Tuesday, October 1, 2019

REVIEW FILM PART 5: GORE AND SLASHER MOVIES


6. THE COLLECTOR (2009)


Film gore bergenre home invasion ini sebenarnya dirancang untuk menjadi prekuel “Saw” (nggak heran isinya sadis banget), namun akhirnya dibikin sebagai film tersendiri terpisah dari franchise itu. Film ini menceritakan kiprah seorang pembunuh berantai bernama “The Collector” yang menyiapkan jebak di dalam rumah yang disusupinya dan menyandera seisi rumah untuk menyiksa mereka, meninggalkan hanya satu survivor. Seorang pencuri malam itu kurang beruntung karena masuk ke rumah yang sedang diserang oleh The Collector. Akhirnya, mau tak mau, ia harus membela dirinya sembari menyelamatkan anggota keluarga yang tersisa.

Seperti film “Saw” film ini penuh jebakan-jebakan mematikan yang berujung pada adegan gory ketika salah satu tokoh yang tak beruntung mengaktifkannya. Ketegangannya juga amat terasa. Ada sedikit twist di endingnya tentang siapa pelaku ini, tapi dapat gue tebak dari awal. Bisa dibilang, film ini cukup sempurna untuk ukuran sebuah film gore /slasher, bahkan lebih bagus ketimbang sebagian besar sekuel “Saw”.

Gue kasih film gore ini 4,5 CD berdarah.


7. THE COLLECTION (2012)


“The Collection” adalah sekuel film “The Collector” dan adanya sekuel ini membuat gue gembira banget soalnya gue fans berat film yang pertama. Film ini meneruskan film pertama dimana The Collector menghabisi korban-korbannya di klub malam dengan adegan yang sadis yang keren (cukup wow untuk adegan pembuka). Satu-satunya survivor dari klub malam itu, seorang gadis bernama Elena, diculik oleh The Collector. Arkin, tokoh utama di film pertama sebagai satu-satunya yang bisa menghadapi The Collector kemudian ditugaskan oleh ayah Elena yang kaya raya beserta sebuah tim bayaran, untuk menyelamatkan Elena dari sarang The Collector yang penuh jebakan. Berhasilkah mereka?

Jarang-jarang ada sekuel yang lebih bagus atau at least kualitasnya bisa menyamai film pertama. Film ini adalah salah satu pengecualian. Adegan-adegan gore ini film kedua ini masih mantap dan ceritanya pun, walaupun simpel dan predictable, masih menarik untuk diikuti. Sayang ya, film ini beserta pendahulunya kurang bergaung namanya, padahal jelas akan memuaskan para pecinta gore.

Sama seperti film pertama, film ini akan gue kasih nilai 4,5 CD berdarah. If you love gore, you should check them out!




8. APOSTLE(2018)


Kalo tadi kita membahas film Timo Tjahjanto, kini kita beranjak ke kroninya, yakni sutradara Inggris Gareth Evans. Kali ini beliau dipercaya Netflix untuk menyutradarai film horor berjudul “Apostle” yang menceritakan perjuangan seorang pemuda, diperankan Dan Stevens, untuk menyelamatkan adiknya yang diculik oleh cult misterius yang bermukim di pulau terpencil.

Gareth Evans sudah nggak asing lagi dengan yang namanya “gore” dan kali ini nggak segan-segan mengeksploitasinya habis-habisan untuk film ini. Ada banyak adegan sadis dan penyiksaan yang membuat berkenyit ngeri di sini. Gue semula agak meragukan Dan Stevens sebagai peran utama karena peran terakhirnya kan jadi Beast di “Beauty and The Beast”. Lagian mukanya yang lempeng kayaknya lebih cocok buat main di film Disney aja. Tapi ternyata ia mematahkan keraguan gue dengan kualitas akting yang apik dan ia membuktikan bisa berperan “kejam” di film ini.


Sayang, film ini juga punya kelemahan, antara lain adegan yang berbelit-belit serta durasinya yang cukup lama, yakni lebih dari dua jam. Well, nggak segarang “It” Chapter Two” yang katanya bakal kita loyo sampai 3 jam, tapi tetap saja gue rasa film ini bisa kok diringkas dalam 120 menit saja seperti film kebanyakan.

Walaupun sadis, namun ending film ini amat filosofis dan memiliki pesan tersembunyi agar kita menjaga bumi dan mencintai lingkungan. Lho kok bisa ada pesan kek gitu di film gore ya hehehe. Untuk mengetahuinya simak aja filmnya (kalo perut kalian kuat), yang jelas gue nggak akan spoiler.

Untuk film ini cukup dua kasi 3,5 CD berdarah walaupun gue yakin darah yang dipake di film ini bergalon-galon!




9. GREEN ROOM (2015)


Film ini disebut-sebut sebagai salah satu film horor terbaik, mendapat banyak pujian dari kritikus, dan bahkan mendapat penghargaan. Perlu kalian ketahui bahwa film ini dibintangi oleh almarhum Anton Yelchin (yang pernah bermain di “Star Trek”) yang meninggal setahun setelah film ini dirilis karena kecelakaan. Jadi bisa dibilang, film ini adalah salah satu dari film-film terakhirnya.

“Green Room” memiliki premis yang simple. Sebuah band punk bermain di bar milik “skinhead” (julukan bagi kaum kulit putih penganut neo-Nazi dan white supremacist), namun di sana mereka menyaksikan sebuah pembunuhan hingga harus menjadi bulan-bulanan mereka yang ingin menyingkirkan semua saksi. Film ini tergolong gory dan brutal, terbukti dalam salah satu adegan yang membikin gue mengernyit ngeri, melibatkan tangan tokoh aktor Anton Yelchin yang terjepit di pintu. Bikin ngilu banget adegannya.

Namun secara overall, film ini nggak sebagus ekspektasi dari gaung yang gue dengar. Film ini memang “sedikit” (gue bilang sedikit ya) mengecewakan. Kayak ada satu yang kurang gitu. Mungkin karena adegan kematiannya kurang kreatif atau bagaimana. Namun sebagai sebuah film survival, film ini cukup oke lah.

Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.




10. THE LOVED ONES (2009)


Gue bisa dibilang udah tahu lama soal film ini dan direkomendasikan banget ama member setia grup MBP yakni Chuu Sakebi. Tapi baru kali ini gue sempat nonton dan bisa gue bilang, walaupun gue udah tahu garis besar ceritanya dan juga udah mengantisipasi kalo film ini bakalan gory, tetap saja gue dibikin terkejut ama kebrutalannya.

“The Loved Ones” merupakan film Australia (bisa gue bilang ini adalah film horor Australia berkualitas kedua yang gue tonton setelah “Lake Mungo”) yang ceritanya cukup simpel. Tokoh utamanya adalah seorang cowok yang diajak ke prom dance oleh seorang cewek yang biasa-biasa saja. Karena si cowok ini udah punya pacar, tentu saja dia menolak PDKT sang cewek ini. Namun ia tak sadar bahwa si cewek ini ternyata psikopat dengan latar belakang keluarga yang “sakit” dan sama sekali tidak menerima penolakannya dengan baik.

Film ini seperti gue katakan tadi, bergenre gore, tapi tetap saja gue nggak mengekspektasi adegan gore-nya bakalan sebrutal ini, termasuk adegan “trepanasi” yang cukup full frontal. Apalagi jalan ceritanya bener-bener “sakit” menurut gue, walaupun plotnya bisa gue bilang minimalis karena hanya melibatkan tiga tokoh utama aja. Adegan-adegannya juga menegangkan dan bakalan bikin kalian mengernyit ngeri. Sebagai film yang mengeksploitasi gore, film ini cukup berhasil. Hanya ... yah, gue sebenarnya pengen ceritanya lebih kompleks dikit semisal si cewek ini ngamuk bak Carrie di prom dance hehehe. Pasti seru.

Overall, gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.

No comments:

Post a Comment