Tuesday, October 1, 2019

REVIEW FILM PART 4: GORE AND SLASHER MOVIES



Balik lagi guys di review film gue. Kali ini akan membahas salah satu genre favorit gue, yakni gore/slasher alias bunuh-bunuhan hehehe. Karena itu gue peringatin dulu, film-film di bawah ini akan banyak banget adegan sadis dan penuh darah, jadi yang nggak kuat ama gore mending jangan ditonton yaaaaa


1. THE NIGHT COMES FOR US (2018)


Wah jarang-jarang ya gue bahas film Indonesia. Gue sendiri sebenarnya nggak yakin apa film ini bisa masuk ke genre horor. Tapi kalo soal “gore” yang pasti film ini qualified banget. Gue sendiri sebenarnya bukan penggemar film-film martial arts, karena itu gue nggak pernah nonton film-film semacam “The Raid”. Tapi gue tahu bahwa Timo Tjahjanto adalah sineas horor terkemuka, terbukti dengan “Rumah Dara”, “May The Devil Take You”, dan juga “Safe Haven” salah satu entry (bahkan kata orang yang terbaik) di “V/H/S 2”

“The Night Comes for Us” mengingatkan gue akan film-film gangster ala Hong Kong yang gue lihat di TV pas gue kecil. Ada dua sahabat yang menempuh jalan berbeda, perkelahian di tempat kumuh, pertempuran menghadapi SWAT team, ada assassin (termasuk yang kece), juga adegan perkelahian yang brutal. Gue rasa Timo ini sama-sama pecinta gore ya, namun gue sama sekali nggak kepikiran bahwa film action juga sah-sah aja jika mau dibalut dengan gore ala-ala horor.


Menceritakan tentang seorang pembunuh bayaran yang mencoba menyelamatkan seorang gadis cilik dari kejaran gangster, film-film ini emang penuh aksi perkelahian dari awal sampai akhir. Salah satu yang gue sukai adalah adegan pertempuran antara dua assassin cewek (diperankan Hannah al-Rashid dan Dian Sastro) versus tokoh misterius yang diperankan Julie Estelle. Gue juga suka banget adegan perkelahiannya Bobby Bule yang “out of nowhere” dan sadis banget.

FYI juga, film ini boleh membanggakan kita sebagai orang Indonesia karena mendapat banyak apresiasi dari luar. Apalagi setelah film ini dicomot oleh Netflix sehingga bisa disiarkan hingga internasional. Tapi sayang, dengan kabar kalo KPI mau mengawasi Netflix juga, film semacam ini mungkin nggak akan bisa kita tonton dan secara langsung bisa menghambat kreativitas sertas prestasi anak bangsa kita sendiri.

Buat film penuh aksi sadis ini gue kasi skor 4 CD berdarah.



2. BRIGHTBURN (2019)


Film ini digadang-gadang sebagai film superhero horor pertama. Film yang diproduseri James Gunn ini berandai-andai apabila Superman yang datang ke bumi sebenarnya memiliki maksud buruk untuk menguasainya. Ketimbang menjadi sosok pahlawan yang menyelamatkan manusia, sang “superman” yang hadir dalam sosok bocah cilik ini justru menyiksa dan membunuh satu demi satu orang terdekatnya.

Sebagai film superhero bertema “dark” ada banyak adegan sadis penuh darah di sini. Penggambaran sosok superhuman yang lebih realistis di film ini memang menarik, tapi nggak dibarengi cerita yang sama menariknya. Jalan ceritanya terlampau simpel, bahkan gue sampai nggak sadar kalo film ini sudah sampai ke klimaksnya. Film ini memang punya potensi, tapi sayang sepertinya gagal memenuhinya. Beberapa adegan gore memang membuat gue puas, tapi tetap saja gue merasa ada yang “kurang” dari film ini (kurang panjang misalnya hehehe). Dan selain itu juga film ini terlalu diset-up sebagai origin story bagi sebuah universe (atau paling tidak franchise) untuk superhero jahat. Mungkin karena itu ceritanya jadi kurang maksimal.

Gue merasa cukup memberi film ini skor 3 CD berdarah.



3. JIGSAW (2017)


Ketika “Jigsaw” dirilis 7 tahun setelah “Saw 3D” yang harusnya jadi installment terakhir franchise “Saw”, sambutannya dingin-dingin. Banyak yang mengatakan film ini tak lebih dari “torture porn” sama seperti sekuel-sekuel Saw lainnya. Karena itu gue saat itu tidak begitu tertarik melihatnya. Namun setelah sekian alam gue akhirnya memutuskan mencoba menonton film ini karena lagi bosen dan hasilnya ... ini mungkin serial “Saw” terbaik setelah yang pertama tentunya.

Sama seperti pendahulunya, film “Jigsaw” ini menceritakan lima orang yang terjebak dalam permainan sadis Jigsaw karena dosa masa lalu yang mereka lakukan. Twist demi twist terkuak ketika satu demi satu kesalahan masa lalu mereka terbongkar. Dan twist terakhir tentu saja identitas sang pembunuh sebenarnya.

Memang sih film ini nggak banyak berbeda dengan sekuel-sekuel “Saw” sebelumnya. Mungkin karena itu banyak penggemarnya yang kecewa, karena setelah 7 tahun vakum, franchise ini sama sekali nggak menawarkan sesuatu yang baru. Namun gue semenjak awal emang nggak punya ekspektasi tinggi terhadap film dan menontonnya hanya untuk menikmati gore-nya. Jadi secara keseluruhan, film ini nggak terlalu mengecewakan. Menurut gue cukup enjoyable malah.

Skor yang gue kasih untuk film ini adalah 3,5 CD berdarah.


4. JASON X (2001)


Mungkin ada yang ngakak melihat gue memasukkan judul ini ke list review gue. Premis film ini yang jelas-jelas mengeksploitasi franchise “Friday The 13th” emang patut ditertawakan. Konon, Jason yang mengalami cryo-freeze tanpa sengaja terbawa ke masa depan dan dibangkitkan oleh kru pesawat luar angkasa futuristik. Ia kemudian mengamuk dan membunuh para penumpang pesawat itu satu demi satu. Tapi gue cukup terkejut begitu mencoba menontonnya. Sama seperti saat gue memutuskan menonton “Leatherface” yang pada awalnya gue berpikir bahwa film itu bakalan mediocre seperti franchise “Texas Chainsaw Massacre” lainnya, tapi ternyata malah bagus, gue justru malah sangat menikmati “Jason X” ini.

Film ini dirilis sudah hampir 20 tahun lalu dan sebenarnya gue sudah kepengen nonton film ini sejak gue masih sekolah. Tapi karena premisnya yang konyol, gue pikir film ini bakalan jelek kayak film-film B-Movie lainnya. Tapi film ini (walaupun yah, masih tetap konyol) merupakan film slasher yang nggak mengecewakan. Bunuh-bunuhannya cukup kreatif dan yang penting, sangat menghibur. Walaupun kalian jelas nggak bisa mengharapkan film berkualitas semacam “Hereditary” semisal, tapi boleh lah sebagai film popcorn kalian sambil menghabiskan malam minggu (buat yang jomblo).

Gue kasih film ini skor 3,5 CD berdarah.



5. THE RUINS (2008)


“The Ruins” adalah film yang diadaptasi dari novel berjudul sama. Gue pernah baca novelnya, jadi gue cukup penasaran ama filmnya. Ada banyak kejutan di film ini jadi gue amat menyarankan pada kalian, jika tertarik nonton film ini, jangan baca review, sinopsis, lihat trailer, atau apapun yang akan men-spoil jalan cerita film ini.

Secara garis besar, film ini bercerita tentang dua pasang kekasih asal Amrik yang tengah menghabiskan liburan di Mexico. Mereka kemudian bertemu dengan seorang turis lain, yakni seorang pemuda asal Jerman yang akan mengunjungi saudaranya, seorang arkeolog yang tengah melakukan penggalian sebuah piramida kuno suku Maya. Mereka berempatpun (ditemani seorang turis lain asal Yunani) memutuskan untuk menghabiskan hari terakhir liburan mereka dengan cara seru, yakni dengan mengunjungi piramida itu. Namun tanpa mereka duga, teror mengerikan tengah menanti mereka di situs kuno yang seharusnya tak ditemukan itu.

Sosok antagonis di film “The Ruins” adalah sosok tak terduga, bahkan terkesan “harmless”, namun nyatanya mampu menghabisi satu demis atu tokohnya dengan cara yang menyakitkan. Yak, gue sama sekali nggak menduga bahwa film ini gory abis! Apalagi menilik bahwa film ini diproduksi 2008 dimana sata itu belum booming-booming amat film-film bergenre gore. Ada berbagai adegan mengerikan mulai dari amputasi, iris-mengiris, dan adegan sadis lain yang full frontal banget.

Ada berbagai kejutan (bahkan jumpscare) di film ini yang pastinya akan lebih seru jika kalian nggak tahu sedikitpun tentang jalan cerita film ini. Untuk film ini gue kasi skor 4 CD berdarah. Cuma satu sih kekurangannya, yakni tokoh-tokohnya yang menurut gue kurang simpatik. Sisanya, film ini benar-benar underrated.


3 comments:

  1. Yeeee udah liat yg The Ruins dari 20009(dvd bajakan hehe) si calon dokternya cskep dsn baik bgt hiks

    ReplyDelete
  2. Wah the night comes for us nih, keren banget. Krn gw jg ikutan bela diri, gw suka bgt sama gerakan dan teknik2nya iko, joe dan hannah yg notabene memang martial artists, dan julie estelle yg makin lama gerakan bela dirinya makin mateng dr sejak the raid 2 as hammer girl. Tapi ada 2 hal yg sedikit ganggu pas gw nonton sih. Satu, cast dian sastro SANGAT GK COCOK di film ini. Gerakannya sgt amatir dan bikin adegannya delay. Ntah hannah/julie harus nunggu serangan mereka di balas, atau nunggu serangan distro dateng, jd seperti berantem ala2. Gw cukup suka sm film2nya distro dan menurut gw she's a good actrees, but just stick to dramas rather than action, sis. Kedua, gw tau ini film gore/slasher, tapi overkill much? Ada adegan si joetas nembak musuhnya pake shotgun (klo gk salah inget) dia bagian dada atas/kepala, udah pasti lgsg mati dong ya, tapi instead of gunain senjata itu untuk musuh2 yg lain, dia ttp tembakin itu musuh yg udah mati sampe bbrp kali dan kejang2! Agak berlebihan menurut gw. Tapi overall ini film emang keren bgt! Sineas Indo musti lebih sering dan berani bikin film dgn tema sekelam ini, supaya gk jualan mimpi terus kyk sinetron2 macam ggs ��. Thanks for the review, dave!

    ReplyDelete
  3. Bang, kalo suka sama The Night Comes for Us, saran saya mending tonton pula The Raid 1 sama 2, sama sama badass lho, sadis. Adegan bunuh bunuhannya memanjakan mata juga. Dan lagi lebih estetik karena pake seni beladiri. Justru saya lebih suka sama The Raid dr pd The Night Comes for Us ini

    Sayang banget kalo Bang Dave blom nonton film ini, padahal seru lho.

    Hmm, tapi inikan postingan hampir 2 tahun lalu, jadi bang Dave mungkin dah nonton yak? Kalo blom buruan nonton bang, sayang banget kalo blom di tonton

    Trus kasi juga review ny nanti di blog ni, wkwkwkwk

    ReplyDelete