Wednesday, October 2, 2019

GHOST SAGA: THE HAUNTING OF BORLEY RECTORY



Semenjak gue aktif ngeblog kembali, gue sadar kebanyakan (malah seluruh) postingan gue bertema kriminal dan pembunuh berantai. Gue pikir untuk menyeimbangkan nuansa horor di blog ini, gue juga perlu mengcover cerita-cerita tentang rumah berhantu. Cerita hantu kali ini datang dari sebuah rumah yang disebut-sebut sebagai rumah terseram di Inggris. Rumah itu disebut dengan nama “Borley Rectory”.

Pada tahun 1928, pemiliknya, seorang pria bernama Eric Smith menghubungi koran Daily Mirror dan mengaku bahwa ia dan keluarganya disiksa oleh penampakan-penampakan misterius di rumah mereka. Seorang wartawan bernama Harry Price kemudian dikirim untuk menyelidikinya. Yang mengherankan, penampakan-penampakan tersebut tak hanya menghantui keluarga Smith saja. Keluarga pendahulunya, bahkan keluarga yang mendiami Borley Rectory sesudah mereka juga dihantui oleh sosok-sosok menakutkan yang tak kasat mata. Rumah itu akhirnya terbakar pada 1939. Namun bahkan setelah hampir terbakar habis, penampakan-penampakan masih tetap terlihat di reruntuhan rumah tersebut.

Sebenarnya apakah yang pernah terjadi di Borley Rectory sehingga tempat itu berhantu? Masa lalu kelam apa yang mencekamnya? Mampukah keluarga-keluarga yang tinggal di sana selamat menghadapinya?

Kali ini gue akan menceritakan kisah-kisah menakutkan di Borley Rectory dari sudut pandang tiga keluarga yang pernah mendiaminya, yakni Keluarga Bull, Smith, dan Foyster.

Readers, welcome to the ghost saga.


KELUARGA BULL

Gereja tua dekat Borley Rectory

Borley Rectory dibangun oleh Pendeta Henry Bull pada tahun 1862. Rumah tersebut dibangun di atas sebuah reruntuhan biara kuno yang sudah ada sejak Zaman Pertengahan. Di dekatnya, ada sebuah gereja yang sudah berdiri sejak abad ke-12.

Namun, semenjak rumah itu dibangun, keluarga Bull selalu mendapatkan penampakan-penampakan aneh. Semua dimulai dengan suara-suara misterius yang seakan tak bisa dijelaskan dengan akal sehat, seperti suara seperti air mengalir di dalam pipa (padahal bagian dalam rumah itu tak memiliki pipa air; semua pipa air terletak di luar dinding rumah), bel yang terus-menerus berbunyi, hingga suara langkah kaki di bagian-bagian rumah yang seharusnya tak berpenghuni.

Di antara anggota keluarga Bull, anak termuda mereka, yakni gadis bernama Ethel yang terus-menerus diganggu oleh penampakan itu. Pintu kamarnya terus-menerus diketuk tiap malam. Bahkan ketika ia tengah tidur, tiba-tiba saja ia ditampar oleh tangan tak terlihat.

Fenomena hantu yang mampu menimbulkan kekerasan fisik seperti ini (dan juga memindahkan barang-barang) dalam kepercayaan Barat disebut sebagai “poltergeist”.

Tak hanya anggota keluarga Bull saja yang terus diteror penampakan misterius. Bahkan pembantu mereka yang bernama Elizabeth Byford juga kerap mendengar suara langkah kaki yang diseret di luar kamarnya pada tengah malam.

Pada 1927, Henry Bull akhirnya meninggal di sebuah ruangan rumah itu yang bernama “Blue Room”. Posisi kepala keluarga akhirnya digantikan oleh anaknya yang bernama Harry Bull. Berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, Harry adalah pria yang amat skeptis akan keberadaan hantu.

Hingga suatu hari ia mengalaminya sendiri.

Pada suatu malam, anjingnya yang bernama Juvenal menggonggong ke arah sebuah pohon di halaman mereka, seakan-akan ada seseorang yang tengah bersembunyi di belakangnya. Harry yang penasaran kemudian menatap ke arah tersebut dan melihat sepasang kaki. Namun begitu sosok itu keluar dari balik pohon ...

Sosok itu tidak berkepala.

Tak hanya itu, sosok tanpa kepala itu kemudian berjalan dan menembus gerbang begitu. Bukan hanya sosok tak berkepala itu yang dilihat Harry, namun juga penampakan sebuah kereta kuda yang dikemudikan oleh sosok yang lagi-lagi tak berkepala.

Pada tahun 1900, Ethel (gadis termuda di keluarga Bull) yang kini telah dewasa kembali ke rumah seram masa kecilnya itu untuk liburan musim panas. Kali ini dia dan dua saudarinya, Freda dan Elise, kembali ditakut-takuti oleh sosok hantu yang kali ini berpakaian serba hitam seperti seorang biarawati (suster). Ethel tahu sosok itu bukanlah manusia sebab alih-alih berjalan, sosok itu terlihat melayang di atas permukaan tanah.

Yang menakutkan, seorang tukang kayu yang bekerja di rumah mereka, bernama Fred Cartwright ternyata sering melihat sosok itu. Karena ia bukanlah orang lokal, ia sama sekali tak heran melihat sosok seorang suster berkeliaran di tempat itu, terutama karena ada sebuah gereja di dekatnya. Namun ketika suster itu tiba-tiba lenyap di hadapannya, barulah ia menyadari sosok yang kerap disaksikannya itu ternyata bukan manusia.

Tak hanya keluarga Bull yang dihantui sosok-sosok m itu, namun juga semua orang yang berani menginjakkan kaki di rumah itu. Pada pesta makan malam, para tamu Borley Rectory menjadi ketakutan karena melihat wajah pucat seorang suster tengah mengintai mereka dari balik kendela. Kejadian itu begitu meresahkan hingga sang pemilik rumah terpaksa menutup jendela itu dengan dinding batu bata.

Tapi siapakah sosok-sosok menakutkan yang menampakkan diri kepada keluarga Bull? Sebuah legenda lokal menceritakan sebuah kisah cinta tragis dan juga terlarang yang terjadi sebelum rumah itu berdiri. Kala itu, tanah dimana Borley Rectory saat itu berdiri adalah sebuah biara yang didirikan pada 1326. Legenda menyatakan bahwa seorang suster kala itu jatuh cinta dengan seorang biarawan yang berasal dai biara tersebut. Karena hukum agama melarang keras biarawan dan biarawati untuk menikah, merekapun mencoba kabur.

Seorang teman dari sang biarawan pun berusaha membantu mereka dengan mengendarai sebuah kereta kuda untuk melarikan diri. Sayang, pihak biara dan warga setempat mengetahui rencana mereka. Dianggap berzinah, sang biarawan kemudian digantung. Sang suster kemudian dikubur hidup-hidup di balik dinding batu biara tersebut. Sang pengendara kereta kuda juga mengalami nasib naas dengan dipenggal kepalanya. Semenjak saat itu, dipercaya bahwa hantu mereka berkeliaran di tempat itu.

Pada 1927, Harry akhirnya meninggal di Blue Room, ruangan yang sama dimana ayahnya meninggal. Keluarga Bull pun tak memiliki alasan untuk tetap tinggal di rumah terkutuk itu dan memutuskan pindah.

Namun teror di rumah itu tak pernah padam, hanya berpindah ke satu keluarga ke keluarga lainnya.

KELUARGA SMITH

Sosok Harry Price yang mempopulerkan kasus
Borley Rectory ke khalayak umum

Keluarga Smith adalah keluarga kedua yang menempati Borley Rectory. Sama seperti pendahulunya, Keluarga Bull, keluarga ini juga kerap mendapat penampakan. Pada 1928 ketika pindah ke rumah tersebut, Mabel, sang istri menemukan sesuattu terbungkus sebuah kertas cokelat ketika ia tengah membersihkan rumah. Ketika dibuka, betapa terkejutnya ia ketika menemukan sebongkah tengkorak manusia.

Keluarga Smith kemudian menguburkannya di pemakaman dekat gereja, namun seharusnya ini menjadi peringatan dini bagi keluarga Smith untuk segera pergi dari rumah itu. Namun mereka tetap bertahan, dengan konsekuensi tentunya. Guy, sang kepala keluarga Smith kerap mendengar suara bisikan entah dari mana, ketika ia berada di Blue Room, ruangan dimana dua kepala keluarga Bull meninggal.

Ia mendengar suara “Jangan Carlos, Jangan!”. Carlos adalah panggilan nama kecil dari Harry Bull. Ini menimbulkan dugaan, apakah benar sang ayah, Henry Bull meninggal karena kondisi alami ataukah ....

Guy juga kerap mendengar suara langkah kaki yang terus membuatnya frustasi. Di banyak kesempatan, ia mencoba menangkap sang pembuat suara itu dengan menyergapnya dari balik dinding dengan sebuah tongkat hoki. Namun tetap saja, tongkat itu hanya mengenai udara hampa, tanpa ada seorangpun di sana.

Teror juga dialami pembantu mereka, Mary Pearson, yang mendengar suara bel berbunyi sendiri, bahkan melihat penampakan sang penarik kereta kuda tanpa kepala hingga dua kali.

Baru kurang dari setahun berada di rumah itu, tepatnya pada 1929, keluarga Smith yang muak dengan siksaan metafisik yang mereka terima akhirnya mencoba mencari pertolongan dengan menghubungi koran Daily Mirror. Pihak koran kemudian mengirimkan seorang penyelidik paranormal bernama Harry Price.

Pada musim panas 1930, keluarga Smith akhirnya tak tahan lagi dan memutuskan keluar dari rumah itu. Rumah itupun segera berpindah tangan ke keluarga ketiga, yakni keluarga Foyster.

Namun, teror tetap tak kunjung berhenti.

KELUARGA FOYSTER

Penampakan di halaman Borley Rectory
yang tertangkap kamera

Keluarga Foyster masih berkerabat dengan keluarga Bull, pemilik pertama rumah itu. Oleh karena itulah, mereka berani menempatinya. Keluarga Foyster terdiri atas Lionel beserta istrinya, Marianne, dan putri angkat mereka yang bernama Adelaide.

Entah mengapa, para hantu di Borley Rectory seakan lebih tertarik dengan Marianne sehingga aksi poltergeist di rumah itu terpusat kepadanya.

Benda-benda hilang dan kemudian dilemparkan ke arah Marianne oleh tenaga yang tak kasat mata. Suatu ketika, sesuatu menghantam wajah Marianne hingga matanya memar dan terluka. Ia berkali-kali terlempar dari atas tempat tidurnya dan corat-coret misterius muncul di dinding, seakan sesuatu hendak berkomunikasi dengannya dari alam lain.

Tak hanya itu, ia sering dihantui pula oleh Henry Bull, sang pemilik pertama Borley Rectory. Roh yang bergentayangan semakin menyakinkanku bahwa kematiannya memanglah tidak wajar.

Kesaksian Marianne semakin meyakinkan orang-orang bahwa apa yang ia ceritakan benar-benar terjadi. Pada suatu kesempatan, ia menggambarkan secara detail pakaian bergaya kuno yang dipakai oleh hantu Henry Bull. Detail pakaian itu kemudian dibenarkan oleh seorang lansia yang telah lama tinggal di dekat Borley Rectory bahkan kenal secara pribadi dengan Henry Bull.

Ketika Adelaide, anak mereka, mulai diganggu oleh aksi poltergeist misterius, keluarga Foyster pun tak tahan dan kembali meminta bantuan Harry Price.

Saksi-saksi mata lain berupa kerabat dan teman yang berkunjung ke rumah itupun membenarkan aksi poltergeist di rumah angker tersebut. Lady Whitehouse dan keponakannya yang bernama Richard, menyaksikan sendiri benda-benda bergerak dan jatuh dengan sendirinya di rumah itu. Lebih berbahaya lagi, api muncul dan terbakar dengan sendirinya di berbagai bagian rumah itu, disaksikan para tamu.

Pada 1932, seorang tamu lain bernama Mr. L’Estrange melihat sosok misterius berdiri di teras, namun menghilang ketika didekati. Ketika masuk ke rumahpun, ia mendengar suara langkah kaki yang berjalan ke arah dinding dan kemudian menghilang.

Pada 1935, keluarga Foyster akhirnya angkat kaki dari rumah itu karena kondisi kesehatan Lionel yang terus memburuk, entah mungkin karena campur tangan para penghuni gaib rumah itu ataukah karena stress yang dihadapinya.

Selama setahun, Price yang masih penasaran dengan rumah hantu itu akhirnya menyewanya dan dari hasil investigasinya, ia menulis buku “The Most Haunted House in England” yang sesuai dengan judulnya, mempopulerkan Borley Rectory sebagai rumah paling berhantu di Inggris.

Pada 1938, Borley Rectory akhirnya dibeli oleh seorang kapten bernama Gregson. Naasnya, pada 1939, sebuah lampu minyak jauh dan membakar habis rumah tersebut. Gregson sendiri membeli rumah itu dengan harga murah, yakni hanya 500 poundsterling (maklum, berhantu) da mengasuransikannya sebensar 10.000 poundsterling. Sehingga tak heran, banyak yang menduga Gregson sengaja membakar rumah itu demi mendapatkan uang asuransinya.

Borley Rectory setelah terbakar

Borley Rectory yang kini hanya tertinggal reruntuhannya pun masih memancarkan aura mistis. Banyak pihak (maupun tetangga) yang kerap diganggu oleh penampakan di rumah itu. Seorang tetangga mengaku melihat penampakan di bekas “Blue Room”, tempat paling angker di rumah itu yang “memangsa” nyawa dua pendiri rumah itu, yakni Henry dan Harry Bull. Di taman, dimana dulu sering terlihat sosok suster menggentayanginya, kerap terdengar suara tawa anak-anak, entah dari mana.

Pada saat Perang Dunia II, para tentara yang berusaha menggunakan tempat itu tiba-tiba dilempari oleh batu oleh “tangan-tangan tak terlihat”. Mereka akhirnya memutuskan tidak bernaung di tempat itu karena merasa atmosfernya sangat “negatif”.

Pada tahun 1943, Price yang kini mungkin memiliki semacam ikatan emosional dengan rumah itu kembali dan anehnya, menemukan tulang belulang milik seorang wanita di reruntuhan rumah itu. Milik siapa tulang itu, tak pernah ada yang tahu. Lima tahun kemudian, Price akhirnya meninggal.

Kalian boleh percaya atau tidak dengan kisah yang telah lama menghantui Inggris ini. Borley Rectory kini sudah lama dirubuhkan sehingga kalian tentu tak bisa ke sana untuk membuktikan sendiri. Banyak yang menyebut kasus ini hanya cerita bohong belaka yang disensasionalkan oleh Harry Price untuk meraup keuntungan dan publisitas. Namun kisah horor yang mencakup tiga keluarga (bahkan dua generasi dalam satu keluarga) seperti ini tak bisa diabaikan begitu saja.

Aku harap, apapun yang menghantui Borley Rectory, kini mereka sudah tenang di alam mereka.


2 comments:

  1. Njir ga berani lanjut baca,sereum bureeum euy

    ReplyDelete
  2. Hiii mau baca tapi dah malem. Besok aja ah atuuut

    ReplyDelete