Wednesday, October 23, 2019

UNRAVEL THE MURDER SAGA: SAMUEL LITTLE, PEMBUNUH ARTISTIK YANG SADIS




Bagaimana reaksi kalian ketika melihat gambar-gambar di atas? Apakah menurut kalian pelukisnya adalah seorang artis yang berbakat? Dan gadis-gadis di atas adalah para modelnya?

Bagaimana jika gue katakan jika pelukis yang menggambar hasil karya di atas adalah seorang pembunuh berantai dan gadis-gadis yang ia lukis semuanya adalah korbannya?

Dan ada 90 dari mereka?

Di Dark Case kali ini gue akan menilik kiprah seorang pembunuh berantai bernama Samuel Little, mungkin salah satu pembunuh dengan jumlah korban terbanyak di dunia modern ini.

Dear readers, inilah Dark Case kali ini.


Kisah ini akan gue mulai bukan dari masa kecil sang pembunuh seperti biasanya, namun seorang Texas Ranger bernama James Holland yang berkendara jauh-jauh ke sebuah penjara di Gurun Mojave, California untuk menyelidiki sebuah “cold case” yang tak terpecahkan selama puluhan tahun.

Sepanjang karirnya sebagai penyelidik, ada satu kasus “beku” yang selalu terngiang di benaknya, yakni kematian seorang PSK bernama Denise Brothers di Odessa, Texas pada tahun 1994. Bukan kematian naas sang wanita penghibur itu yang membuat kasus itu terus menempel di kepalanya, melainkan wajah putra sang korban, Demian. Kala ibunya menghilang, Demian dan kakek neneknya dibantu tim pencari dari polisi dan para rangers akhirnya menemukan jasadnya tergeletak di semak-semak di sebuah tempat parkir yang terbengkalai. Demian, yang saat itu masih berusia 14 tahun, harus mengenali jenazah ibunya sendiri.

Selama 24 tahun, James, sang ranger tak pernah bisa menemukan siapa pembunuh Denise yang sebenarnya. Namun itu tak menghentikannya untuk mencari kebenaran. Pada 2018, ia menemukan petunjuk. Seorang psikopat bernama Samuel Little, yang kini ditahan di California karena pembunuhan tiga wanita, diketahui berada di Texas kala peristiwa sadis itu terjadi. Walaupun petunjuk itu kecil, James mengikuti kata hatinya dan ketika Samuel Little akhirnya berada di hadapannya, sang narapidana itu membuat pengakuan mengejutkan.

Bahwa Denise hanyalah satu dari 93 korban yang pernah dibunuhnya dalam kurun waktu 35 tahun terakhir.



Begitu mengetahui bahwa Samuel ternyata memiliki hobi menggambar, James tak tanggung-tanggung langsung menyuplainya dengan alat-alat melukis yang lengkap. Hasilnya ternyata tidak mengecewakan, Samuel menggambar sekitar 50 lukisan potret korban-korbannya, yang hampir seluruhnya adalah wanita keturunan kulit hitam atau Hispanik. Lukisan yang cukup detail itu tentu saja membantu polisi untuk mulai mengenali para korban-korbannya dan membuka kembali investigasi “cold cases” yang selama ini tak terpecahkan.

Pengakuan itu tentu saja mengguncang publik Amerika. Bagaimana tidak, selama ini rekor pembunuh berantai dengan jumlah korban terbanyak dipegang oleh Gary Ridgway alias sang “Green River Killer” yang membunuh 49 korban pada tahun 1980 hingga1990-an. Dan kini, muncul pengakuan pembunuh berantai baru yang menghabisi hampir dua kali lipat rekor tersebut. Apalagi “kiprahnya” ini dilakukan sejak 1970 hingga 2005 dan mencakup 19 negara bagian, mulai dari ujung barat Amerika di California hingga ujung timur di Florida. Pastinya banyak keluarga korban yang bertanya-tanya, apakah salah satu korbannya adalah orang tercinta mereka yang selama ini menghilang atau kematiannya tak terpecahkan?

Kita pasti bertanya-tanya, bagaimana caranya hingga keberadaan Samuel Little sebagai pembunuh berantai dengan korban terbanyak dalam sejarah Amerika itu sampai tidak terdeteksi? Ternyata Samuel cukup “pintar” dengan sengaja memilih korbannya dari kaum-kaum “terpinggir” dan “terabaikan”, yakni wanita minoritas berkulit hitam atau Latin yang miskin dan berprofesi sebagai PSK. Banyak dari para korbannya juga adalah pecandu narkotik, sehingga para polisipun hanya menduga kematian mereka disebabkan oleh OD.

Tentu pilihannya itu juga disebabkan banyaknya “prejudice” alias ketidakdilan yang dilancarkan para penegak hukum terhadap kaum minoritas yang menjadi korban kejahatan. Apabila jika korbannya adalah kulit hitam dan berprofesi sebagai wanita malam, tentu kepolisian ogah menyelidiki kematiannya. Jika korbannya adalah kulit putih, dengan status sosial dan ekonomi yang tinggi, apalagi viral diberitakan di media massa, barulah polisi akan bahu-membahu memecahkannya.

Sebagai contoh, ambillah salah satu korban Samuel Little, seorang wanita kulit hitam bernama Martha Cunningham yang dibunuhnya pada 1975 di Knoxville, Tennesee. Tubuhnya ditemukan di dalam hutan dengan luka-luka lebam dan tubuh separuh telanjang; dari pinggang ke bawah ia tak mengenakan apapun. Dompet dan perhiasannya menghilang, sementara kondisi TKP menunjukkan tubuhnya digeret di sepanjang hutan dan dibuang begitu saja di belakang sebuah pohon pinus.

Walaupun kondisi TKP jelas menunjukkan dia dibunuh atau bahkan mungkin diperkosa, polisi malah menutup kasus itu dan menyatakan bahwa kematiannya disebabkan oleh sebab-sebab “alami”. Padahal, Martha sama sekali bukan seorang PSK. Ia adalah seorang penyanyi gereja yang mungkin bertemu dengan sang pembunuh di tempat dan waktu yang salah. Samuel sendiri dikenal memiliki sebuah mobil Pontiac berwarna emas yang digunakannya untuk menarik calon korbannya, termasuk dengan cara menawari mereka tumpangan.

Samuel Little kini 

Bagaimana dengan masa lalu Samuel Little sendiri? Ia dilahirkan pada tahun 1940 dengan ibu seorang PSK. Mungkin kebenciannya pada profesi ibunya inilah yang menjadi pemicu aksi kejamnya. Semenjak remaja ia memang dikenal sebagai remaja bermasalah. Sejak 1975 ia sudah 26 kali keluar masuk penjara. Pada 1982, ia sudah dicurigai atas dua kasus pembunuhan dengan korban Melinda LaPree dan Patricia Mount. Namun karena kurangnya kesaksian, Samuel-pun dibebaskan.

Semenjak itu dia pindah ke California, dimana sebagian besar korbannya berasal. Pada 1984, ia dituduh atas penculikan Laurie Barros, seorang gadis berusia 22 tahun. Pada saat penangkapannya, polisi menemukan seorang gadis lain berada di kursi belakangnya dalam kondisi tak sadar dan terikat. Yap, Samuel kala itu tertangkap basah tengah menculik gadis lain. Namun karena kedua korbannya selamat dan lagi-lagi, berasal dari kaum minoritas, ia-pun hanya diganjar 2,5 tahun penjara.

Pada 2012, ia kembali ditangkap setelah bukti DNA mengaitkannya pada pembunuhan tiga wanita sekaligus, yakni Carol Elford (1987), Guadalupe Apocada (1987), dan Audrey Nelson (1989). Iapun dipenjara dengan hukuman seumur hidup, namun kala itu, belum seorangpun mengetahui bahwa pria itu sudah membunuh 90 korban lainnya.

Hingga sang ranger bernama James Holland itupun datang.

Bagaimana reaksi sang ranger begitu ia tahu telah mengungkap kasus pembunuh berantai dengan korban terbanyak dalam sejarah Amerika? Dalam hati, ia justru “mengagumi” sang pembunuh. Mengapa demikian? Dari gambar-gambar serta hasil interogasinya, hanya satu hal yang jelas terpancar dari Samuel Little, yakni kejeniusannya. Yap, Samuel memiliki apa yang James sebut sebagai “memori fotografis” alias daya ingat yang begitu tajam dan detail. Sebagai contoh, ketika ia disuruh menggambarkan lokasi dimana dia menguburkan korbannya, ia menjawab dengan sangat detail bahwa mereka perlu berkendara seperempat mil, kemudian mereka akan menemukan sebuah gereja putih, dimana ada tiga batu nisan di sana dan disanalah dia membuang mayatnya. Padahal kejadian itu mungkin sudah terjadi puluhan tahun lalu.

Selain itu, jelas, kita harus “mengagumi” pula kemampuan artistiknya.

Sayang sekali, mungkin jika Samuel Little dilahirkan di keluarga yang berbeda atau memilih keputusan yang berbeda, mungkin dia bisa memanfaatkan kecerdasannya di bidang yang lain, akademis mungkin. Mungkin dia bisa jadi seorang yang hebat, seorang profesor mungkin, atau seorang artis terkenal.

Namun sayang, entah apakah karena pilihan hidup atau DNA pembunuh mungkin sudah tertanam dan mengalir dalam darahnya, Samuel Little yang berusia 79 dan kini harus menggunakan kursi roda karena penyakit diabetesnya, kini harus mendekam dalam penjara, mempertanggungjawabkan kejahatannya.

Sayang, jika saja ia mengambil jalan hidup yang berbeda ...








6 comments:

  1. Kalau dia lahir di keluarga yang berbeda, ngga bakal ada Samuel Little yang artistik dan memiliki ingatan fotografis, bang. Bisa jadi Sam bisa dapet kemampuan begitu karena lingkungan tempat ia dibesarkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. setau gue kemampuan kayak gitu itu diturunkan deh alias genetis

      Delete
  2. Siapa tau jadi admin mengakubackpecker...

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. ada sih teori kalo ada gen MAOA yang membuat seseorang itu jadi psikopat dan bersifat kejam

      Delete