6. THE COLLECTOR (2009)
Film gore bergenre home invasion ini
sebenarnya dirancang untuk menjadi prekuel “Saw” (nggak heran
isinya sadis banget), namun akhirnya dibikin sebagai film tersendiri
terpisah dari franchise itu. Film ini menceritakan kiprah seorang
pembunuh berantai bernama “The Collector” yang menyiapkan jebak
di dalam rumah yang disusupinya dan menyandera seisi rumah untuk
menyiksa mereka, meninggalkan hanya satu survivor. Seorang pencuri
malam itu kurang beruntung karena masuk ke rumah yang sedang diserang
oleh The Collector. Akhirnya, mau tak mau, ia harus membela dirinya
sembari menyelamatkan anggota keluarga yang tersisa.
Seperti film “Saw” film ini penuh
jebakan-jebakan mematikan yang berujung pada adegan gory ketika salah
satu tokoh yang tak beruntung mengaktifkannya. Ketegangannya juga
amat terasa. Ada sedikit twist di endingnya tentang siapa pelaku ini,
tapi dapat gue tebak dari awal. Bisa dibilang, film ini cukup
sempurna untuk ukuran sebuah film gore /slasher, bahkan lebih bagus
ketimbang sebagian besar sekuel “Saw”.
7. THE COLLECTION (2012)
“The Collection” adalah sekuel film
“The Collector” dan adanya sekuel ini membuat gue gembira banget
soalnya gue fans berat film yang pertama. Film ini meneruskan film
pertama dimana The Collector menghabisi korban-korbannya di klub
malam dengan adegan yang sadis yang keren (cukup wow untuk adegan
pembuka). Satu-satunya survivor dari klub malam itu, seorang gadis
bernama Elena, diculik oleh The Collector. Arkin, tokoh utama di film
pertama sebagai satu-satunya yang bisa menghadapi The Collector
kemudian ditugaskan oleh ayah Elena yang kaya raya beserta sebuah tim
bayaran, untuk menyelamatkan Elena dari sarang The Collector yang
penuh jebakan. Berhasilkah mereka?
Jarang-jarang ada sekuel yang lebih
bagus atau at least kualitasnya bisa menyamai film pertama. Film ini
adalah salah satu pengecualian. Adegan-adegan gore ini film kedua ini
masih mantap dan ceritanya pun, walaupun simpel dan predictable,
masih menarik untuk diikuti. Sayang ya, film ini beserta pendahulunya
kurang bergaung namanya, padahal jelas akan memuaskan para pecinta
gore.
Sama seperti film pertama, film ini
akan gue kasih nilai 4,5 CD berdarah. If you love gore, you should
check them out!
8. APOSTLE(2018)
Kalo tadi kita membahas film Timo
Tjahjanto, kini kita beranjak ke kroninya, yakni sutradara Inggris
Gareth Evans. Kali ini beliau dipercaya Netflix untuk menyutradarai
film horor berjudul “Apostle” yang menceritakan perjuangan
seorang pemuda, diperankan Dan Stevens, untuk menyelamatkan adiknya
yang diculik oleh cult misterius yang bermukim di pulau terpencil.
Gareth Evans sudah nggak asing lagi
dengan yang namanya “gore” dan kali ini nggak segan-segan
mengeksploitasinya habis-habisan untuk film ini. Ada banyak adegan
sadis dan penyiksaan yang membuat berkenyit ngeri di sini. Gue semula
agak meragukan Dan Stevens sebagai peran utama karena peran
terakhirnya kan jadi Beast di “Beauty and The Beast”. Lagian
mukanya yang lempeng kayaknya lebih cocok buat main di film Disney
aja. Tapi ternyata ia mematahkan keraguan gue dengan kualitas akting
yang apik dan ia membuktikan bisa berperan “kejam” di film ini.
Sayang, film ini juga punya kelemahan,
antara lain adegan yang berbelit-belit serta durasinya yang cukup
lama, yakni lebih dari dua jam. Well, nggak segarang “It” Chapter
Two” yang katanya bakal kita loyo sampai 3 jam, tapi tetap saja gue
rasa film ini bisa kok diringkas dalam 120 menit saja seperti film
kebanyakan.
Walaupun sadis, namun ending film ini
amat filosofis dan memiliki pesan tersembunyi agar kita menjaga bumi
dan mencintai lingkungan. Lho kok bisa ada pesan kek gitu di film
gore ya hehehe. Untuk mengetahuinya simak aja filmnya (kalo perut
kalian kuat), yang jelas gue nggak akan spoiler.
Untuk film ini cukup dua kasi 3,5 CD
berdarah walaupun gue yakin darah yang dipake di film ini
bergalon-galon!
9. GREEN ROOM (2015)
Film ini disebut-sebut sebagai salah
satu film horor terbaik, mendapat banyak pujian dari kritikus, dan
bahkan mendapat penghargaan. Perlu kalian ketahui bahwa film ini
dibintangi oleh almarhum Anton Yelchin (yang pernah bermain di “Star
Trek”) yang meninggal setahun setelah film ini dirilis karena
kecelakaan. Jadi bisa dibilang, film ini adalah salah satu dari
film-film terakhirnya.
“Green Room” memiliki premis yang
simple. Sebuah band punk bermain di bar milik “skinhead” (julukan
bagi kaum kulit putih penganut neo-Nazi dan white supremacist), namun
di sana mereka menyaksikan sebuah pembunuhan hingga harus menjadi
bulan-bulanan mereka yang ingin menyingkirkan semua saksi. Film ini
tergolong gory dan brutal, terbukti dalam salah satu adegan yang
membikin gue mengernyit ngeri, melibatkan tangan tokoh aktor Anton
Yelchin yang terjepit di pintu. Bikin ngilu banget adegannya.
Namun secara overall, film ini nggak
sebagus ekspektasi dari gaung yang gue dengar. Film ini memang
“sedikit” (gue bilang sedikit ya) mengecewakan. Kayak ada satu
yang kurang gitu. Mungkin karena adegan kematiannya kurang kreatif
atau bagaimana. Namun sebagai sebuah film survival, film ini cukup
oke lah.
10. THE LOVED ONES (2009)
Gue bisa dibilang udah tahu lama soal
film ini dan direkomendasikan banget ama member setia grup MBP yakni
Chuu Sakebi. Tapi baru kali ini gue sempat nonton dan bisa gue
bilang, walaupun gue udah tahu garis besar ceritanya dan juga udah
mengantisipasi kalo film ini bakalan gory, tetap saja gue dibikin
terkejut ama kebrutalannya.
“The Loved Ones” merupakan film
Australia (bisa gue bilang ini adalah film horor Australia
berkualitas kedua yang gue tonton setelah “Lake Mungo”) yang
ceritanya cukup simpel. Tokoh utamanya adalah seorang cowok yang
diajak ke prom dance oleh seorang cewek yang biasa-biasa saja. Karena
si cowok ini udah punya pacar, tentu saja dia menolak PDKT sang cewek
ini. Namun ia tak sadar bahwa si cewek ini ternyata psikopat dengan
latar belakang keluarga yang “sakit” dan sama sekali tidak
menerima penolakannya dengan baik.
Film ini seperti gue katakan tadi,
bergenre gore, tapi tetap saja gue nggak mengekspektasi adegan
gore-nya bakalan sebrutal ini, termasuk adegan “trepanasi” yang
cukup full frontal. Apalagi jalan ceritanya bener-bener “sakit”
menurut gue, walaupun plotnya bisa gue bilang minimalis karena hanya
melibatkan tiga tokoh utama aja. Adegan-adegannya juga menegangkan
dan bakalan bikin kalian mengernyit ngeri. Sebagai film yang
mengeksploitasi gore, film ini cukup berhasil. Hanya ... yah, gue
sebenarnya pengen ceritanya lebih kompleks dikit semisal si cewek ini
ngamuk bak Carrie di prom dance hehehe. Pasti seru.
Overall, gue kasi film ini skor 3,5 CD
berdarah.
No comments:
Post a Comment