Friday, December 6, 2019

TALES OF PARANOIA #6: KASUS BUNUH DIRI CHRISTINE CHUBBUCK



15 Juli 1974, pagi bergulir dengan biasa di Florida, Amerika Serikat. Udara cerah dan para pemirsa bisa menikmati sebuah acara talk show ringan bernama “Suncoast Digest” mungkin sembari bersantai minum kopi di sofa. Tepat jam 9 pagi, sang pemandu acaranya, Christine Chubbuck memulai siaran dengan tak lupa menyapa para penonton. Namun kala itu, tak seperti biasa, ia memulai program itu dengan membacakan berita sebelum bintang tamunya datang.

Selama delapan menit ke depan, ia membawakan beberapa berita lokal, salah satunya adalah penembakan di sebuah restoran dekat bandara. Namun rekaman yang menunjukkan peristiwa penembakan tersebut mengalami gangguan teknis, sehingga layar akhirnya kembali beralih ke wajah Christine. Wanita itu kemudian mengatakan ke arah kamera, “Sesuai dengan tradisi Channel 40 untuk membawakan berita 'darah dan kekerasan' yang terbaru dalam warna yang sesungguhnya, Anda akan melihat untuk pertama kalinya – bunuh diri!”

Kemudian ia mengeluarkan sebuah pistol dan menembak kepalanya sendiri, tepat di depan siaran langsung yang masih menyala.

Tayangan bunuh dirinya secara live itu membuat shock para pemirsanya di seantero Amerika, banyak yang panik dan langsung menelepon 911, namun ada pula yang menganggapnya hanya lelucon.

Namun itu bukanlah lelucon.

Pagi itu, Christine Chubbuck menjadi orang pertama dalam sejarah yang melakukan aksi bunuh diri di tayangan televisi. Namun apa yang melatarbelakangi keputusannya itu?

Dear readers, inilah Dark Case kali ini.


Christine Chubbuck lahir pada 24 Agustus 1944 di Hudson, Ohio. Kariernya cukup lancar, dimana setelah lulus dengan gelar penyiaran dari Boston University, ia mendapatkan berbagai pekerjaan di stasiun TV mentereng dari Ohio, Pensylvania, hingga akhirnya mendaratkan diri di WXLT-TV, sebuah stasiun TV di Florida.

Pekerjaan barunya ini membuatnya harus pindah ke Florida bersama orang tua dan adik laki-lakinya, Greg. Kala itu orang tua Christine telah bercerai sehingga ia hanya mengajak ibunya untuk pindah. Ia dikenal amat dekat dengan dua anggota keluarganya itu, bahkan menganggap mereka sahabat terdekatnya.

Pemilik stasiun TV tempat Christine bekerja awalnya menempatkannya sebagai repoter. Namun begitu melihat bakatnya memandu wawancara, ia kemudian diberikan slot sebagai pembawa acara bincang-bincang bernama “Suncoast Digest” yang disiarkan langsung tiap jam 9 pagi. Berkat talk show tersebut, Christine mulai menunjukkan prestasinya dan meraih popularitas. Ia dikenal amat peduli terhadap komunitasnya dan mengangkat tema-tema lingkungan, hingga ia mendapatkan nominasi untuk “Forestry and Conservation Recognition Award” dari Departemen Kehutanan Florida.

Namun di balik itu semua, Christine berjuang melawan depresi dan keinginan bunuh diri. Ia bahkan berusaha mengakhiri hidupnya dengan menelan obat-obatan hingga overdosis pada tahun 1970, namun beruntung ia selamat. Sang ibu menyimpan rahasia itu rapat-rapat dari kantor tempat anaknya bekerja sebab tak ingin putrinya itu dipecat dari pekerjaannya.


Apakah penyebabnya? Rupanya walaupun memiliki karir yang cukup gemilang, dalam kehidupan pribadinya ternyata ia justru dirundung kesepian. Di usianya yang hampir 30 tahun, ia belum pernah memiliki calon suami. Ia hanya pernah memiliki dua kekasih seumur hidupnya dan kedua-duanya berakhir tragis. Kekasih pertamanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Sedangkan hubungannya dengan kekasih keduanya ditentang oleh ayahnya kala itu karena pacarnya adalah seorang Yahudi. Yang lebih buruk lagi, ia harus menjalani operasi ovarium dan diberi tahu oleh sang dokter, bahwa jika dalam tiga tahun ia belum hamil, maka ia takkan pernah bisa memiliki anak.

Hingga pada 1974, cinta dalam hati Christine kembali bersemi. Kali ini dia jatuh hati dengan rekan sesama penyiarnya yang bernama George Peter Ryan yang kala itu juga masih lajang. Christine bahkan sering membuatkan kue untuknya sebagai bentuk perhatian. Akan tetapi, lagi-lagi nasib malang menimpanya. George ternyata sudah terlanjur menaruh hati pada seorang reporter olahraga bernama Andrea Kirby.

Naasnya, Andrea adalah sahabat dekat Christine sendiri.

Patah hatinya yang terakhir ini membuatnya dirinya semakin depresi. Teman-temannya mulai memperhatikan bahwa perilakunya mulai berubah. Dari awalnya gadis yang ramah dan pemalu, Christine mulai berubah menjadi kasar pada siapapun yang berusaha berteman dengannya. Ia senantiasa mengkritisi dirinya sendiri dan menganggap dirinya tak berharga, bahkan menolak semua pujian yang dilontarkan padanya. Greg mulai menyadari bahwa kakaknya itu mungkin menderita bipolar, sebuah gangguan mental yang menyebabkan perilaku penderitanya berubah 180 derajat.

Seminggu sebelum tragedi naas pada 15 Juli 1974 itu, Christine sempat mengatakan bahwa ia membeli sebuah pistol dan berencana membunuh dirinya di tengah siaran langsung. Rekan siarannya kala itu, Rob Smith beranggapan bahwa ia hanya bercanda.

Namun Christine benar-benar membuktikan niatnya itu.

Kembali pada pagi dimana kejadian naas itu terjadi. Teriakan menggema di dalam studio begitu Christine menembak dirinya sendiri. Tubuhnya langsung terjerembap dari kursi dan dengan cepat, para teknisi mengganti siaran. Setelah itu polisi sudah mulai berdatangan berkat laporan para pemirsa yang menyaksikan peristiwa tragis itu dari layar kaca mereka.

Christine segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun nyawanya tak bisa diselamatkan. Tubuhnya kemudian dikremasi oleh keluarganya dan abunya disebar di atas laut di Teluk Meksiko. Sekitar 120 orang datang ke pemakamannya itu, termasuk berbagai pihak yang pernah diwawancarainya. Mereka tak bisa memahami, mengapa sosok berprestasi seperti dirinya justru mengambil jalan akhir semacam ini.

Rekaman kematian on-air Christine hingga kini masih ada, namun tak pernah disebarluaskan. Tapi hei, namanya juga internet. Mungkin kalian akan bisa menemukannya di suatu tempat.

Sayang, kasus semacam ini bukan menjadi yang terakhir. Pada 1987, seorang politisi di Pennsylvania bernama R. Budd Dwyer, juga melakukan aksi bunuh diri yang sama, menembak dirinya di depan siaran langsung televisi. Sepertinya kita memang memerlukan kepedulian yang lebih dalam tentang depresi dan cara menolong mereka.

SUMBER: Wikipedia

4 comments: