Tiap sutradara Hollywood punya ciri
khas sendiri-sendiri, walaupun mereka berkecimpung di satu genre yang
sama, yakni horror. Semisal Alfred Hitchcock menggandrungi film-film
psychological thriller (sampai-sampai genre film thriller disebut
juga dengan istilah “Hitchcockian”), Sam Raimi selalu menyelipkan
humor dalam film-film horor besutannya, David Lynch dikenal dengan
ciri khas filmnya yang selalu aneh, absurd dan tak mudah dipahami,
David Cronenberg selalu konsisten dengan “body horror”-nya, Eli
Roth selalu setia dengan genre gore, James Wan selalu rajin
menyajikan jumpscare di film-filmnya, George Romero hingga akhir
hayatnya adalah spesialis (bahkan pencipta) genre zombie, Guilermo
del Torro jelas terobsesi dengan monster, serta Clive Barker gemar
dengan sadisme.
Bagaimana dengan John Carpenter? Hmmm
.... mungkin kalian yang bukan penggemar hardcore film horor justru
bertanya, siapa dia? John Carpenter adalah sutradara horor terkenal
pada era 80-an. Lewat film independennya yang berjudul “Halloween”,
beliau-lah yang bisa dibilang menciptakan (atau paling tidak
mempopulerkan) genre slasher. Salah satu keunikan lainnya adalah
musical score yang digarapnya sendiri. Scoringnya bernuansa retro
tapi cukup efektif dalam mengundang kengerian dan ketegangan.
John Carpenter sendiri bukanlah
spesialis film horor. Beliau
juga menggarap film aksi seperti “Escape from LA” dan “Assault
on Precinct 13” yang kedua-duanya sukses di box office. Namun film
horor seakan merupakan passion-nya, yang dibuktikan dengan banyaknya
film horor yang digarapnya sepanjang karirnya. Walaupun merupakan
sutradara tenar yang cukup dihormati, karirnya sendiri seringkali
naik turun. Beberapa karyanya memang inspirasional, namun banyak pula
yang flop, mendapat kritik pedas dari penikmat film, hingga gagal di
pasaran.
Berikut ini akan gue bahas beberapa
film John Carpenter yang pernah gue tonton. Oya, gue nggak akan
membahas “Halloween” sebab kalian sendiri pasti sudah banyak
mendengar tentang film itu. Gue akan bahas aja karya-karya beliau
yang mungkin belum kalian kenal.
THE THING (1982)
Ketika dirilis pada 1982, film “The
Thing” ini sempat flop di pasaran. Namun kini, justru sebaliknya.
Film ini dianggap sebagai cult classic bahkan dibikin remake-nya pada
2011. Film ini menceritakan sekelompok peneliti di Antartika yang
bertugas di tempat terkecil dan terisolasi dari peradaban. Suatu
ketika mereka menemukan alien yang celakanya, dapat menginfeksi tubuh
mereka, sehingga para survivor-pun saling mencurigai satu sama lain.
Wujud alien di sini digambarkan amat
grotesque dan menjijikkan. Uniknya, karena keterbatasan special
effect pada masa itu, semua kostumnya dibuat dengan properti beneran,
bahkan dibantu dengan animatronics. Beda dengan special effect zaman
sekarang yang hampir seluruhnya dibuat dengan komputer.
Film ini jelas merupakan karya terbaik
John Carpenter menurut gue. Kesan body horror di film ini amat kuat
dan sangat efektif dalam mengundang rasa jijik dan ngeri. Untuk film
masterpiece ini, gue kasi skor 4,5 CD berdarah.
PRINCE OF DARKNESS (1987)
Gue memiliki kenangan kuat akan film
ini karena pada saat gue masih kecil, gue pernah nonton film ini di
salah satu stasiun TV swasta. Gue ingat banget “dream sequence”
alias “adegan mimpi” di film ini benar-benar membuat gue
ketakutan. Bahkan bisa dibilang, film ini adalah salah satu yang
membuat gue jatuh cinta dengan film horor.
“Prince of Darkness” merupakan
bagian dari apa yang disebut John Carpenter sebagai “Apocalypse
Trilogy” yang terdiri atas tiga film yang bertema sama, yakni
kiamat. Dua film lain yang bertema sama adalah “The Thing” dan
“In The Mouth of Darkness”. Film ini menceritakan tentang
sekelompok mahasiswa post-graduate yang ditugaskan untuk menyelidiki
penemuan aneh di basement sebuah gereja. Namun tanpa sengaja, mereka
malah melepaskan kekuatan iblis yang kemudian menghabisi mereka satu
demi satu.
Berbeda dengan “The Thing” yang
benar-benar abis-abisan dalam teknik make up-nya, film kali ini
justru terkesan asal-asalan. Tokoh-tokohnya banyak, namun sedikit
yang memiliki signifikansi dalam cerita. Namun perlu akui, ada dua
kelebihan dari film ini. Yakni adegan “dream sequence” yang
benar-benar creepy dengan memanfaatkan teknik “found footage”.
Padahal perlu diingat, film ini dibesut tahun 1987, istilah “found
footage” saja baru dicetuskan tahun 1999 saat “Blair Witch
Project” dirilis. Ini menunjukkan visi John Carpenter yang jauh
mendahului masanya. Yang kedua tentu saja scoringnya yang retro abis
tapi tetap mengundang kengerian.
Untuk film ini, mungkin dari segi
teknik baru pantas mendapat 3 CD berdarah. Tapi kalo dilihat visi
John Carpenter yang merancang cerita ini, gue akan kasi 4 CD berdarah
(apalagi film ini nostalgic banget buat gue). Sayang, sepertinya di
film ini John Carpenter kesulitan dalam menerjemahkan visi jeniusnya.
IN THE MOUTH OF MADNESS (1994)
Lagi-lagi film John Carpenter yang
kurang dihargai pada masanya, namun kini menjadi cult classic, “In
The Mouth of Madness” jelas terinspirasi oleh kisah-kisah horor ala
Lovecraft. Film ini menceritakan seorang petugas asuransi yang
menyelidiki menghilangnya seorang penulis. Celakanya, siapapun yang
membaca novel terbaru sang penulis ini akan menjadi gila, bahkan
berujung pada kiamat yang melanda dunia.
Secara konsep, lagi-lagi film ini
memiliki ide-ide jenius. Banyak scare-nya cukup inovatif dan
menyeramkan, bahkan bisa dibilang “aneh”. Banyak scare-nya malah
ngingetin gue sama film horor Jepang. Sayang, mungkin karena
budgetnya yang terbatas dan fakta bahwa film ini dibikin pada tahun
1994, special effect-nya belumlah top-notch. Namun hal lain yang gue
sukai adalah detail arsitekturnya, baik asylum, gereja, maupun
hotelnya terlihat indah, padahal mereka adalah lokasi adegan-adegan
menakutkan.
Gue kasi film ini 3,5 CD berdarah.
THE FOG (1990)
“The Fog” menjadi kerja sama kedua
antara John Carpenter dan Jamie Lee Curtis yang pernah menjadi final
girl-nya di film “Halloween”. Ceritanya cukup simpel, sebuah
kabut misterius berisikan mayat hidup dengan dendam masa lalu kembali
ke sebuah kota kecil untuk membalas dendam pada para penduduknya.
Lagi-lagi gue diingatkan dengan film
horor Jepang melalui adegan-adegan scare dalam film ini. Banyak
adegan-adegannya amat menyeramkan dan “jenius” pada masanya alias
bener-bener bikin gue bergidik ngeri. Namun sayangnya, banyak
eksekusinya yang gagal. Semisal adegan yang udah dibuild-up
sedemikian rupa malah berakhir antiklimaks (ex: adegan di kamar
mayat). Body count-nya juga menurut gue kurang banget, padahal sosok
hantunya udah sadis banget. Sosok Jamie Lee Curtis di sini juga
seakan disia-siakan alias nggak melakukan hal yang penting buat jalan
cerita.
“The Fog” mungkin bukan film
terbaik John Carpenter. Jelas sangat berpotensi, namun sayang banyak
kekurangan di sana-sini, walaupun gue akui mitologi dalam cerita ini
amat menarik. Gue kasih skor 3,5 CD berdarah untuk film ini.
CHRISTINE (1983)
“Christine” merupakan film adaptasi
dari novel Stephen King yang berjudul sama. Untuk novel dari penulis
sekaliber Stephen King, udah nggak diragukan lagi jalan ceritanya
pasti amat menyeramkan. Namun bagaimana dengan filmnya?
“Christine” mengikuti kisah
sepasang sahabat bernama Arnie dan Dennis. Dennis adalah pemuda yang
populer di sekolah, namun tidak dengan Arnie. Ia adalah pemuda culun
yang kerap dibully. Hingga suatu saat, Arnie membeli sebuah mobil
yang diberi nama Christine. Semenjak itu, perangai dan penampilan
Arnie berubah drastis menjadi lebih keren, namun kasar dan beringas.
Semua itu karena pengaruh Christine, sebuah mobil setan yang memiliki
kekuatan supranatural.
Sebagai sebuah film yang dibesut tahun
1983, gue amat terkejut dengan kematangan serta keindahan
sinematografinya. Penataan kameranya benar-benar mantap. Sosok
Christine di sini sebagai mobil setan juga berhasil ditampilkan
secara menyeramkan, bahkan seakan punya jiwa sendiri. Jalan ceritanya
pun menarik buat diikuti. Gue memperhatikan sampai separuh durasi
film belum ada adegan bunuh-bunuhan, namun gue sama sekali nggak
dibikin bosan. Boleh dibilang, kali ini John Carpenter berhasil
membuat masterpiece horror melalui “Christine” ini. Belum lagi
theme song “Christine” yang dimainkan ketika mobil ini beraksi
jahat benar-benar keren dan unforgettable.
Gue kasi film ini 4 CD berdarah. Gue
benar-benar berharap film ini bakalan diremake seperti film-film
Stephen King yang lain. Mungkin kalo diremake jalan ceritanya bakalan
ngikutin Chucky kali ya.
Nah itu dia film-film John Carpenter
yang gue bedah kali ini. Sebenarnya banyak banget sih film yang udah
diproduksi oleh beliau, tapi kali ini gue kasi beberapa saja yang
kalian “must see” kalo kalian tertarik dengan film-film horor
besutan sutradara berbakat ini. Bagaimana menurut kalian?
Bang Dave . Kalau boleh request review American Horror Story, dong, Bang Dave .
ReplyDeleteYaaaah gue baru sempet nonton satu season "Roanoke" dan udah pernah gue bahas juga sih di blog. Kalo yg lain belom nonton karena emang nggak begitu tertarik ama AHS hehehe. "Asylum" aja baru beberapa episode gue dah berhenti nonton.
DeleteGw pecinta film horror...terus terang gw ga ngerti itu genre apa..asal serem dan berkualitas gw libas..banyakin lagi reviewnya dong..
ReplyDelete