Kita
bisa membayangkan raut kegembiraan yang tak terperikan di wajah
Rajeshwari Kaman, seorang ibu muda berusia 23 tahun yang baru saja
melahirkan anak laki-laki. Bayi itu diberi nama Rahul. Namun
kegembiraan yang estatik itu berakhir tragis ketika tiba-tiba,
sembilan hari kemudian, ia mendengar tangisan bayinya. Betapa
terperangahnya ketika ia melihat tubuh anaknya kini dilalap api. Bara
api berkobatrdi perut dan lutut kanannya. Mendengar teriakan sang
istri, suaminya bergerak dengan cepat untuk berusaha memadamkannya
dengan handuk.
Ketika
tiba di rumah sakit, kecurigaan sang dokter pun tersulut pada orang
tuanya. Mungkinkah bayi malang itu dibakar oleh orang tuanya sendiri?
Namun dari kesaksian tetangga yang ikut melihat kejadian itu, api
tiba-tiba saja muncul di tubuh bayi itu, memicu sang dokter untuk
mengambil kesimpulan bahwa hanya satu hal yang mungkin menyebabkan
ini semua. Sebuah kasus aneh yang disebut sebagai “Spontaneous
Human Combustion”, dimana api tiba-tiba muncul dari dalam tubuh
seseorangnya dan melalapnya, seringkali akhirnya menyisakan abu dan
sisa tubuh yang telah hangus.
Rahul
selamat, namun malangnya, akibat kejadian itu, keluarganya diusir
dari desa mereka di Tamil Nadu, India. Penduduk desa beranggapan, apa
yang terjadi pada bayi itu adalah “pertanda buruk”, bahkan tak
sedikit yang menganggap bayi itu “iblis” yang bisa membakar habis
desa mereka. Namun benarkan anggapan mereka? Apakah yang menimpa bayi
itu adalah peristiwa mistis? Ataukah semuanya bisa dijelaskan dengan
sains dan akal sehat?
Pembaca,
inilah Dark Case untuk kali ini.
“Spontaneous
Human Combustion” (mulai kali ini akan gue singkat SHC) merupakan
fenomena yang sudah dikenal lama di dunia medis semenjak 1746. Kala
itu Paul Rolli mengangkat kasus kematian misterius seorang bangsawan
bernama Countess Cornelia Zangheri Bandi. Wanita berumur 62 tahun itu
ditemukan oleh pelayannya telah terbakar habis, hanya menyisakan
lingkaran abu berserta tiga jari yang hangus, sepasang kaki dari
lutut ke bawah (yang anehnya masih mengenakan stoking), dan sebagian
dari tengkoraknya. Ruangan dimana Countess tewas secara misterius pun
penuh dengan arang, namun tak ada yang terbakar di ruangan itu selain
tubuh sang Countess. Barang-barang di sekitarnya pun masih utuh. Sang
pelayan kemudian bersaksi bahwa semalam sebelum ditemukan meninggal,
sang Countess yang merupakan penggila vodka tengah mabuk berat.
Alkohol kemungkinan masih berada dalam aliran darahnya kala itu dan
menyebabkan peristiwa “pembakaran spontan” itu, begitu kesimpulan
sang dokter yang memeriksa kematiannya.
SHC
merupakan peristiwa langka. Selama 300 tahun terakhir, baru dapat
dikompilasi 200 kasus serupa yang sama misteriusnya dengan kematian
sang Countess. Pada 1951, seorang wanita berusia 67
tahun bernama Mary Reeser ditemukan terbakar habis di rumahnya.
Lagi-lagi, tubuhnya hanya menyisakan sebuah kaki, sementara bagian
tubuhnya yang lain habis meninggalkan abu. Kursi dimana ia duduk juga
hancur. Dalam penyelidikan, detektif yang menangani kasus tersebut
menemukan bahwa suhu ruangan mampu mencapai 2.000 derajat Celcius
saat kebakaran terjadi. Hal itu tak masuk akal sebab selain mayat
Mary yang hangus serta kursinya, tak ada bagian lain dari ruangan itu
yang terbakar. Karena Mary dikenal sebagai perokok berat, polisipun
menyimpulkan kematiannya karena tersulut bara rokok, walaupun
penjelasan itu tetap tidak memuaskan.
Pada
1970, seorang janda berusia 89 bernama Margaret Hogan di Dublin juga
ditemukan habis terbakar, kali ini menyisakan dua kakinya, tepat dari
bawah lutut. Lagi-lagi, seisi ruangan masih terlihat utuh, tak
tersentuh oleh api. Pada 1980, sisa-sisa tubuh seorang pria berusia
73 tahun bernama Henry Thomas juga ditemukan di ruang tamunya. Hanya
kedua kakinya yang masih mengenakan potongan celana panjang serta
sepasang kaos kaki yang tersisa. Kursi yang didudukinya pun hanya
separuh terbakar. Pada 2010, kasus lain terjadi ketika Michael
Faherty yang berusia 76 tahun juga mengalami hal serupa. Sang dokter
yang menanganinya hanya menuliskan “spontaneous human combustion”
di laporan koronernya.
Kasus
terbaru (dan yang paling aneh) adalah kasus yang menimpa John Nolan,
pensiunan berusia 70 tahun yang tiba-tiba terbakar secara spontan
ketika ia tengah melangkah di jalanan kota London. Peristiwa itu
disaksikan oleh puluhan saksi mata yang kemudian berusaha memadamkan
api yang membakar tubuhnya. Sayangnya, ia kemudian meninggal di rumah
sakit karena 65% tubuhnya mengalami luka parah yang parah.
Namun
apa yang menyebabkan tubuh manusia, bahkan ketika ia tengah berjalan
di keramaian, tiba-tiba tersulut api? Apakah sesuatu dari dalam
tubuhnya memicu hal tersebut?
Peristiwa
SHC pernah dibahas di jurnal medis “Medical Jurisprudence” pada
1823 dan “British Medical Journal” tahun 1938, namun hingga kini
tak ada seorangpun yang tahu apa penyebab sesungguhnya dari semua
kejadian aneh itu. Semua pendapat ahli sepertinya setuju bahwa
sebagian besar kasus SHC yang menyeruak ke permukaan memiliki ciri
khas sebagai berikut:
1. Semua
korbannya adalah pecandu alkohol
2.
Biasanya korbannya berusia lanjut
3. Semua
bagian tubuh habis terbakar, namun menyisakan kaki dan juga kadang,
tangan
4. Api
yang membakar habis tubuh korban umumnya tidak menyentuh
barang-barang lain di sekitar korban, walaupun benda-benda tersebut
terbuat dari bahan mudah terbakar.
5.
Peristiwa itu menyisakan abu yang terlihat berminyak dan berbau tajam
Seorang
peneliti bernama Joe Nickell dibantu temannya yang ahli forensik,
John Fischer pada 1984 menyelidiki peristiwa-peristiwa SHC dengan
serius. Kesimpulan mereka, sama sekali tak ada yang mistis dari
kejadian aneh ini. Mereka beranggapan bahwa api yang membakar tubuh
mereka berasal dari sumber panas eksternal, semacam lilin, lampu,
perapian, dan lain-lain. Api dari tempat tersebut kemudian menyambar
tubuh mereka, kadang melalui pakaian atau selimut yang mereka
kenakan.
Namun
mengapa para korban tak mencoba memadamkan api tersebut? Di sana
alkohol berperan; bukan sebagai bahan bakar, namun karena korban
terlalu mabuk untuk sadar bahwa dirinya terbakar. Para korban juga
kebanyakan lansia; kemungkinan mereka mengalami stroke, serangan
jantung, atau kelumpuhan sehingga tak mampu menghindar. Dalam
beberapa kasus, kemungkinan korban tengah merokok dan api dari
puntung mereka jatuh dan membakar tubuh mereka.
Namun
mengapa api tidak membakar benda-benda lain di sekitar mereka?
Beberapa pemadam kebakaran memberi penjelasan bahwa pada
kenyataannya, api bergerak secara vertikal dan jarang horisontal,
sehingga tak menyebar ke penjuru ruangan. Api yang dihasilkan oleh
tubuh manusia-pun dianggap tak cukup untuk membakar seluruh ruangan.
Pertanyaan
lain muncul, mengapa peristiwa itu selalu menyisakan kaki korban?
Para ilmuwan mencoba menjelaskannya melalui apa yang disebut “wick
effect”. Bayangkan sebuah lilin dengan sebuah sumbu di tengahnya
yang disulut api, kemudian parafin disekitarnya membantu pembakaran
tersebut dan meleleh. Seringkali, lilin yang terbakar habis selalu
menyisakan bagian bawah. Sama halnya dengan manusia. Tubuh manusia
terdiri atas simpanan lemak yang sesungguhnya mudah terbakar. Bagian
kaki (atau kadang pula tangan) biasanya memiliki simpanan lemak yang
lebih sedikit. Ketika api sampai di sana, bahan bakarnya sudah habis
sehingga menyisakan bagian tersebut.
Para
skeptis yang meragukan peristiwa SHC sebagai sesuatu yang
supranatural dan tak percaya bahwa api bisa tersulut dari dalam tubuh
manusia mengatakan, bahwa jika SHC benar-benar ada, mengapa peristiwa
itu amat jarang terjadi? Ada 5 miliar orang kini di dunia, mengapa
tak ada lebih banyak laporan tentang orang yang tengah berjalan dan
tiba-tiba terbakar oleh api? Jika SHC benar-benar ada, maka dunia
mungkin sudah dilanda kiamat sebab mungkin orang-orang yang tengah
menonton pertandingan sepakbola atau bersantai minum kopi di kedai
Starbucks tiba-tiba tewas terlalap api.
Namun
justru gue malah berpikir yang sebaliknya. Jika memang penjelasan SHC
semudah penjelasan Jon Nickell dan John Fischer seperti di atas,
bahwa korban-korban di atas terbakar karena tubuhnya menangkap sumber
api dari luar, seperti lilin atau puntung rokok, bukankah harusnya
hal itu terjadi lebih sering? Ada berapa juta perokok di dunia ini
namun mengapa kasus orang yang terbakar karena menangkap api dari
rokoknya tidak lebih sering terjadi?
Mungkinkah
SHC sebenarnya tak bisa dijelaskan semudah itu? Mungkinkah tubuh
manusia, dalam kondisi tertentu yang mungkin langka, dapat tiba-tiba
terbakar dari dalam dirinya? Dan pertanyaan yang lebih penting:
Mungkinkah
hal itu suatu saat menimpa kita?
Bagi
yang masih menyangsikan bahwa SHC bukan disebabkan oleh faktor luar,
ada penjelasan medis lain yang boleh diterima, atau bisa juga tidak.
Brian J. Ford memperkenalkan teori bahwa para korban SHC kemungkinan
adalah penderita ketosis. Ketosis adalah kondisi dimana tubuh
menghasilkan senyawa keton (salah satunya aseton, bahan yang biasa
dipakai untuk melunturkan kuteks) yang mudah terbakar. Uniknya,
ketosis biasanya diderita oleh para alkoholik. Peneliti lain bernama
Lawrence Afrin berteori bahwa sebuah penyakit genetik bernama Mast
Cell Activation Syndrome (MCAS) mungkin bisa menjadi “dalang”
dibalik terjadinya SHC.
MCAS
adalah sebuah kondisi langka dimana sel mast dalam tubuh kita
menghasilkan sekitar 200 senyawa dalam tubuh yang bersifat mudah
terbakar, salah satunya adalah hormon norepinephrine. Hal ini akan
memicu reaksi berantai dalam tubuh dimana norepinephrine akan
mengaktifikan protein yang disebut UCP-1 yang selanjutnya akan
memicu proses oksidasi adiposa (sel lemak), dimana proses itu akan
menghasilkan panas hingga 90 derajat Celcius. Ia mengambil contoh
salah seorang pasiennya, penderita MCAS yang tiba-tiba “berasap”
di hadapan para saksi mata.
Atau
mungkin kalian lebih menerima teori penulis paranormal, Michael
Harrison yang menyatakan bahwa di rumah yang konon dihuni
poltergeist, api yang muncul secara tiba-tiba adalah hal yang biasa.
Jadi mungkinkan SHC adalah perbuatan makhluk astral?
Apapun
penjelasan yang kalian terima, fenomena SHC masihlah sebuah peristiwa
yang dipandang sebelah mata oleh para akademisi. Tak banyak
penelitian yang dilakukan untuk mencari penjelasan logisnya. Semua
pihak terasa “puas” hanya dengan penjelasan simpel tentang apa
yang sebenarnya terjadi, tanpa memandang bukti-bukti lain yang kadang
bertentangan dengan pendapat mereka. Kondisi Rahul semisal, ia masih
bayi, tidak seperti korban lainnya yang sudah lansia, dan yang jelas
bukan alkoholik? Dan keluarganya juga pasti tak seceroboh itu menaruh
sumber api di dekat bayi laki-laki yang kehadirannya amat dihargai
dan diharapkan dalam keluarga?
Sama
seperti fenomena aneh yang tak bisa dinalar seperti hujan darah,
dunia sains seolah menutup mata dan mengesampingkan hal-hal yang tak
mampu mereka jelaskan. Apabila hal itu tak masuk akal, maka pastilah
hal itu tidak terjadi. Kadang kita ingin menerima, bahwa semua hal
yang terjadi di alam kita haruslah bisa dijelaskan dengan logika dan
takut mengakui jika memang ada hal berada di luar nalar manusia. sama
seperti SHC ini. Namun apapun perdebatan yang ada, tetap saja para
korbannya adalah bukti nyata peristiwa ini.
Terlalu naif jika mengatakan peristiwa ini takkan terjadi lagi,
mungkin pada kita sendiri atau orang-orang lain di sekitar kita. Dan
ketika itu terjadi, mungkin hanya Tuhan yang tahu apa sebenarnya
kebenaran di balik semua ini.
Sumber: Wikipedia
Sumber: Wikipedia
disantet orang kali :v
ReplyDeleteKeren bang artikelnya
ReplyDeleteAzab kebanyakan mabok kali :D
ReplyDeleteCoba searching. Fire brigade of flame. Disitu ada tim khusus yg dibentuk buat menangani SHC ini
ReplyDeleteKasusnya terlalu sedikit untuk dapat diteliti lebih lanjut...kesamaan dari setiap korban pun sangat sedikit...
ReplyDeletePuyeng sendiri baca istilahnya bang hahaha
ReplyDeletemungkin diserang banaspati
ReplyDelete