Merry Christmas buat kalian yang
merayakan! Mau tahu gimana cara admin Mengaku Backpacker habisin
liburan Natal? Mungkin banyak di antara kalian yang nonton “Home
Alone” atau film-film Natal wajib lainnya. Tapi kalo gue pastinya
beda dong, yakni dengan nonton film-film horor hehehe. Di bulan
Desember ini gue kembali mereview film-film horor yang pantas untuk
kalian saksikan. Beberapa bahkan “khas” Natal banget. Kebanyakan
adalah film “mindf*ck” dengan twist yang mencengangkan. Mau tahu
film apa aja? Simak review gue kali ini.
1. MIRAGE (2018)
Kita mulai dengan yang ringan dulu.
Kalo kalian rajin baca review-review film gue, pastinya kalian udah
sering denger saran gue untuk menonton film-film berbahasa Spanyol.
Ada banyak banget emang film horor berbahasa Spanyol yang
berkualitas. Salah satu sutradara dengan jaminan mutu tersebut adalah
Oriol Paulo, terbukti dengan film-film besutannya seperti “Julia's
Eyes” (dimana dia berkolaborasi dengan sutradara kawakan Guilermo
del Toro), “The Body”, dan “Invisible Guest”. Semuanya adalah
film-film “mindfuck” abis alias mengandalkan plot twist yang
dijamin membikin kalian menganga. Maka nggak heran, gue suka menyebut
sutradara asal Barcelona ini sebagai “M. Night Syhamalan-nya
Spanyol”
Film terbaru yang dibesut Oriol Paulo
ini berjudul “Mirage”. Berbeda dengan film-filmnya yang lain yang
bergenre crime thriller, kali ini filmnya lebih condong ke “sci-fi”.
Film ini mengisahkan sebuah badai listrik misterius yang menyebabkan
seorang wanita mampu berkomunikasi dengan seorang bocah dari masa
lalu. Sang wanita menggunakan kekuatan misterius ini untuk mencegah
kematian sang bocah, namun dengan konsekuensi yang sama sekali tak ia
sangka.
Melirik sinopsisnya, film ini nggak
beda-beda jauh dengan tema yang diangkat “Frequency” atau film
seri Korea “The Signal”. Beda dengan film-film Oriol lain yang
biasanya bertema detektif, film ini tak terlalu dalam mengangkat
tentang misteri (walaupun di sini ada kasus pembunuhannya). Tetap ada
nuansa “whodunnit” di sini, namun bukan untuk mengungkap siapa
pembunuhnya. Plot twist yang dihadirkan pun cukup memukau. Namun jika
dibandingkan film-film Oriol lain yang lebih kelam, filmnya kali ini
terasa lebih “ringan” dan kurang berdarah aja.
Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.
2. TRIANGLE (2009)
Salah satu film dengan ending penuh
plot twist yang bikin geregetan, film “Triangle” ini awalnya
terkesan seperti sebuah film slasher biasa. Enam teman yang pergi
berlayar mengalami kejadian misterius dan tewas satu demi satu oleh
pembunuh misterius begitu kapal mereka dihantam badai. Namun film ini
ternyata lebih dalam ketimbang yang gue duga. Ketika misteri mulai
bergulir, gue mulai menyadari bahwa film ini nggak sesederhana yang
gue pikirkan.
“Triangle” jelas sebuah film
“mindf*ck” yang bikin kita berkata “What the hell?” ketika
misteri demi misteri terpecahkan, namun nggak ada yang segarang
ketika plot twist di akhir film terkuak. Bravo buat para penulis
naskahnya sebab gue yakin mereka pasti orang yang jenius ampe bisa
mikirin jalan cerita seperti ini. Gue nggak bisa spoiler banyak
tentang film ini takutnya bakal merusak kenikmatan kalian saat
menyaksikan. Jika kalian ingin melihat film dengan jalan cerita yang
sarat twist dan memuaskan logika, kalian patut menyimaknya. Tapi kalo
kalian ingin film yang sederhana dan nggak butuh banyak mikir, wah
mending jauhin deh film ini soalnya dijamin bakalan bikin kalian
bingung hehehe.
Gue kasi film ini skor 4 CD berdarah.
3. CLEANSING HOUR (2019)
Buat kalian yang suka dengan jalan
cerita yang lebih simpel (namun penuh gore), nah kalian bisa simak
film ini. Film ini menceritakan sebuah acara YouTube terkenal yang
menyiarkan upacara pengusiran setan (exorcism) secara live.
Pemirsanya meyakini bahwa apa yang mereka lihat adalah exorcism yang
autentik, namun sesungguhnya semua ini hanyalah akal-akalan para kru
film yang hanya ingin mendongkrak views dan menjual merchandise
mereka saja melalui exorcism “palsu”. Masalah mulai muncul ketika
salah satu aktris mereka yang seharusnya hanya “pura-pura” malah
kesurupan sungguhan dan satu demi satu kru-nya pun terbunuh di depan
kamera.
Film ini bergenre horor komedi jadi
jangan harapkan film “exorcism” ala “Conjuring” yang serius.
Gue awalnya hanya menganggap film ini bergenre “eksploitasi” aja
(alias hanya memanfaatkan trend “exorcism” aja tanpa
mendalaminya) dan gue sih nggak terlalu mengganggap serius film ini
bakalan mind-blowing atau gimana. Namun ternyata kesimpulan yang
dibawakan film ini rupanya cukup apik. Endingnya nggak terduga dan
super seru. Nggak hanya itu, film ini juga membawa kritikan pedas
bagi otoritas gereja, sesuatu yang sama sekali nggak gue harapkan
bakal muncul di film yang awalnya gue rasa “ringan” ini.
This movie is actually deeper than I
thought dan karena itu gue kasi skor 4 CD berdarah.
4. SECUESTRO / BOY MISSING (2016)
Naskah film ini digarap oleh Oriol
Paulo, sutradara jenius yang tadi gue singgung-singgung di atas,
karena itu kalian bisa menebak ceritanya pasti penuh plot twist. Film
ini menceritakan seorang pengacara korup yang kena karmanya ketika
anaknya sendiri terlibat kasus penculikan. Walaupun sang anak bisa
diselamatkan, namun teror terus mengintai keluarga mereka hingga sang
ibu (pengacara tersebut) akhirnya mengambil jalan pintas yang pada
akhirnya justru membahayakan nyawa keluarganya.
Lagi-lagi, nggak seperti yang gue
harapkan dari Oriol Paulo yang karyanya biasanya kelam, film ini
lebih ringan daripada yang gue duga. Emang sih ada plot twist di
sana-sini, tapi nggak semencengangkan karya-karyanya yang lain,
walaupun memang tetap membuat jalan ceritanya menjadi menarik. Karena
itu, film ini tetap recommended buat kalian dengan skor 3,5 CD
berdarah.
5. P2 (2007)
Film horor Natal mungkin terdengar
sebagai konsep yang absurd buat kalian. Natal kan kesannya sebagai
malam yang ramai dan gembira dengan lampu kelap-kelip, warna-warni
cerah, dan semua keluarga berkumpul sambil bersenang-senang, pastinya
bukan setting yang pas buat sebuah film horor. Bayangin aja film
bertema Halloween tapi komedi, pasti nggak pas. Christmas lebih pas
buat setting film drama keluarga yang heartwarming. Namun di sinilah
letak kejeniusan film ini. Malam Natal yang identik dengan libur
panjang dimana jalanan menjadi sepi karena semua orang memilih mudik
dan berkumpul bersama keluarga, bahkan layanan 911 menjadi “terbatas”
karena kebanyakan operatornya libur, justru dijadikan sebuah setting
yang klaustrofobik dan mencekam.
Film ini memiliki premis sederhana.
Seorang wanita yang pulang kemalaman akibat lembur, terjebak di
parkiran bawah tanah kantornya bersama seorang psikopat gila. Karena
itu adalah malam Natal, tak ada yang mendengar teriakannya minta
tolong dan iapun sadar, ia harus berusaha sendiri untuk menyelamatkan
nyawanya.
Banyak sisi plus di film ini. Pertama
sosok Wes Bentley (gue pikir awalnya dia Ian Sommerhalder yang jadi
Damon di “Vampire Diaries” karena sorot matanya mirip banget,
tapi ternyata bukan) yang cocok memerankan sosok psikopat dengan
karakter unik. Beda dengan sosok psikopat di film lain yang cenderung
dingin, sadis, dan tak berperasaan, di sini karakter Wes Bentley
malah terkesan kikuk dan culun, walaupun jelas ia punya masalah
kejiwaan yang serius. Kedua, gore-nya cukup memuaskan, walaupun cuma
ditampilkan di awal dan cukup absen di sepanjang film, sebelum
akhirnya diulangi di klimaks filmnya (itupun kadarnya berkurang
banyak). Dari segi ketegangan, film ini juga jempolan.
In the end, film
ini cukup recommendable buat kalian dan gue kasi skor 3,5 CD
berdarah. Satu-satunya kritikan gue, korbannya kurang banyak hehehe.
6. BETTER WATCH OUT (2017)
“You better watch out, you better not
cry ...” lirik tersebut adalah penggalan dari lagu “Santa Claus
is Coming to Town”. Namun siapa sangka lirik lagu Natal tersebut
justru cocok dijadikan judul sebuah film horor. “Better Watch Out”
menceritakan seorang gadis yang menghabiskan malam Natal dengan
menjadi babysitter seorang anak berusia 13 tahun. Malam Natal mereka
yang semula tenang berubah menjadi bencana ketika sosok misterius
muncul dan berusaha mendobrak masuk ke dalam rumah. Yap benar, dari
sinopsisnya kalian pasti bisa menebak film ini bergenre “home
invasion”. Tapi begitu plot twist pertama terungkap, kalian bakal sadar ini bukan film "home invasion" biasa.
Film ini benar-benar memberi inovasi
yang segar bagi genre “home invasion” yang “itu-itu aja” dan
gue menyambutnya dengan gembira. Ada saat dimana gue merasa film ini
agak “berlebihan” dan dipaksakan. Genrenya komedi horornya juga
membuat gue sukar menganggap film ini dengan serius. Namun endingnya
.... endingnya bener-benar keren dan “payoff” banget, apalagi ada
sejenis “mid credit scene” yang bener-bener membuat gue berharap
film ini bakalan ada sekuelnya.
Singkat kata, film ini benar-benar
cocok menemani liburan Natal kalian. Dengan jalan cerita yang nggak
terduga dan bisa gua bilang cukup cerdas serta kreatif, gue kasi film
ini skor 4 CD berdarah. I enjoyed it very much.
6. THE MAN IN THE TRUNK (2019)
Lagi-lagi sebuah film horor dengan
setting Natal, film ini menceritakan sepasang suami istri yang
kedatangan tamu yang tak mereka harapkan di malam Natal, yakni
sahabat lama sang suami yang sudah tak pernah ia temui selama
bertahun-tahun. Sang tamu meminta sebuah bantuan yang teramat sulit
untuk dipenuhi, namun demi persabahatan mereka, akhirnya disanggupi
oleh sang tokoh utama. Permintaan itu adalah untuk membantunya
mengubur mayat seorang pria yang kini tergeletak di bagasi belakang
mobilnya.
Ide dan plot film ini emang cukup untuk
membuat gue penasaran. Gue sama sekali nggak bisa menebak kemana
jalan cerita akan bergulir (apalagi karena premisnya terlampau
simpel). Ketika twist pertama terkuak, barulah gue mulai bisa
menerka, wah kayaknya klimaks dan endingnya bakal kayak gini nih.
Emang tebakan gue benar, namun lagi-lagi hal ini membuat gue lengah
karena film ini kembali terbukti sebagai film yang sama sekali nggak
bisa ditebak. Ketika gue mengira film ini sudah selesai, justru
muncul adegan dengan twist yang lebih dahsyat ketimbang
yang pertama.
Film ini emang cukup “menipu”
karena nggak “sedatar” yang gue pikirkan dan itu cukup membuat
gue puas. Alhasil, gue kasi film ini skor 4 CD berdarah. Lagi-lagi
pas buat menemani liburan Natal kalian.
7. CURSED (2004)
Udah lama gue nggak menonton film horor
Jepang karena perhatian gue banyak tersita ama film-film horor Amrik
ala Netflix yang kualitasnya semakin bagus. J-horror dulu sempat
menjadi primadona di perfilman horor dunia dan film ini sedikit
banyak membuat gue bernostalgia ama ciri khas film horor Jepang yang
minimalis namun kreatif.
Sesuai judulnya, film ini mengisahkan
sebuah minimarket yang terkutuk. Para penjaga tokonya senantiasa
mengalami hal aneh dan lebih celaka lagi, para pembeli yang
berkunjung dan membeli apapun dari toko terkutuk itu selalu menemui
ajal yang menggenaskan. Gue demen banget sama cara film ini
membuild-up ketegangan (terasa banget pas adegan dimana 3 konsumen
toko “dihantui” di tiga tempat berbeda, namun bersamaan). Gue
juga suka banget dengan teknik-teknik “scare” ala Jepang yang
amat ambigu dan juga absurd, beda banget ama teknik ala film-film
Hollywood yang biasanya ngandalin gore atau jumpscare (alias
horor-nya langsung dilemparin ke muka kita). Di sini, “scare”-nya
justru ditampilkan secara perlahan, bahkan kadang tidak ditampakkan
sama sekali. Konklusinya juga menurut gue cukup creepy dan memuaskan.
Akhir kata, gue kasi film ini dengan
skor 4 CD berdarah. Film ini tergolong film lawas dan gue berharap
industri film Jepang bisa kembali membuat film-film seperti ini.
8. BLUE RUIN (2013)
I saved the best for last. Film ini
nggak sepenuhnya horor, lebih ke arah thriller dan genre “revenge”.
Kalo membicarakan genre “revenge”, pastinya kita teringat ke
film-film "tragicomedy" ala Korea,
semisal “Old Boy”. Namun film ini berbeda. Ada banyak momen
dimana gue berharap film ini bakalan mencipratkan sedikit komedi
(karena tone-nya yang amat berbeda dengan film horor kebanyakan),
tapi kenyataannya gue malah makin dalam terjerumus ke jalan ceritanya
yang bertambah kelam dan “gritty”.
Film ini menceritakan seorang pria
tunawisma yang setelah mengetahui bahwa pembunuh orang tuanya
dibebaskan, berniat menuntut balas dan membunuh sang mantan
narapidana ini sendiri demi menegakkan keadilan. Namun setelah balas
dendamnya terpuaskan, ia menyadari bahwa ia juga harus menerima
konsekuensi alias “karma” dari aksi main hakimnya sendiri.
Walaupun film ini bergenre “revenge”,
namun pesan moralnya justru amat jelas bertentangan: “Jangan
pernah membalas dendam karena kita nggak pernah tahu kebenaran yang
sesungguhnya”. Di sini kita diajak untuk memahami bahwa aksi
balas dendam, sevalid apapun alasan kita, tetap nggak bisa dibenarkan
dan justru akan memperburuk situasi yang kita hadapi. Twist demi
twist terkuak (pas twist pertama gue langsung, “What the hell!”)
dan membawa kita ke kesimpulan yang teramat tragis. Gue juga yakin bakalan ada pesan moral lain yang bisa gue tarik setelah menonton film ini, cuman kalo gue ungkapin di sini duluan jatuhnya spoiler hehehe.
Yang spesial, gue dengar film ini
didanai oleh “fundraising” dan sama sekali nggak diback-up oleh
studio film gede, jadi film ini bisa dianggap sebagai karya
independen (tapi kok lebih berkualitas ketimbang film blockbuster Hollywood?). Film ini juga dapat penghargaan di festival film Cannes
(sebuah prestasi yang jarang diraih film bergenre horor yang biasanya
dipandang sebelah mata) jadi bisa dibayangin lah kualitas ceritanya
kayak apa. Selain itu, sutradaranya adalah sutradara sama yang
membesut film “Green Room” jadi bisa ditebak lah bakal ada
adegan yang gore di sana.
Gue kasi film ini (dan pesan moralnya
yang amat dalam) skor 4,5 CD berdarah, tertinggi di semua film yang
gue review kali ini.
So, enjoy your holiday with these
movies!
SUMBER GAMBAR: IMDB
kalau yang triangle, udah nonton dari dulu. yang lain belom sama sekali.
ReplyDeleterekomendasi : i see you (2019) bang.
Waaah, kebetulan gw lagi nyari ref film, thanks bang :D
ReplyDeleteudah ntn better watch out, p2, sm triangle dan suka sm ketiga-tiganya. blue ruin brp kali mau ntn tp ragu mulu, abisini bakal ntn.
ReplyDeleteAku suka banget sama suasana film yg dibangun di Blue Ruin. Tenang tapi penuh bahaya. Edan emang Netflix, filmnya bagus2.
ReplyDeleteblog terbaik yg gw kunjungi dari dulu fans bner tp baru bikin akun buat coment sukses bang dave
ReplyDelete