Saturday, December 7, 2019

RADIOACTIVE SERIES #3: INSIDEN LAB SL-1, TRAGEDI KECELAKAAN NUKLIR PERTAMA DI DUNIA



Jika ditanya, negara mana yang pernah mengalami kecelakaan nuklir, pasti di benak akan langsung terbayang negeri komunis Uni Soviet (Rusia) dan bawahannya, seperti Ukraina. Namun ternyata, kecelakaan nuklir yang berbahaya pun sering terjadi di negara Paman Sam yang notabene negara adidaya yang menjadi pionir energi atom. Akan tetapi berkat kepiawaian media yang menyembunyikannya, kasusnya tentu tak berhembus sekencang Chernobyl, bahkan tak banyak warga negara AS sendiri yang tahu.

Secara mengejutkan, sudah terjadi 56 kecelakaan reaktor nuklir di Amerika Serikat sepanjang sejarah! Kecelakaan nuklir pertama kala itu tercatat terjadi di laboratorium berjuluk SL-1 di negara bagian Idaho yang menewaskan tiga orang. Kisah ini hingga kini masih diselimuti misteri karena tak meninggalkan saksi mata, hingga ada teori yang menyebutkan bahwa kondisi kejiwaan salah satu korbannya menjadi penyebab tragedi itu. Melengkapi “Radioactive Series”, gue akan membahasnya secara singkat.

Dear readers, inilah Dark Case kali ini.


SL-1 merupakan singkatan dari “Stationary Low-Power Reactor Number One”, yakni sebuah lab yang menjadi lokasi eksperimen reaktor nuklir pertama di Amerika Serikat. Fasilitas milik militer AS itu bertujuan untuk memanfaatkan tenaga nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik. Setelah membumihanguskan Jepang dan keluar sebagai negara adidaya pemenang Perang Dunia II, Amerika Serikat semakin menyadari pentingnya tenaga atom dan berusaha menjadi pionir dalam pemanfaatannya. Reaktor tersebut dibangun di sebuah lokasi yang amat terpencil, sekitar 65 km jauhnya dari kota terdekat, yakni Idaho Falls.

Namun tak ada yang menduga, sebuah kecelakaan akan menimpa para pekerjanya pada 3 Januari 1961. Tak ada yang tahu bagaimana bencana itu berawal. Yang jelas, pmalam itu, tiga orang bekerja di dalam ruangan reaktor uranium. Di ruangan itu, panas dari radiasi nuklir yang dikeluarkannya akan memanaskan air, dimana selanjutnya uapnya akan dimanfaatkan untuk memutar generator dan menghasilkan listrik. Dengan kata lain, ruang itu adalah prototipe PLTN yang pertama. Tentu saja radiasi nuklir dari uranium sangatlah berbahaya. Untuk mengendalikannya, dirancanglah sebuah alat berupa tuas yang mengatur pelepasan neutron dari uranium tersebut.

Akan tetapi ada sesuatu yang salah malam itu. Di tengah malam yang dingin, sebuah ledakan terdengar dari ruang reaktor tersebut.

Suara ledakan itu memicu alarm kebakaran yang berdenging keras. Pihak tentara dan pemadam kebakaran segera bergegas ke lokasi. Namun begitu alat geiger counter mereka berbunyi nyaring, menandakan level radiasi yang teramat tinggi, merekapun gentar dan akhirnya mundur. Beberapa waktu kemudian, beberapa ahli fisika dengan pakaian pelindung memberanikan diri untuk masuk. Begitu mereka membuka pintu, mereka menyaksikan hal yang amat mengejutkan.

Air dari reaktor tersebut tumpah ruah di lantai, sementara serpihan peralatan berserakan dimana-mana. Kemudian mereka melihat jenazah pertama, seorang tentara bernama Jack Byrnes, sudah tergeletak tak bernyawa. Tubuh kedua, seorang operator bernama Richard McKinley juga terbaring tak berdaya, mengerang kesakitan.

Mereka lalu berusaha mencari pria ketiga yang seharusnya berada di sana, seorang ahli listrik dari angkatan laut bernama Richard Legg, namun mereka tak menemukannya. Seharusnya di ruangan terdapat 3 orang, namun satu kini ditemukan tewas, satu sekarat, dan satunya lagi menghilang? Dimanakah dia?

Lab SL-1 terlihat dari luar sebelum insiden ledakan

Para ahli fisika itu tak punya banyak waktu untuk berpikir dan segera berusaha menyelamatkan Richard McKinley. Namun tubuhnya sudah rusak sedemikian pula oleh radiasi sehingga tak terselamatkan. Bingung akan jenazah dua pria itu yang kini mengeluarkan radioaktif hingga alat ukur mereka terus berdenging tiada henti di dekat mereka, para tentara itupun memutuskan untuk mengangkutnya ke dalam ambulans, lalu pergi ke tengah gurun, dimana mereka kemudian meletakkannya begitu saja di sana. Mereka kemudian kembali untuk memusatkan pencarian pada korban terakhir, Richard Legg.

Para petugas penyelamat yang kali ini lebih berpengalaman masuk kembali ke dalam reaktor untuk mencari korban terakhir. Ketika salah satu dari mereka kebetulan mendongak ke atas, akhirnya ia tahu mengapa pihak pencari sebelumnya tak mampu menemukan jenazahnya. Tubuh Richard Legg kini tertancap di langit-langit. Sebuah bilah tampaknya terpental akibat kuatnya ledakan, menusuk tubuhnya, meluncur, dan menancapkannya ke atas. Dibutuhkan sebuah crane untuk mengevakuasi tubuhnya.

Pertanyaan pun muncul, apa yang menyebabkan insiden itu? Para penyelidik akhirnya menemukan jawabannya. Gue sempat singgung tadi bahwa untuk mengatur radiasi neutron yang dikeluarkan uranium, diperlukan sebuah alat berupa tuas. Untuk mengoperasikan reaktor itu dengan aman, para petugas itu harusnya cukup menaikkannya sebanyak 10 cm saja. Akan tetapi ketika terjadi ledakan, kondisi tuas itu naik hingga 67 cm! Peristiwa ini menyebabkan “meltdown” dimana pancaran radiasi uranium menjadi amat tinggi hingga tak terkendali lagi dan akhirnya menyebabkan letusan.

Apakah hal ini hanya kecelakaan? Cukup sukar untuk mempercayainya, mengingat betapa jauh jarak tuas itu dari yang semestinya. Penyelidikan selanjutnya membuktikan bahwa salah satu pekerja malam itu, yakni Jack Byrnes tengah berada dalam kondisi mental yang tidak stabil. Pernikahannya diambang kehancuran karena ia mencurigai bahwa istrinya berselingkuh dengan salah satu teman pekerjanya, entah dengan Richard McKinley atau Richard Biggs. Dan kebetulan sekali, malam itu Jack-lah yang bertugas mengangkat tuas itu. Apakah dia sengaja menyebabkan insiden tersebut? Apakah ia berniat bunuh diri, namun tidak sebelum membawa serta musuh yang dibencinya ke alam baka? Kita mungkin takkan pernah tahu jawabannya.

Sisa dari peristiwa naas tersebut hanyalah jenazah mereka bertiga yang tak bisa dikubur dengan cara tradisional ataupun dibakar. Tubuh mereka harus disimpan dalam peti berbahan timah tebal yang kemudian ditaruh di dalam bunker bawah tanah berdinding logam dan dikubur bukan dengan tanah, melainkan dengan semen padat. Hingga kinipun, jenazah mereka masih memancarkan radiasi mematikan, menjadi pengingat betapa berbahayanya energi yang disebut nuklir itu.



Batu nisan dari apa yang tersisa dari ledakan Lab SL-1.  Bayangkan ratusan atau ribuan tahun mendatang,  jika datang orang-orang yang sama sekali melupakan sejarah  dan tak tahu apa yang ada dikubur di bawahnya,  lalu mereka membongkarnya,  bisa bayangkan bencana apa yang akan terjadi?




5 comments:

  1. Nuklir ternyata semengerikan itu 😥😥

    ReplyDelete
  2. pentingnya belajar kimia :") ta-tapi aku paling anti ama kimia :"))

    ReplyDelete
  3. Emang kalo mayat kena radiasi uranium, butuh berapa tahun buat ngilangin efek radioaktif nya?

    ReplyDelete