pun tiba. Malam itu, hujan deras turun mengguyur Pulau Exuma. Semua “kemewahan” yang mereka persiapkan, seperti cabana, ayunan, sofa, tenda, dan segala macam kini dibasahi air hujan atau bahkan kabur tertiup angin badai.

Penerbangan pertama pun mendarat pada jam 6 pagi. Saat berangkatpun para tamu sudah sebenarnya sudah mengendus bau tidak beres, sebab penerbangan dengan jet pribadi ke pulau yang dijanjikan mewah ternyata cuman pesawat biasa yang penuh sesak.

Harapan

(sumber gambar)
Kenyataan

Parahnya lagi, para tamu yang datang sama sekali tak sadar bahwa seluruh musisi yang awalnya digandeng untuk memeriahkan Fyre Festival itu telah membatalkan performa mereka di detik-detik terakhir. Termasuk di antaranya adalah Blink 182, setelah mereka mendengar desas-desus Billy kemungkinan tak bisa membayar penampilan mereka. Anehnya, Major Lazer yang didapuk sebagai bintang utama mengaku sama sekali tak pernah bergabung untuk memeriahkan perhelatan itu.

Untuk mengulur waktu, pihak panitia mengadakan “pesta mendadak dan ala kadarnya” di restoran dekat pantai dimana para tamu diminta menunggu sembari minum sementara di lokasi Fyre Festival, panitia lainnya dengan panik memperbaiki semua kekacauan yang tengah terjadi. Akibatnya, mereka terpaksa terdampar dan harus menunggu selama 6 jam.

Billy kala itu telah merangkul ratusan warga lokal untuk membantu mereka. Namun begitu semua persiapan mereka kandas akibat hujan, biayapun membengkak tak terkendali dan ia kemungkinan tak mampu membayar jasa mereka. Para tamu yang kemudian datang (berjumlah sekitar 500 orang) shock begitu tiba di lokasi pesta dan menyadari bahwa:

1. Pulau pribadi yang dijanjikan? Well ... it's still under construction

Harapan

Kenyataan

2. Vila pribadi yang mereka janjikan adalah tenda untuk pengungsi korban bencana alam

Harapan

Kenyataan

3. Kasur mereka basah

4. Untuk keamanan 24 jam, panitia menyediakan loker ini


5. Dan makanan “gourmet” mewah yang dijanjikan akan dimasak oleh celebrity chef? Inilah dia! 

Harapan


Kenyataan.  Ingat guys, mereka rata-rata udah menghabiskan 1.000 dollar (sekitar 14 juta rupiah) untuk sandwich ini

Para tamu yang shock tak mampu berbuat apa-apa. Ingat bahwa Billy merancang acara ini “cashless”? Karena sudah mentransfer uang ratusan dollar, mereka berpikir tak perlu membawa uang cash sehingga mereka tak bisa menyewa hotel atau akomodasi lain. Bahkan jika membawa uang kontan atau kartu kredit sekalipun, semua hotel, resort, dan villa di seluruh pulau itu sudah habis dibooking. Naas memang, tapi acara Fyre Festival kala itu berbarengan dengan sebuah acara lain bernama “Exuma Regatta”, sebuah acara kapal layar yang cukup populer, sehingga pulau itu dibanjiri tamu dari luar.

Reaksi para party-goers saat menyadari mereka kena zonk

Ketika malam tiba, kondisi di festival tersebut pun berubah makin kelam dan beringas, bahkan ada yang menyamakannya dengan adegan di “Hunger Games” hingga “Blair Witch Project”. Para tamu yang tak mendapatkan kejelasan akhirnya berebut tenda dan tempat tidur. Banyak yang kehilangan tas dan barang pribadi milik mereka karena lokasi itu tanpa penerangan sama sekali. Toiletpun tidak layak bahkan air keranpun tidak mengalir di sana. Para panitia tak memiliki seragam ataupun handie talkie, sehingga mereka tak bisa membereskan kekacauan itu. Bahkan hiburan musik yang mereka dapatkan pun hanya sebatas pementasan dari band lokal yang mereka sewa pada detik-detik terakhir.

Saat fajar menjelang, para tamu pun memutuskan “kabur”. Pemerintah Bahama yang mendengar tentang kekacauan di Fyre Festival segera memerintahkan agar acara itu dibatalkan karena tak ingin insiden buruk itu mencemari bisnis pariwisata mereka. Billy diminta untuk memulangkan semua tamu itu, bahkan kini proses tersebut dinamakan “evakuasi”. Memang bagi para tamu Fyre Festival yang dijanjikan kemewahan, mereka berada di situasi yang cukup mengkhawatirkan. Mereka terdampar tanpa uang, makanan, bahkan berada di negara asing di pulau tengah lautan yang antah berantah, apalagi tak sedikit di antaranya adalah gadis-gadis muda.

Ya, Fyre festival, yang mereka harapkan sebagai pesta terbesar akbar ini dengan bintang tamu spesial dan pengalaman berlibur yang tak terlupakan, berubah menjadi mimpi buruk.

Namun siapakah sebenarnya Billy McFarland ini, sang pencetus Fyre Festival yang menjelma jadi bencana ini?

Billy dan kekasihnya yang seorang model Rusia

Billy sebenarnya adalah seorang wirausahawan dengan otak cemerlang. Di kelas 5 SD, ia sudah memulai “bisnis” pertamanya. Sebelum lulus SMA, ia sudah merintis dua perusahaan startup. Pada usia yang teramat muda, 25 tahun, ia sudah memiliki bisnis yang menjanjikan. Ia paham benar pangsa pasarnya, yakni kaum muda milenial yang rela merelakan duit mereka demi status. Produk pertamanya adalah kartu kredit bernama Magnises pada 2013 dimana dengan uang keanggotaan tahunan sebesar 250 dollar, para anggotanya bisa menggunakannya sebagai “kartu pass” untuk menyambangi konser-konser yang tak sembarangan orang bisa masuk, menyantap hidangan dari chef terkemuka, hingga pagelaran seni kelas atas yang eksklusif. Semua tentu demi berfoto di instagram dan membagikan status agar mereka bisa panjat sosial dengan menampilkan kehidupan glamor yang tak semua orang punya.

Sayang, Billy dikenal sebagai pribadi yang kerap menawarkan janji-janji semu. Banyak pengguna kartu Magnises yang merasa apa yang mereka dapatkan tak sesuai dengan apa yang dijanjikan. Bahkan tak sedikit costumer yang meminta refund.

Kejeniusan Billy juga terlihat dengan caranya memasarkan Fyre Festival, dengan menggandeng para sosialita dan influencer yang menjadi idola kaum muda. Namun tentu saja, di sinilah letak kebobrokan bisnis endorse. Katakanlah gue memiliki idola di YouTube yang gue percayai banget opininya dan dia suka membahas review film. Makanya setiap kali ia membahas sebuah film yang menurut anggapannya bagus, gue akan langsung percaya dan tanpa banyak pikir berangkat ke bioskop untuk menontonnya.

Tapi sekarang, bagaimana kalo dia dibayar demi reviewnya itu?

Katakanlah pihak produser film memberikan uang beberapa juta buat dia untuk memuji film tersebut dan gue telanjur nonton film itu dan ternyata jelek. Bakalan marah kan gue? Sama halnya mungkin jika kalian adalah cewek (atau mungkin cowok, I'm not judging) yang suka banget dengan seorang influencer atau YouTuber dengan konten make up dan dia merekomendasikan sebuah produk tertentu. Pasti kalian dengan buta mengikuti sarannya. Tapi apa kalian pernah berpikir apa yang ia tawarkan itu benar-benar dari lubuk hatinya ataukah ia hanya mengiklankannya demi pundi uang?

Maka dari itu nggak heran, banyak yang kecewa dengan para influencer yang sudah mempromosikan Fyre Festival. Mereka beranggapan Kendall Jenner dkk juga sama bertanggung jawabnya dengan Billy atas penipuan yang mereka alami. Promosi Fyre Festival juga melibatkan model-model dan influencer tenar semacam Bella Hadid, Emily Ratajkowski, Hailey Baldwin, Elsa Hosk, Chanel Iman, Lais Ribeiro, Alessandra Ambrosio, Shanina Shaik, Nadine Leopold, Rose Bertram, Gizele Oliveira, dan Hannah Ferguson (yang kebanyakan nggak gue kenal, tapi gue yakin pasti sexy-sexy). Di antara mereka, hanya Bella dan Hailey yang secara resmi meminta maaf. Hayley bahkan merasa bersalah hingga ia mendonasikan uang yang ia terima untuk amal. Sementara itu Kendall telah menghapus postingannya yang mempromosikan Fyre Festival.

Berita tentang kegatotan Fyre Festival langsung viral di berbagai platform media. Bukannya prihatin, publik luas malahan menertawakan nasib ngenes para millenials yang menyambangi pesta itu. Simpati justru jatuh kepada para warga lokal yang tidak dibayar jasanya setelah Billy dengan nggak bertanggung jawab kabur pasca Fyre Festival dibatalkan. Seorang wanita bernama Maryann Rolle yang menjadi pemilik katering mengaku rugi dan kehilangan tabungannya hingga 50 ribu dolar gara-gara ulah Billy dkk. Beruntung, berkat sebuah film dokumenter (akan gue singgung nanti) yang memviralkan sosoknya, uangnya tersebut berhasil dikembalikan melalui GoFoundMe.

Her life story was tragic. As well as Andy King, uhm ... just google him

Billy akhirnya mengembalikan semua uang tiket yang sudah dikeluarkan oleh para tamu yang kecewa. Namun aneh bin ajaibnya, Billy masih belum kapok dan menawarkan tiket VIP untuk pesta Fyre Festival tahun berikutnya sebagai pengganti uang ganti rugi itu.

Yeah, right! Unfortunately, there won't be next year.

Akibat ulah mereka, duet maut Billy dan Ja Rule mendapatkan “hadiah” tuntutan sebesar 100 juta dolar. Wah udah jatuh tertimpa tangga ya. Udah utang kemana-mana dan duitnya habis, malah harus bayar denda dengan nominal segila itu. Berita terakhir, Billy kini jatuh kismin bahwa diusir dari penthouse mewah tempatnya tinggal (yang harga sewanya saja 25 ribu dolar atau 350 juta dolar per bulan) di kawasan elite New York. Nama baiknya pun sudah tercemar hingga tak ada satupun yang mau berbisnis dengannya. Kabar terbaru, ia dijatuhi 6 tahun kurungan dan mendekam di penjara federal atas tuduhan penipuan massal.

Bagaimana dengan Ja Rule sendiri? Sang rapper beruntung sebab ia tidak ditemukan terbukti tahu menahu tentang “penipuan” yang dilakukan oleh rekannya. Gue sendiri sih secara pribadi tidak menyebut ini sebagai murni penipuan sih. Toh kenyataannya Billy nggak kabur membawa duit para kliennya. Gue lebih melihat ini disebabkan karena perencanaan yang nggak matang, walaupun memang dalam banyak hal Billy membohongi para tamunya.

Billy McFarland saat ditangkap FBI. By the way, di halaman Wikipedia-nya, status Billy udah bukan lagu pengusaha tapi "fraudster" alias penipu

Nggak ada yang bisa mengelak memang bahwa berita kegagalan Fyre Festival dan bencana yang menimpa kaum millenial ini sebagai sesuatu yang menghibur dan bikin kita geleng-geleng kepala. Dua film dokumenter sekaligus bahkan dirilis untuk mengabadikannya, yakni “Fyre Fraud” dari Hulu dan “Fyre: The Greatest Party That Never Happened” dimana keduanya benar-benar “make documentary great again” sebab banyak ditonton karena menghibur.

If there's one thing we can learn from this, is to not believe in influencers (or anything in Instagram). Got it?


Sumber: Wikipedia



5 comments:

  1. Gua baca pas bagian pelaksanaan acaranya ikut stress :"

    ReplyDelete
  2. Padahal ga semua yang booking millenial lho
    Gue kemaren nonton promotion video-nya soalnya penasaran. Trus di comment war, ketahuan kalo ada tiket yang harganya cuma $500-an dengan fasilitas yang sama. Banyak juga warga menegah yang nabung buat beli tiket yang bukan VIP. Dan meski $1000 alias 14 juta rupiah keliatannya banyak, itu nominal yang rata-rata buat mereka yang mau liburan ke luar pulau/luar negeri, meski kudu ngirit berbulan-bulan dan lerginxa cuma 5 tahun sekaki. Bukan jumlah yang cuma bisa dibayar sama orang-orang super kaya.

    Dan masalah influencer yang dituntut, mwnurut gue itu mah sama aja kayak, contoh, Raise promosiin shampoo Pantene (iya ga sih?) bisa bikin rambut hitam cling kaya rambut Raise di iklan Pantene di TV. Kan dari dulu tuh, orang-orang terkenal dibayarin buat promosiin sebuah produk, cuma medianya aja yang beda. Dari radio, TV, terus di jaman online ini beralih ke sosmed.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ga semuanya anak tajir kali maksudnya, tapi dijamin semuanya anak millenials soalnya promosi fyre sendiri sepenuhnya lewat sosmed

      Delete
  3. Dari sini saya belajar kalau merencanakan suatu acara sangat tidak bisa sembarangan. Ga kebayang jadi panitianya gimana itu. ��

    Soal endorse ya mau gamau itu adalah dua mata pisau karena satu sisi dibayar dan dapat untung satu sisi lagi nama baik ambyar

    ReplyDelete
  4. Kasian sama warga lokal yang udah ikut bantuin, dan panitianya juga. Semoga mereka bahagia.

    ReplyDelete