Balik lagi guys di review film gue.
Kali ini akan membahas salah satu genre favorit gue, yakni
gore/slasher alias bunuh-bunuhan hehehe. Karena itu gue peringatin
dulu, film-film di bawah ini akan banyak banget adegan sadis dan
penuh darah, jadi yang nggak kuat ama gore mending jangan ditonton
yaaaaa
1. THE NIGHT COMES FOR US (2018)
Wah jarang-jarang ya gue bahas film
Indonesia. Gue sendiri sebenarnya nggak yakin apa film ini bisa masuk
ke genre horor. Tapi kalo soal “gore” yang pasti film ini
qualified banget. Gue sendiri sebenarnya bukan penggemar film-film
martial arts, karena itu gue nggak pernah nonton film-film semacam
“The Raid”. Tapi gue tahu bahwa Timo Tjahjanto adalah sineas
horor terkemuka, terbukti dengan “Rumah Dara”, “May The Devil
Take You”, dan juga “Safe Haven” salah satu entry (bahkan kata
orang yang terbaik) di “V/H/S 2”
“The Night Comes for Us”
mengingatkan gue akan film-film gangster ala Hong Kong yang gue lihat
di TV pas gue kecil. Ada dua sahabat yang menempuh jalan berbeda,
perkelahian di tempat kumuh, pertempuran menghadapi SWAT team, ada
assassin (termasuk yang kece), juga adegan perkelahian yang brutal.
Gue rasa Timo ini sama-sama pecinta gore ya, namun gue sama sekali
nggak kepikiran bahwa film action juga sah-sah aja jika mau dibalut
dengan gore ala-ala horor.
Menceritakan tentang seorang pembunuh
bayaran yang mencoba menyelamatkan seorang gadis cilik dari kejaran
gangster, film-film ini emang penuh aksi perkelahian dari awal sampai
akhir. Salah satu yang gue sukai adalah adegan pertempuran antara dua
assassin cewek (diperankan Hannah al-Rashid dan Dian Sastro) versus
tokoh misterius yang diperankan Julie Estelle. Gue juga suka banget
adegan perkelahiannya Bobby Bule yang “out of nowhere” dan sadis
banget.
FYI juga, film ini boleh membanggakan
kita sebagai orang Indonesia karena mendapat banyak apresiasi dari
luar. Apalagi setelah film ini dicomot oleh Netflix sehingga bisa
disiarkan hingga internasional. Tapi sayang, dengan kabar kalo KPI
mau mengawasi Netflix juga, film semacam ini mungkin nggak akan bisa
kita tonton dan secara langsung bisa menghambat kreativitas sertas
prestasi anak bangsa kita sendiri.
2. BRIGHTBURN (2019)
Film ini digadang-gadang sebagai film
superhero horor pertama. Film yang diproduseri James Gunn ini
berandai-andai apabila Superman yang datang ke bumi sebenarnya
memiliki maksud buruk untuk menguasainya. Ketimbang menjadi sosok
pahlawan yang menyelamatkan manusia, sang “superman” yang hadir
dalam sosok bocah cilik ini justru menyiksa dan membunuh satu demi
satu orang terdekatnya.
Sebagai film superhero bertema “dark”
ada banyak adegan sadis penuh darah di sini. Penggambaran sosok
superhuman yang lebih realistis di film ini memang menarik, tapi
nggak dibarengi cerita yang sama menariknya. Jalan ceritanya
terlampau simpel, bahkan gue sampai nggak sadar kalo film ini sudah
sampai ke klimaksnya. Film ini memang punya potensi, tapi sayang
sepertinya gagal memenuhinya. Beberapa adegan gore memang membuat gue
puas, tapi tetap saja gue merasa ada yang “kurang” dari film ini
(kurang panjang misalnya hehehe). Dan selain itu juga film ini
terlalu diset-up sebagai origin story bagi sebuah universe (atau
paling tidak franchise) untuk superhero jahat. Mungkin karena itu
ceritanya jadi kurang maksimal.
3. JIGSAW (2017)
Ketika “Jigsaw” dirilis 7 tahun
setelah “Saw 3D” yang harusnya jadi installment terakhir
franchise “Saw”, sambutannya dingin-dingin. Banyak yang
mengatakan film ini tak lebih dari “torture porn” sama seperti
sekuel-sekuel Saw lainnya. Karena itu gue saat itu tidak begitu
tertarik melihatnya. Namun setelah sekian alam gue akhirnya
memutuskan mencoba menonton film ini karena lagi bosen dan hasilnya
... ini mungkin serial “Saw” terbaik setelah yang pertama
tentunya.
Sama seperti pendahulunya, film
“Jigsaw” ini menceritakan lima orang yang terjebak dalam
permainan sadis Jigsaw karena dosa masa lalu yang mereka lakukan.
Twist demi twist terkuak ketika satu demi satu kesalahan masa lalu
mereka terbongkar. Dan twist terakhir tentu saja identitas sang
pembunuh sebenarnya.
Memang sih film ini nggak banyak
berbeda dengan sekuel-sekuel “Saw” sebelumnya. Mungkin karena itu
banyak penggemarnya yang kecewa, karena setelah 7 tahun vakum,
franchise ini sama sekali nggak menawarkan sesuatu yang baru. Namun
gue semenjak awal emang nggak punya ekspektasi tinggi terhadap film
dan menontonnya hanya untuk menikmati gore-nya. Jadi secara
keseluruhan, film ini nggak terlalu mengecewakan. Menurut gue cukup
enjoyable malah.
4. JASON X (2001)
Mungkin ada yang
ngakak melihat gue memasukkan judul ini ke list review gue. Premis
film ini yang jelas-jelas mengeksploitasi franchise “Friday The
13th” emang patut ditertawakan. Konon, Jason yang mengalami
cryo-freeze tanpa sengaja terbawa ke masa depan dan dibangkitkan oleh
kru pesawat luar angkasa futuristik. Ia kemudian mengamuk dan
membunuh para penumpang pesawat itu satu demi satu. Tapi gue cukup
terkejut begitu mencoba menontonnya. Sama seperti saat gue memutuskan
menonton “Leatherface” yang pada awalnya gue berpikir bahwa film
itu bakalan mediocre seperti franchise “Texas Chainsaw Massacre”
lainnya, tapi ternyata malah bagus, gue justru malah sangat menikmati
“Jason X” ini.
Film ini dirilis
sudah hampir 20 tahun lalu dan sebenarnya gue sudah kepengen nonton
film ini sejak gue masih sekolah. Tapi karena premisnya yang konyol,
gue pikir film ini bakalan jelek kayak film-film B-Movie lainnya.
Tapi film ini (walaupun yah, masih tetap konyol) merupakan film
slasher yang nggak mengecewakan. Bunuh-bunuhannya cukup kreatif dan
yang penting, sangat menghibur. Walaupun kalian jelas nggak bisa
mengharapkan film berkualitas semacam “Hereditary” semisal, tapi
boleh lah sebagai film popcorn kalian sambil menghabiskan malam
minggu (buat yang jomblo).
Gue kasih film ini
skor 3,5 CD berdarah.
5. THE RUINS (2008)
“The Ruins” adalah film yang
diadaptasi dari novel berjudul sama. Gue pernah baca novelnya, jadi
gue cukup penasaran ama filmnya. Ada banyak kejutan di film ini jadi
gue amat menyarankan pada kalian, jika tertarik nonton film ini,
jangan baca review, sinopsis, lihat trailer, atau apapun yang akan
men-spoil jalan cerita film ini.
Secara garis besar, film ini bercerita
tentang dua pasang kekasih asal Amrik yang tengah menghabiskan
liburan di Mexico. Mereka kemudian bertemu dengan seorang turis lain,
yakni seorang pemuda asal Jerman yang akan mengunjungi saudaranya,
seorang arkeolog yang tengah melakukan penggalian sebuah piramida
kuno suku Maya. Mereka berempatpun (ditemani seorang turis lain asal
Yunani) memutuskan untuk menghabiskan hari terakhir liburan mereka
dengan cara seru, yakni dengan mengunjungi piramida itu. Namun tanpa
mereka duga, teror mengerikan tengah menanti mereka di situs kuno
yang seharusnya tak ditemukan itu.
Sosok antagonis di film “The Ruins”
adalah sosok tak terduga, bahkan terkesan “harmless”, namun
nyatanya mampu menghabisi satu demis atu tokohnya dengan cara yang
menyakitkan. Yak, gue sama sekali nggak menduga bahwa film ini gory
abis! Apalagi menilik bahwa film ini diproduksi 2008 dimana sata itu
belum booming-booming amat film-film bergenre gore. Ada berbagai
adegan mengerikan mulai dari amputasi, iris-mengiris, dan adegan
sadis lain yang full frontal banget.
Ada berbagai
kejutan (bahkan jumpscare) di film ini yang pastinya akan lebih seru
jika kalian nggak tahu sedikitpun tentang jalan cerita film ini.
Untuk film ini gue kasi skor 4 CD berdarah. Cuma satu sih
kekurangannya, yakni tokoh-tokohnya yang menurut gue kurang simpatik.
Sisanya, film ini benar-benar underrated.
Yeeee udah liat yg The Ruins dari 20009(dvd bajakan hehe) si calon dokternya cskep dsn baik bgt hiks
ReplyDeleteWah the night comes for us nih, keren banget. Krn gw jg ikutan bela diri, gw suka bgt sama gerakan dan teknik2nya iko, joe dan hannah yg notabene memang martial artists, dan julie estelle yg makin lama gerakan bela dirinya makin mateng dr sejak the raid 2 as hammer girl. Tapi ada 2 hal yg sedikit ganggu pas gw nonton sih. Satu, cast dian sastro SANGAT GK COCOK di film ini. Gerakannya sgt amatir dan bikin adegannya delay. Ntah hannah/julie harus nunggu serangan mereka di balas, atau nunggu serangan distro dateng, jd seperti berantem ala2. Gw cukup suka sm film2nya distro dan menurut gw she's a good actrees, but just stick to dramas rather than action, sis. Kedua, gw tau ini film gore/slasher, tapi overkill much? Ada adegan si joetas nembak musuhnya pake shotgun (klo gk salah inget) dia bagian dada atas/kepala, udah pasti lgsg mati dong ya, tapi instead of gunain senjata itu untuk musuh2 yg lain, dia ttp tembakin itu musuh yg udah mati sampe bbrp kali dan kejang2! Agak berlebihan menurut gw. Tapi overall ini film emang keren bgt! Sineas Indo musti lebih sering dan berani bikin film dgn tema sekelam ini, supaya gk jualan mimpi terus kyk sinetron2 macam ggs ��. Thanks for the review, dave!
ReplyDeleteBang, kalo suka sama The Night Comes for Us, saran saya mending tonton pula The Raid 1 sama 2, sama sama badass lho, sadis. Adegan bunuh bunuhannya memanjakan mata juga. Dan lagi lebih estetik karena pake seni beladiri. Justru saya lebih suka sama The Raid dr pd The Night Comes for Us ini
ReplyDeleteSayang banget kalo Bang Dave blom nonton film ini, padahal seru lho.
Hmm, tapi inikan postingan hampir 2 tahun lalu, jadi bang Dave mungkin dah nonton yak? Kalo blom buruan nonton bang, sayang banget kalo blom di tonton
Trus kasi juga review ny nanti di blog ni, wkwkwkwk