Jika
ditanya, negara mana yang pernah mengalami kecelakaan nuklir, pasti
di benak akan langsung terbayang negeri komunis Uni Soviet (Rusia)
dan bawahannya, seperti Ukraina. Namun ternyata, kecelakaan nuklir
yang berbahaya pun sering terjadi di negara Paman Sam yang notabene
negara adidaya yang menjadi pionir energi atom. Akan tetapi berkat
kepiawaian media yang menyembunyikannya, kasusnya tentu tak berhembus
sekencang Chernobyl, bahkan tak banyak warga negara AS sendiri yang
tahu.
Secara
mengejutkan, sudah terjadi 56 kecelakaan reaktor nuklir di Amerika
Serikat sepanjang sejarah! Kecelakaan nuklir pertama kala itu
tercatat terjadi di laboratorium berjuluk SL-1 di negara bagian Idaho
yang menewaskan tiga orang. Kisah ini hingga kini masih diselimuti
misteri karena tak meninggalkan saksi mata, hingga ada teori yang
menyebutkan bahwa kondisi kejiwaan salah satu korbannya menjadi
penyebab tragedi itu. Melengkapi “Radioactive Series”, gue akan
membahasnya secara singkat.
Dear
readers, inilah Dark Case kali ini.
SL-1
merupakan singkatan dari “Stationary Low-Power
Reactor Number One”, yakni sebuah lab yang menjadi lokasi
eksperimen reaktor nuklir pertama di Amerika Serikat. Fasilitas milik
militer AS itu bertujuan untuk memanfaatkan tenaga nuklir sebagai
pembangkit tenaga listrik. Setelah membumihanguskan Jepang dan keluar
sebagai negara adidaya pemenang Perang Dunia II, Amerika Serikat
semakin menyadari pentingnya tenaga atom dan berusaha menjadi pionir
dalam pemanfaatannya. Reaktor tersebut dibangun di sebuah lokasi yang
amat terpencil, sekitar 65 km jauhnya dari kota terdekat, yakni Idaho
Falls.
Namun
tak ada yang menduga, sebuah kecelakaan akan menimpa para pekerjanya
pada 3 Januari 1961. Tak ada yang tahu bagaimana bencana itu berawal.
Yang jelas, pmalam itu, tiga orang bekerja di dalam ruangan reaktor
uranium. Di ruangan itu, panas dari radiasi nuklir yang
dikeluarkannya akan memanaskan air, dimana selanjutnya uapnya akan
dimanfaatkan untuk memutar generator dan menghasilkan listrik. Dengan
kata lain, ruang itu adalah prototipe PLTN yang pertama. Tentu saja
radiasi nuklir dari uranium sangatlah berbahaya. Untuk
mengendalikannya, dirancanglah sebuah alat berupa tuas yang mengatur
pelepasan neutron dari uranium tersebut.
Akan
tetapi ada sesuatu yang salah malam itu. Di tengah malam yang dingin,
sebuah ledakan terdengar dari ruang reaktor tersebut.
Suara
ledakan itu memicu alarm kebakaran yang berdenging keras. Pihak
tentara dan pemadam kebakaran segera bergegas ke lokasi. Namun begitu
alat geiger counter mereka berbunyi nyaring, menandakan level radiasi
yang teramat tinggi, merekapun gentar dan akhirnya mundur. Beberapa
waktu kemudian, beberapa ahli fisika dengan pakaian pelindung
memberanikan diri untuk masuk. Begitu mereka membuka pintu, mereka
menyaksikan hal yang amat mengejutkan.
Air dari
reaktor tersebut tumpah ruah di lantai, sementara serpihan peralatan
berserakan dimana-mana. Kemudian mereka melihat jenazah pertama,
seorang tentara bernama Jack Byrnes, sudah tergeletak tak bernyawa.
Tubuh kedua, seorang operator bernama Richard McKinley juga terbaring
tak berdaya, mengerang kesakitan.
Mereka
lalu berusaha mencari pria ketiga yang seharusnya berada di sana,
seorang ahli listrik dari angkatan laut bernama Richard Legg, namun
mereka tak menemukannya. Seharusnya di ruangan terdapat 3 orang,
namun satu kini ditemukan tewas, satu sekarat, dan satunya lagi
menghilang? Dimanakah dia?
Lab SL-1 terlihat dari luar sebelum insiden ledakan
Para
ahli fisika itu tak punya banyak waktu untuk berpikir dan segera
berusaha menyelamatkan Richard McKinley. Namun tubuhnya sudah rusak
sedemikian pula oleh radiasi sehingga tak terselamatkan. Bingung akan
jenazah dua pria itu yang kini mengeluarkan radioaktif hingga alat
ukur mereka terus berdenging tiada henti di dekat mereka, para
tentara itupun memutuskan untuk mengangkutnya ke dalam ambulans, lalu
pergi ke tengah gurun, dimana mereka kemudian meletakkannya begitu
saja di sana. Mereka kemudian kembali untuk memusatkan pencarian pada
korban terakhir, Richard Legg.
Para
petugas penyelamat yang kali ini lebih berpengalaman masuk kembali ke
dalam reaktor untuk mencari korban terakhir. Ketika salah satu dari
mereka kebetulan mendongak ke atas, akhirnya ia tahu mengapa pihak
pencari sebelumnya tak mampu menemukan jenazahnya. Tubuh Richard Legg
kini tertancap di langit-langit. Sebuah bilah tampaknya terpental
akibat kuatnya ledakan, menusuk tubuhnya, meluncur, dan
menancapkannya ke atas. Dibutuhkan sebuah crane untuk mengevakuasi
tubuhnya.
Pertanyaan
pun muncul, apa yang menyebabkan insiden itu? Para penyelidik
akhirnya menemukan jawabannya. Gue sempat singgung tadi bahwa untuk
mengatur radiasi neutron yang dikeluarkan uranium, diperlukan sebuah
alat berupa tuas. Untuk mengoperasikan reaktor itu dengan aman, para
petugas itu harusnya cukup menaikkannya sebanyak 10 cm saja. Akan
tetapi ketika terjadi ledakan, kondisi tuas itu naik hingga 67 cm!
Peristiwa ini menyebabkan “meltdown” dimana pancaran radiasi
uranium menjadi amat tinggi hingga tak terkendali lagi dan akhirnya
menyebabkan letusan.
Apakah
hal ini hanya kecelakaan? Cukup sukar untuk mempercayainya, mengingat
betapa jauh jarak tuas itu dari yang semestinya. Penyelidikan
selanjutnya membuktikan bahwa salah satu pekerja malam itu, yakni
Jack Byrnes tengah berada dalam kondisi mental yang tidak stabil.
Pernikahannya diambang kehancuran karena ia mencurigai bahwa istrinya
berselingkuh dengan salah satu teman pekerjanya, entah dengan Richard
McKinley atau Richard Biggs. Dan kebetulan sekali, malam itu Jack-lah
yang bertugas mengangkat tuas itu. Apakah dia sengaja menyebabkan
insiden tersebut? Apakah ia berniat bunuh diri, namun tidak sebelum
membawa serta musuh yang dibencinya ke alam baka? Kita mungkin takkan
pernah tahu jawabannya.
Sisa
dari peristiwa naas tersebut hanyalah jenazah mereka bertiga yang tak
bisa dikubur dengan cara tradisional ataupun dibakar. Tubuh mereka
harus disimpan dalam peti berbahan timah tebal yang kemudian ditaruh
di dalam bunker bawah tanah berdinding logam dan dikubur bukan dengan
tanah, melainkan dengan semen padat. Hingga kinipun, jenazah mereka
masih memancarkan radiasi mematikan, menjadi pengingat betapa
berbahayanya energi yang disebut nuklir itu.
Batu nisan dari apa yang tersisa dari ledakan Lab SL-1. Bayangkan ratusan atau ribuan tahun mendatang, jika datang orang-orang yang sama sekali melupakan sejarah dan tak tahu apa yang ada dikubur di bawahnya, lalu mereka membongkarnya, bisa bayangkan bencana apa yang akan terjadi?
SUMBER:
Earth Magazine, Wikipedia, Listverse
Nuklir ternyata semengerikan itu 😥😥
ReplyDeletepentingnya belajar kimia :") ta-tapi aku paling anti ama kimia :"))
ReplyDeletePenasaran dong
ReplyDeleteEmang kalo mayat kena radiasi uranium, butuh berapa tahun buat ngilangin efek radioaktif nya?
ReplyDeletetergantung
Delete