Monday, December 9, 2019

THE PURGE: MALAM PERTAMA – EPISODE 10



“Siapa kalian?” jerit Fira.

“Tenang saja, anak kecil. Kami tidak mengincarmu, tapi dia!” tunjuk Cicil.

Semua menatap ke arah yang ditunjuknya.

Foo.

“A … apa? Apa kaitan kalian dengan Oom Foo?” tanya Bagus kebingungan.


“Huh, apa kau tak curiga siapa dia sebenarnya, Bagus? Kau sudah lama tinggal di sini kan? Di lingkungan ini dia terkenal sebagai pria tua eksentrik dan anehnya, setiap kali The Purge berlangsung, apartemen ini akan selalu aman. Kenapa? Jawabannya hanya satu! Dia memiliki harta yang luar biasa banyak dan dia melindungi apartemen ini dengan uangnya! Hanya orang kaya yang bisa hidup senyaman ini saat The Purge berlangsung!”

“Katakan, dimana kau sembunyikan hartamu!” Adit serta merta langsung menendang pria tua renta itu.

“Jangan! Hentikan!” seru Bagus di tengah lukanya, “Dia hanyalah kakek biasa …”

“Ti … tidak … kau salah …” ucap Foo sambil meringkuk kesakitan, “Aku tak punya apapun … semua harta yang kumiliki sudah kudermakan untuk amal … aku tahu hidupku tak lama lagi jadi …”

“Jangan bohong!” Cicil menendangnya lagi, “Aku sengaja datang menyamar ke sini untuk menyelidiki tentangmu. Aku juga yang mengatur semua insiden malam ini supaya aku bisa masuk ke dalam Panic Room-mu ini. katakan, apa yang kau sembunyikan di sini!”

***

“Pak Yuga?” panggil Sandi di tengah lorong. Sekolah itu amat sepi, walaupun jelas mobil-mobil dan sepeda motor para guru terparkir di luar. Dimanakah mereka berada?

Ia mendengar suara dari arah UKS. Lampu juga tampak menyala dari dalam sana.

“Apa kita tanyakan pada suster UKS saja?” usul Lia.

Sandi pun akhirnya mendekat dan …

“Permisi suster …. AAAAAAA!!!”

Sandi langsung berteriak ngeri begitu melihat para perawat di UKS sedang memotong-motong tubuh seorang siswa. Mereka berbalik menatapnya dengan seringai di balik masker mereka. Baju operasi mereka berlumuran darah dan pisau skalpel tajam yang masih belepotan dengan jaringan tubuh manusia masih tergenggam di tangan mereka.

“Aulia, lari!” seru Sandi. Mereka berdua segera kabur ke arah lapangan basket sekolah mereka yang terletak di belakang. Di sana, ia melihat para guru. Dengan lega, Sandi memanggil mereka.

“Pak Yuga! Syukurlah, di sana ada …”

Namun langkahnya terhenti begitu ia melihat mereka semua bergandengan tangan membentuk lingkaran dan mulai melantunkan syair yang terdengar tak asing baginya.

“Malam ini adalah malam segala malam …”

Sementara itu di tengah mereka, seorang siswa tengah terikat di pasak kayu tinggi, dikelilingi oleh ranting-ranting kering. Dia berteriak minta tolong, sementara bau bensin tercium menyengat dari tubuhnya.

Sandi langsung mengenali siapa siswa itu. Dia adalah Adinda Rafifa alias Rafi, murid paling bengal di sekolah itu.

“Terpujilah Republik Sosialis Indonesia … Terpujilah para Founding Father kita!”

Pak Yuga langsung melemparkan sebilah korek menyala ke atas ranting-ranting itu. Segera, api membesar dan melalap tubuh Rafi, menenggelamkannya ke dalam penderitaan yang tak terperikan.

“AAAAAAAAAA!!!” teriaknya menjelang ajal.

“Pa … Pak Yuga … Kau …” bisik Sandi tak percaya.

Pria itu menoleh sembari menyeringai. Cahaya dari bara api menyinari wajahnya yang tertutup oleh topeng.

“Hai, Sandi …”

***

“Siapa kau sebenarnya?” tanya Bagus. Cicil menoleh ke arahnya.

“Aku adalah pemimpin Geng Fluffy. Kami adalah Furry yang kerap dikucilkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, kami beraksi pada malam Purge, membalas dendam dan merampok, menunjukkan eksistensi kami.”

“Oh, lihat!” tunjuk Adit ke arah layar kamera keamanan, “Teman-teman kita sudah datang!”

Tampak sebuah van berhenti di depan rumah dan muncul orang-orang berkostum boneka karakter dari Happy Tree Friends. Namun di balik penampilan mereka yang imut, Bagus tahu di sana tersembunyi kekejian yang tak terperikan.

“Hen … hentikan semua ini! ambil saja semua yang kau mau, tapi lepaskan kami.” Bagus berusaha berdiri, “Apa kau tak kasihan pada gadis kecil yang buta ini?”

“Oh, jangan sok suci, Bagus. Aku tahu siapa kau. Saat melihatmu bersama teman-temanmu yang berpenampilan bak karakter film horor itu aku langsung tahu siapa kalian.” Cicil menudingnya, “Kau adalah Radnock, Son of Lucifer! Kau adalah pemimpin geng terkejam yang pernah beraksi di The Purge!”

“Kau Radnock?” ucap Foo tak percaya, “Son of Lucifer?”

Ia tak percaya pemuda kalem yang ia anggap tak berdosa ternyata menyimpan masa lalu yang teramat kelam.

“I … itu masa laluku …” ujar Bagus terbata-bata, “Aku sudah berubah sekarang. Aku bukan lagi Radnock!”

“Sekali pembunuh, tetap pembunuh!” ujar Cicil, “Jika aku tak berhasil mendapatkan harta dari si tua bangka ini, akan kujual organ tubuh kalian ke penadah organ ilegal. Kalian akan memberikanku keuntungan yang besar, HAHAHAHAHA!”

“Wa … wanita terkutuk!” maki Bagus.

“Sudahlah, Cil!” Adit melepas kepala bonekanya, “Kita bunuh saja mereka se … AAAAAAA!!!”

“Tiba-tiba saja sosok misterius muncul dari balik Adit dan segera menggorok lehernya. Darah pun muncrat membasahi dinding dan pria itupun roboh tak bernyawa.

“ADIT!” jerit Cicil terkejut.

Pria bertopeng Michael Myers dari film “Halloween” itu kini menodongkan pisaunya ke arah mereka. Dialah yang tadi menghabisi teman-teman Bagus dan kini, ia hendak menuntaskan misinya.

“A … apa lagi ini?” seru Bagus tak percaya.

***

“Mereka adalah murid-murid yang nakal, Sandi.” ujar Pak Yuga tanpa penyesalan sedikitpun, “Mereka pantas mendapatkannya.”

Ta … tapi, Pak …” Sandi berjalan mundur, berusaha melindungi Aulia di belakangnya. “Mereka murid kalian juga kan …”

“Mereka murid nakal! Harus dihukum!” Pak Yuga mengacungkan pisaunya, “Kami para guru benci dengan murid-murid nakal! Mereka tak pernah menghormati kami! Dasar kids zaman now!!!”

Para guru lain mulai mengikutinya.

“Kalian juga anak nakal! Aku sudah memberikan kalian PR malam ini, namun kalian malah berkeliaran di luar, di malam The Purge! Sudah kubilang jangan ikut The Purge! Kenapa kalian tidak mengerjakan PR kalian!”

Seringai Pak Yuga bertambah lebar.

“ANAK NAKAL HARUS DIHUKUM!!!”



BERSAMBUNG




No comments:

Post a Comment